Home / Fiksi Sejarah / Hurt ! Mr Duke / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Hurt ! Mr Duke: Chapter 1 - Chapter 10

31 Chapters

Badai

Hurt ! Mr Duke. Petir menggelagar, membelah langit dengan awan yang menghitam itu. Angin memasuki jendela kaca membuat gorden berwarna putih dengan motif mawar putih itu melambai-lambai. Seakan membuat suasana ruangan itu semakin dingin. Seperti pemiliknya yang saat ini merasakan sesak di dadanya. Tangannya bergetar saat menerima sebuah surat dimana kebutuhan anaknya akan di tanggung dan surat itu juga mengatakan dia akan bercerai setelah anaknya lahir. Dia kira surat itu tentang sebuah hadiah. Karena besok adalah ulang tahun pertamanya. Namun siapa sangka surat itu malah membuat ulang tahunnya seakan mati dalam sekejap. "Bercerai." Air matanya mengalir deras di sela-sela kedua pipinya. Ia tidak menyangka, pernikahan yang ia impikan, menikah hanya satu kali dalam seumur hidup. Dia kira suaminya yang lembut padanya telah menaruh hati dan menerimanya, tapi ia salah. Suaminya ternyata masih mencintai kekasihnya yang telah meninggalkannya. Suaminya masih mencari kekasihnya secara diam-d
Read more

Sakit Ini

Keesokan harinya.Hembusan angin sejuk itu menyeludup masuk ke ceruk lehernya, surai hitamnya terbawa angin. Matanya panas dan sembab. Semalam dia menangisi semuanya yang terjadi padanya. Ia mengelus perutnya, sesuatu bergerak di perut itu membuatnya tersenyum. Hanya anak itu harapan dan kenang-kenangannya. Dia menyandarkan kedua tangannya ke pagar pembatas itu. Sudut bibirnya tertarik, baru sekarang pemandangan itu sangat indah. Suaminya tengah bersama dengan wanita lain. Menikmati dengan senyuman indahnya."Kamu tampan juga, tapi sayang senyuman itu bukan milik ku."Hah "Nyonya." Sapa Emelin, ia sangat khawatir pada keadaannya majikannya. Tadi malam majikannya tidak ingin di ganggu oleh siapa pun.Mata Emelin mengikuti tatapan Duchess Anabella. "Bukankah pemandangannya sangat indah." Duchess Anabella mendongak agar air matanya tidak terjatuh. "Bunga mawar yang sangat indah.""Nyonya harus kuat demi tuan muda.""Ak
Read more

Kemarahan Duke Alex & Duka Duchess

Panasnya matahari mulai terasa, Duchess Anabella hanya berdiam diri dengan mata kosong dan duduk di bawah pohon yang rindang. Ia lelah dan sangat lelah.   "Nyonya, sebaiknya masuk ke dalam." Ucap Emelin melihat matahari yang tadinya panas kini mulai tenggelam. Tak terasa majikannya berdiam diri di halaman belakang seharian. Ia yakin, pikirannya pasti memikirkan Duke Alex.   "Aku masih ingin di sini Emelin." Lirih Duchess Anabella. Masuk ke dalam membuatnya terasa sesak.   "Pikirkan kesehatan Nyonya." Ucap Emelin. Sedari tadi ia sudah mengajak majikannya masuk ke dalam. Namun tidak di jawab sedikit pun.   "Baiklah, sepertinya mulai terasa dingin." Duchess Anabella pun berdiri, ia melangkah dengan wajah lesu.  Sesampainya di kamarnya ia langsung menyandarkan tubuhnya yang terasa letih. Mengusap pelan perut buncitnya yang bergerak. Kehamilannya akan memasuki usia tujuh bulan. Tinggal dua bu
Read more

