Home / Romansa / Crazy Woman / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Crazy Woman: Chapter 71 - Chapter 80

124 Chapters

69 : I'm not her

“Pulang sana, Jim. Istirahat. Biar gue yang jaga di sini,” ujar Julio ketika melihat Jimmy yang masih terjaga. Julio yakin Jimmy belum tidur dari semalam. Jimmy tidak beranjak dari kursi di samping Tian. Ia tidak merespon perkataan Julio barusan. “Jim!” Jimmy tersentak mendengar suara Julio yang cukup keras. “Hah,” sahut Jimmy begitu menyadari sudah ada sosok Julio di hadapannya. Akibat sentakan tersebut, membuat Tian terbangun juga dari tidurnya. Lelaki tersebut bed rest total sedari kemarin. Tidak beranjak sedikitpun dari bed hospital. “Tidur sana!” Julio menepuk paha Jimmy, menyuruhnya beranjak dari sisi Tian. “Morning, Bang,” sapa Tian dengan muka bengkaknya karena kelamaan tidur.“Bangun, bangun. Gimana? Masih sakit gak?” Julio mengecek pinggang Tian yang sudah berubah warna menjadi ungu. “Lebam, Yan,&rdq
last updateLast Updated : 2022-01-08
Read more

70 : Berdamai dengan Masa Lalu

Fikri mencari sang nona dengan cemas. Kakinya melangkah tak tentu arah dengan pandangan yang melihat sekitar. Barangkali ia menemukan sang nona.  Fikri sudah diwanti-wanti Antara untuk menjaga sang nona untuk tidak terlibat tindak kriminal satupun di sini. Hukum di sini tidak memandang siapa kamu, kekuasaan tidak berlaku di sini jika sudah masuk pengadilan.  Salah Fikri yang lengah dalam mengawasi sang nona. Ia memiliki firasat buruk. Semoga saja tidak masalah yang berarti.  Langkahnya terhenti begitu melihat sang nona menerjang seseorang hingga terjatuh. Orang tersebut tak berdaya dan tak punya kekuatan untuk melawan. Ria mencekiknya! Ya Tuhan, salah seorang GMC.  Fikri berlari menghampiri keberadaan sang nona sebelum lelaki tersebut kehabisan napas dan meninggal. Fikri lebih takut sang nona terjerat kasus hukum di negeri orang dibandingkan ia harus menghilangkan nyawa seseorang.  "Nona!" Fikri menarik tubuh Ria yang
last updateLast Updated : 2022-01-09
Read more

71 : Ibu

Beberapa tahun silam.   “Bu,” panggil Ria setibanya ia di rumah. Melihat tidak ada aktivitas satupun dari pintu depan, ia berjalan menuju halaman belakang. Barangkali sang ibu ada di sana.  “Ampun, Nyonya.” Terdengar suara seorang wanita meminta ampun. Ria bergegas menghampiri tempat tersebut.  Ria tersentak melihat kejadian di hadapannya. Ia tidak berani menampakkan diri. Memilih bersembunyi di balik pintu menuju halaman belakang. “Kenapa kamu membangkang, Emi?” tanya Lidya-ibunya Ria dengan amarah yang tertahan.  “Saya tidak bermaksud, Nyonya,” balas Emi dengan raut kesakitan yang tergambar jelas di wajahnya.  “Lalu maksud kamu apa? Ingin menggantikan posisi saya sebagai Nyonya Besar di rumah ini? Iya?” Lidya menarik rambu Emi hingga kepala wanita tersebut mendongak ke atas.  Emi hanya mampu menggelengkan kepala. Tarikan di rambutnya sangat menyakitkan.  “Jawab!” bentak Lidya
last updateLast Updated : 2022-01-11
Read more

