Home / Romansa / Crazy Woman / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Crazy Woman: Chapter 101 - Chapter 110

124 Chapters

99 : Papah dan Ayah

"Kenapa sosok Lidya jadi hadir dalam halusinasi Ria?" tanya Antara dengan suara besar menandakan bahwa ia sedang marah saat ini. Ardi meletakkan pena ke atas mejanya. Ia sedang berpikir harus berperan sebagai psikiater Ria atau sahabat dari lelaki di hadapannya. "Memang hal tersebut bisa terjadi? Dua orang hadir secara bersamaan di dalam halusinasinya. Mengapa tidak satu saja?" Antara bertanya sambil berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya. Ia tidak bisa diam ketika sedang gusar. "Kamu sedang konsultasi tentang putrimu atau sedang berkeluh kesah pada sahabatmu?" Ardi menyerah, ia tidak tahu harus memposisikan dirinya dimana. Salahnya juga yang menerima permintaan sahabatnya untuk menangani putrinya. Ditambah satu putranya yang menjadi pasiennya juga. "Aku nggak tahu." Antara juga tidak tahu dirinya mau apa saat ini. Ardi mengambil rekam medis Ria dan membacanya di atas meja. Ia memutuskan berperan sebagai psikiater
last updateLast Updated : 2022-02-28
Read more

100 : Viral

"Tian, Yan, Yan!!!" teriak Jimmy dari ujung lorong dan terdengar hingga satu dorm. "Apaan, sih? Berisik." Tian semakin menenggelamkan tubuhnya di sofa bed ruang tengah. "Lo nggak ada niatan klarifikasi?" "Klarifikasi apa lagi? Udah muak gue klarifikasi terus," jawab Tian dengan kekesalan yang tergambar jelas. "Buka twitter, cepat!" perintah Jimmy yang tidak diindahkan Tian. Ia sedang malas memegang ponsel belakangan ini. Jimmy mengalah. Ia memberikan ponselnya yang menampilkan pemberitaan tentang Tian dan kekasihnya. "Lo perhatikan baik-baik!" tekannya yang dituruti oleh Tian. "Berita bermula ketika salah satu Wings ada yang menyebarkan foto Tian dan Ria sedang melakukan video call." Januar tiba dan menjelaskan awal mula identitas Ria terbongkar ke khalayak umum. "Akunnya tidak diketahui milik siapa, jika dilihat dari posisi dan lokasinya, sepertinya panggilan video ketika Ria di kantor." 
last updateLast Updated : 2022-03-02
Read more

101 : Relaps

“Sayang. Kamu udah bangun?” tanya Antara dengan sigap ketika melihat pergerakan putrinya dari ranjang pasien. Ria memandang Antara dengan terheran. Ia melihat sekeliling ruangan dan pandangannya terfokus pada seseorang. “Ada berapa orang di ruangan ini?” Antara menyadari putrinya melihat sosok lain karena pandangannya yang hanya terfokus pada satu titik. “Dua.” Menghela nafas lelah dan berusaha tersenyum. Antara berusaha memahami dan mempercayai yang terlihat oleh netra Ria. “Coba bawa ke sini. Papah mau kenalan,” kata Antara berusaha ramah. “Cih, mana mau dia. Dia kan penakut. Beraninya ngomporin aku doang di berbagai situasi,” cibir Ria pada sosok tersebut. “Ria mau cerita sama Papah?” tanya Antara coba memancing Ria mengutarakan perasaannya. “Papah disuruh Dokter Ardi, pasti!” tuduh Ria yang mem
last updateLast Updated : 2022-03-04
Read more