Jangan Menyentuh Ku

"Duchess, aku bukan .." "Puas! apa Tuan sudah puas? Apa salah Emelin sampai di hukum seperti dan merenggang nyawa." Duchess Anabella menutup mulutnya, air matanya membasahi tangannya. Ia tidak sanggup harus kehilangan Emelin. "Aku menghukumnya karena ..." Duchess Anabella berbalik, kilatan api muncul di kedua matanya. Dadanya naik turun merasakan pisau yang mengiris hatinya. "Hanya karena wanita itu," Duchess Anabella menghapus air matanya. "Hanya karena wanita itu, Tuan sampai membunuh Emelin." "Dia bersalah ..." "Apa dia mati? Tidak kan," Duchess Anabella tertawa. "Kamu kejam Tuan, Emelin hanya berusaha membela ku, tetapi Tuan." Duchess Anabella memutar tubuhnya kembali. "Aku ingin keluar dari rumah ini." Deg Duke Alex tersentak, sesuatu menjalar di dadanya, ia merasa panas. "Apa maksud mu? Jangan kamu pikir, hanya karena seorang pelaya
Read more

Tragedi Ruang Makan

Kesatria Luis mengantarkan Dokter pribadi kediaman Duke ke kamar Duchess Anabella. Sesampainya di sana, ia mengetuk pintu kokoh itu. Dari dalam kamar, terdengar langkah tergesa-gesa mendekati mereka."Tuan," ujar Zoya seraya membuka pintu. Ia menoleh. "Maaf, Nyonya tidak ingin di ganggu." "Tapi, Nyonya harus di periksa." Ucap Kesatria Luis. "Aku tidak butuh pemeriksaan Dokter. Biarkan luka ini terlihat. Luka ini tidak sebanding apa yang Tuan Duke perbuat." Ucap Duchess Anabella seraya berjalan menghampiri Kesatria Luis dan pria paruh baya itu. "Nyonya, biar saya memeriksa keadaan Nyonya." Sanggah pria berjas putih itu. Ia merasa iba melihat kondisi Duchess Anabella. Semua orang pun sudah mendengar rumor tentangnya. Apa lagi dirinya, tentu ia merasa prihatin. "Tolong, Nyonya." "Pergilah, aku tidak ingin di ganggu. Emelin yang akan mengobati ku." Duchess Anabella tersadar apa yang ia ucapkan. Bi
Read more

Perlahan Mundur

Ke esokan harinya.Sinarnya matahari menyeludup memasuki jendela kaca itu, membuat sang empu menggeliat. Ia meraba seseorang di sampingnya. Namun tidak ada siapa pun. Bunyi burung yang bertengger pun di pohon cemara memasuki telinganya. Ia membuka matanya, silaunya cahaya matahari membuatnya mengucek matanya. "Emmm," Ia menoleh, tidak melihat siapa pun. Ia beringsut duduk. Lalu menggelengkan kepalanya. Pikirannya mulai tenang, semenjak berpisah ranjang dengan istrinya karena kedatangan Floria. Ia harus berpisah ranjang. Ia takut membuat Floria cemburu dan selama itu pula ia susah untuk tidur, biasanya Duchess Anabella akan mengelus kepalanya sampai ia tertidur pulas. Namun sekarang tidak lagi. Entah, pernikahannya bahagia atau tidak dengan Floria. Ia yakin akan bahagia. Saat itu ia akan memeluk mesra wanita yang ia cintai. Namun, bukannya wajah Floria, tetapi wajah Duchess Anabella yang menghantuinya. Ia menggeleng, mungkin karena sem
Read more

