Empat hari sudah berlalu, ibu bahkan sudah dipindahkan ke rumah sakit lain yang terletak sejauh empat jam perjalanan dari rumahku. Jauh memang, tapi apa boleh buat, hanya itu satu-satunya cara untuk membuat ibuku tetap hidup.Aku menunggu jam kunjung ICU lagi di ruang tunggu, di tempat yang sama seperti kemarin-kemarin. Aku tersenyum saat mendapati kursi yang biasa aku tempati terlihat penuh dengan makanan. Ada dua buah onigiri tuna, roti sandwich, makanan ringan, dan tak lupa sebotol air mineral.Di atasnya tertempel sebuah stick notes bertuliskan ‘Milik Nilakandi’ lengkap dengan emotikon senyum di akhirnya. Kemarin ia juga meninggalkan makanan untukku, satu box nasi, sandwich yang sama, dan teh jasmine yang bahkan masih hangat.“Hmm, kenapa Kak Nana sebaik ini sama aku?” gumamku, aku mungkin terlihat sangat menyedihkan sampai-sampai perawat intern itu merawatku.Aku pun duduk dan hendak membuka roti sandwich itu untuk sarapan, sa
Baca selengkapnya