102 : Berbincang

"Sakit apa sih, Ri? Lo keliatan baik-baik aja." Jimmy memecah keheningan yang tercipta di ruangan tersebut. Pekerja salon baru saja keluar setelah selesai dengan tugasnya. Ria kembali nampak stunning dengan rambut hitam legam mengkilap. Wajah yang fresh seperti biasa saat mereka bertemu. Ria berdehem untuk menetralkan suaranya. Ia memang tidak pernah memberitahu penyakitnya pada siapapun selain keluarganya yang memang sudah tahu dari lama. "Hmm, skizofrenia?" jawab Ria tak yakin. Ia tidak pernah mendapat diagnosis gamblang dari dokter. Jimmy dan reaksi berlebihannya. Ia langsung berdiri dari sofa dan menarik kursi ke sisi ranjang Ria. "Sejak kapan?" tanyanya yang terlihat sangat tertarik. "Five years ago atau lebih." Hanya ketidakyakinan yang dapat Ria sampaikan. "Lo tahu, Yan?" Jimmy beralih ke Tian yang sedang memperhatikan Ria dengan tatapan dalam. "Nggak." Jawaban tersebut semakin membuat
last updateLast Updated : 2022-03-06
Read more

103 : Lompat

“Papah,” panggil Ria dalam tidurnya. Tubuhnya berguling ke kanan dan kiri masih dalam posisi terlelap di tengah malam. Terbangun dengan nafas tersengal dan melihat sekeliling yang gelap. Ria kembali masuk ke dalam halusinasinya akibat ruangan tanpa pencahayaan seperti ini. “Nggak mau! Ria nggak mau dekat-dekat Ibu,” sentak Ria dengan suara keras. “Pergi! Pergi!” Ria turun dari hospital bed dan berlari tak tentu arah. Ia mengikuti arahan sosok lelaki yang selama ini menjadi petunjuknya untuk keluar dari situasi ini. Ria berhasil membuka pintu dan keluar dari kamar inap, menjauhi sosok ibu yang muncul di hadapannya tadi. “Papah!” panggil Ria lagi di sepanjang larinya. Terdengar beberapa langkah kaki yang mengejar di belakangnya. Ria semakin berlari tak tentu arah dengan ketakutan yang melingkupinya. “Jangan kejar Ria! Biarin Ria pergi jauh da
last updateLast Updated : 2022-03-10
Read more

104 : Pukulan Telak

“Ria kenapa mau pergi ninggalin Papah?” tanya Antara begitu Ria sudah dalam kondisi stabil dan dapat diajak berbicara. “Papah kenapa nggak pernah ada setiap Ria panggil?” “Papah kerja, Nak.” Jawaban tersebut membuat Ria mendengus. “Ria takut apa? Ria mau pergi dari siapa?” tanya Antara begitu teringat bahwa putrinya ingin pergi jauh dari kehidupan seseorang. “Ibu.” Sesuai dugaannya, mendiang istrinya yang sangat ingin dijauhi Ria. “Sekarang tahun berapa?” tanya Antara kembali memastikan bahwa Ria di hadapannya saat ini adalah Ria kecil atau Ria dewasa. Gelengan kepala sebagai jawaban yang diterima Antara. Tergambar jelas bahwa Ria kebingungan ketika ditanyai waktu saat ini. “Ria ingat apa saja yang sudah dilakukan Ibu terhadap Ria?” Ria menganggukan kepala. Entah bagaimana ceritanya, semua memori t
last updateLast Updated : 2022-03-12
Read more

105 : Pasca relaps

Tiga bulan waktu yang dihabiskan untuk pengobatan Ria di rumah sakit secara intensif. Hal tersebut bersamaan dengan Reno yang semakin parah kondisinya dan mengharuskan dirawat juga di rumah sakit. Antara meminta bantuan Wira untuk menemaninya mengurus kedua anaknya yang berada di bangsal psikiatri. Tubuhnya seolah terbagi dua untuk menemani putrinya atau putranya yang butuh pendampingan juga. Wira yang tidak tega memutuskan untuk hadir di tengah-tengah mereka. Ia meninggalkan pekerjaan di Pusat kepada Dika dan meminta lelaki tersebut untuk tidak mengganggu Antara sedikitpun perihal pekerjaan. Mereka sekeluarga juga melakukan konseling keluarga ketika Ria dan Reno dirawat intensif di rumah sakit, yang mana seluruh Ananta hadir beserta Wira dan Antara di dalamnya. Mereka meluruskan semua kesalahpahaman yang selama ini terjadi dan dipercayai selama bertahun-tahun. Pengakuan pertama dilakukan oleh Wira. “Kakek tahu bahwa selama i
last updateLast Updated : 2022-03-15
Read more