Hati Menangis Darah

Pantas saja aku merasakan sesuatu ternyata ini penyebabnya batin Kesatria Luis menunduk.Ia melepaskan nafas beratnya, ada rasa tak suka di hatinya. Semenjak kedatangan wanita ini lah Duchess Anabella sering menangis. Ia paham, bukan kematian Emelin yang membuatnya sedih, tapi kedatangan Floria. Duke Alex cerdas dan pintar dalam strategi perang. Namun bodoh dalam mengerti perasaan wanita.Apa aku coba saja mendekati Duchess dan membuatnya cemburu? Dengan begitu kan aku bisa tau isi hati Duke Alex batin Kesatria Luis."Kesatria Luis.""Ah, iya." Kesatria Luis langsung menunduk. "Maaf mengganggu waktunya Tuan dan Nona Floria. Tuan diminta untuk ke Istana.""Tunggu aku." Duke Alex mencium kening Floria dengan sangat dalam.Keduanya pun keluar dari kediaman Duke. Namun sampai di halaman istana. Matanya melihat Duchess Anabella. Rambutnya torambang ambing terbawa angin. Matanya sendu, tersimpan beribu kesedihan."Dengan cara apa aku menghi
Read more

Kamu Anggap Apa Hati Ku

"Cukup!" Bentaknya. Semua bangsawan bungkam, mereka saling melirik satu sama lainnya. Ada yang mengeluarkan kipasnya dan menoleh ke arah lain. "Ini masalah keluarga ku." Duchess Anabella memejamkan matanya. "Tidak ada urusannya dengan kalian. Aku menderita atau pun bahagia, sama sekali tidak ada urusannya dengan kalian semua." Duchess Anabella langsung pergi meninggalkan tempat menyesakkan itu. Ia berjalan dengan langkah berat. Seakan tubuhnya tak bisa ia tumpu. Ia langsung terduduk di tanah berumput itu. "Nyonya," ujar Zoya seraya membantu memapah tubuh majikannya. Sama hal dengan dirinya, air matanya tak bisa ia tahan. Sudah ia duga, semuanya akan seperti ini. Sudah cukup penderitaan bagi majikannya. Sampai kapan majikannya bisa hidup bahagia. Duchess Anabella di papah oleh Zoya sampai ke kereta. Selama di perjalanan, air matanya terus membasahi pipinya. "Ayah." Flasback "Anabell," seru seorang pria paruh baya dengan memp
Read more

Menghapus Namanya

Hurt eps 9. "Uh, Romantisnya."  Serentak keduanya melihat ke arah Duchess Anabella yang tersenyum."Duchess." Selangkah Duke Alex memundurkan langkahnya. Ia seperti seorang suami yang tertangkap basah berselingkuh.  "Itu Duchess, tidak seperti yang Duchess pikirkan." "Oh, iya." Duchess Anabella mengerutkan keningnya. Ia tidak peduli dengan penjelasan basi dari Duke Alex. Telinganya sudah penuh dengan kisah mereka berdua. "Duchess itu," "Kalungnya cantik Tuan Duke dan Nyonya Duchess. Tidak perlu menjelaska
Read more

Aku Sudah Berbagi

"Aku tidak bisa menghidupinya. Setidaknya aku berusaha ...""Berusaha apa? Berusaha apa?" Duchess Anabella memegangi dadanya. "Dengan tangan ini. Aku merasakan darah segar Emelin. Wanita yang selalu mendampingi ku. Sedih atau pun senang dia tau. Makanan apa kesukaan ku,minuman apa kesukaan ku. Dia tau semuanya. Dan pada saat itu, dengan teganya Tuan menghukumnya layaknya binatang. Aku bisa meminta maaf atas nama Emelin. Seandainya Emelin masih hidup. Dia hanya ingin membela ku. Hatinya tidak tega melihat ku menangis. Setidaknya kamu memahaminya.""Duchess aku tidak bermaksud ...".Duchess Anabella memberikan kode agar Duke Alex menghentikan tangannya yang ingin menyentuhnya. "Aku muak dan sudah bosan tinggal di rumah ini."Duchess Anabella melangkah dengan cepat. Zoya pun berlari mengikuti langkah sang majikan. "Zoya, cepat bereskan semua pakaian ku. Aku tidak mau tinggal di sini lagi.""Baik, Nyonya." Zoya mengambil sebuah kotak besar penyim
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status