Aku kembali bangun dengan infus yang tertancap di tangan kiri di IGD. Saat aku mencoba bangun, aku merasa ada yang berbeda dariku, sakit. Tangan dan kakiku penuh lebam membiru, pipiku kaku dan membengkak, bahkan aku mengecap rasa darah di dalam mulutku. Perawat intern yang menyadari sadarku langsung berlari mendekat, mungkin ia khawatir aku akan melakukan hal bodoh seperti sebelumnya. Ia pun menghampiriku dan memasang muka kesal bercampur... mungkin kasihan. “Kamu kenapa bisa jatuh dari tangga?” tanyanya, yang lebih terdengar seperti omelan di telingaku. “Jatuh? Saya?” tanyaku kebingungan. Perawat itu pun menunjuk ke arah luka-luka di tubuhku dengan dagunya. “Kamu pingsan di tangga darurat, ceroboh sekali,” omelnya lagi. Aku masih tidak mengerti kenapa aku bisa ada di tangga darurat dalam keadaan penuh luka. Sampai akhirnya aku ingat, siapa yang aku temui terakhir kali sebelum tak sadarkan diri, Kak Ten, kekasih Luna. “Ah, iya, seperti
Baca selengkapnya