106 : Monokrom

“Gue punya CV, mau lihat nggak?” tanya Ria di dalam mobil karena mereka yang belum mempunyai tujuan. “CV siapa?” “Gue,” jawab Ria. “Tapi-” Reno menggantung perkataannya karena yakin belum selesai. “Dijalankan oleh orang lain,” timpal Ria dengan bangga. “Lo punya berapa CV?” “Tiga, empat, lima. Wah tak terhingga,” kata Ria dengan merentangkan tangan. “Kurang-kurangin deh, Ri. Nggak baik untuk keuangan lo ke depannya karena lo sendiri nggak ikut terjun langsung dalam kepengurusan CV tersebut.” “Kenapa? Sejauh ini nggak pernah ada berita kerugian dari CV yang gue punya,” kata Ria heran. “Karena lo nggak tahu duit yang masuk dan keluar dari rekening lo berapa! Iya, kan?” tuding Reno tepat sasaran. “Terus gimana dong?” Ria jadi risau. Dibandingkan mengeluarkan uang di CV, lebih baik dan lebih untung jika ia membeli saham atau menjadi investor di sebuah PT. “Nah itu dia! Gue ini investor! Investor di banyak perusahaan.” “Tapi nggak pernah tahu kemana perginya uang ters
last updateLast Updated : 2022-03-18
Read more

107 : Belum Menerima

“Salam kenal, semua. Gue Reno, calon dir-” Perkataannya terhenti oleh Ria yang tiba-tiba membekap mulutnya. “Dia direktur di salah satu perusahaan mitra Monokrom,” timpal Ria langsung dengan tangan masih menutup mulut Reno. “Gue orang yang lagi dekat dengan Ria,” kata Reno berbangga diri. “Pacar baru, Kak?” tanya Elang dengan polosnya. “Semoga akan berakhir ke sana, ya,” jawab Reno dengan tengilnya.“Mau makan apa? Pesan sana. Gue traktir,” ujar Ria menghentikan aksi Reno yang semakin aneh. Elang dengan semangat mengambil ponsel yang Ria sodorkan untuk memesan makanan dan cemilan. “Jangan dikasih ke orang lain. Kamu tanyain aja ke mereka dan kamu yang pesanin dari hp aku,” ujar Ria serius. “Wah, lagi berperan sebagai orang dermawan dia,” gumam Reno yang masih terdengar oleh yang lain. “
last updateLast Updated : 2022-03-20
Read more

108 : Penggelapan Dana

"Apa kabar Tuan Putri gadungan?" tanya seseorang mengusik ketenangan Ria yang sedang duduk di taman. "Udah selesai peran Tuan Putrinya? Tuan Putri sudah jatuh miskin?" tanya orang tersebut lagi dengan nada mengejek. "Atau selama ini, Tuan Putri hanya halusinasi? Selama ini dia hanya berlagak kaya raya agar mendapat tempat di sisi GMC? Wah, bagus juga triknya untuk masuk ke dalam lingkup pertemanan mereka." Perkataan wanita tersebut semakin abstrak. Ria tidak mengerti, sumpah. "Kok nggak jawab sih, Tuan Putri? Eh, atau Nona?" "Oh, gue paham. Karena Sang Nona jatuh miskin maka dia mulai menekan Sang Tuan dan memastikan posisinya aman. Sehingga Sang Tuan selalu merasa bersalah karena ingin mencari yang lebih baik dari Sang Nona yang hanya bisa memanfaatkan Sang Tuan." Perkataan tersebut tak mendapatkan tanggapan dari Ria. Ia masih setia memandang ke arah pepohonan di depannya. "Selain pura-pura jadi kaya, lo ternyata bisu
last updateLast Updated : 2022-03-23
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status