72 : Ke New York

"Jul, are you okay?" Pandangan Januar tak pernah lepas dari Julio yang tampak tidak seperti biasanya. Julio memandang kosong ke arah depan. Tidak menanggapi pertanyaan Januar. "Jul!" sentak Januar yang membawa kembali kesadaran Julio saat ini. "Mau dipending saja konsernya? Kalian gak bisa naik ke panggung kalau dalam keadaan kacau begini," kata Januar dengan tegas. Ia mendapati Julio, Jimmy dan Tian seperti tak ada semangat hidup. Mereka hanya melamun dan tidak menanggapi obrolan GMC lainnya. "Nggak mungkin, Wings sudah beli tiket untuk hari ini dan nggak bisa diundur begitu saja." Samuel menanggapi perkataan Januar yang terdengar tidak masuk akal. "Coba sini cerita, kalian ada masalah apa? Jangan dipendam sendiri," kata Septa mencoba menghangatkan suasana di antara mereka. "Jul, lo yang paling chaos sih. Mau cerita berdua dengan salah satu kita saja?" Samuel menawarkan opsi tersebut karena permasalahan y
last updateLast Updated : 2022-01-13
Read more

73 : Berdamai

"Ck. Lama." Ria menghentakkan kakinya ke lantai dalam posisi duduk di sofa. Ia tidak mendengar satu suara pun dari lelaki di hadapannya. "Hitung sampai tiga. Kalau gak bicara juga, gue tinggal," ucap Ria memberi peringatan. Yang benar saja, sudah mengganggu waktunya dengan berkunjung tanpa memberi kabar. Tiba di hadapannya justru tidak bersuara. "Satu, dua, ti-" "Gue minta maaf," ujar Julio dengan gurat ketakutan. "Apa? Gue gak salah dengar?" Ria mengkonfirmasi perkataan yang didengar barusan, barangkali telinganya bermasalah atau bagaimana. "Gue datang ke sini mau minta maaf," ujar Julio sekali lagi mempertegas kalimat sebelumnya. "Kepentok apaan lo tiba-tiba minta maaf begini?" tanya Ria dengan skeptis. Terakhir kali pertemuannya dengan Julio bahkan lelaki tersebut masih keras kepala menyalahkan tindakan ibunya dan dilimpahkan kemarahan tersebut pada Ria. "Gue serius, Ri." "Gue
last updateLast Updated : 2022-01-15
Read more

74 : Ruang Makan

“Mercedes atau Toyota yang ready?” tanya Ria pada seseorang di ujung sana.“Dua-duanya ready, Nona. Mau mobil jenis apa?” tanya Fikri yang sedang berada di showroom mobil atas perintah Ria.“MPV dong. Saya kurang nyaman pakai SUV,” timpal Ria dengan wajah merengut. Mengingat beberapa hari dia di US menggunakan mobil SUV. “Baik, Nona.” “Lexus gak ada?” tanya Ria kembali begitu mengingat mobilnya di Jakarta yang cukup nyaman.“Lexus tidak beredar di sini, Nona,” jawab Fikri setelah menanyakan pada petugas dealer.“Ok, Toyota saja gak masalah,” putus Ria. Merk apapun yang penting MPV atau biasa disebut minivan. “Toyota Sienna mau?” tanya Fikri menawarkan setelah menemukan mobil yang sekiranya disukai sang nona. “Muat berapa orang?” “8 orang sama supir.”“Yaudah am
last updateLast Updated : 2022-01-17
Read more

75 : Bergaduh

"Wah, pantai!" ucap Tian senang dan berlari menuju bibir pantai. Terik matahari tak menyurutkan semangatnya.  "Jangan jauh-jauh Yan! Nanti tenggelam, susah," teriak Ria begitu melihat lelaki tersebut sudah menyeburkan dirinya ke air.  Tian memberikan tanda 'ok' melalui jarinya. Samuel dan Julio menggelengkan kepala melihat betapa antusiasnya Tian ketika bertemu pantai.  "Ikutan sana, temenin Tian," pinta Ria pada mereka berdua yang masih setia berdiri di sampingnya.  Julio ikut bergabung dengan Tian menikmati air di pantai yang terlihat sangat menyegarkan. Mereka bermain air layaknya anak kecil yang bertemu wahana permainan.  Ria dan Samuel berjalan menuju kursi lonjer yang tersedia. Entah para p
last updateLast Updated : 2022-01-18
Read more

76 : Bukan Tandingan

"Boo, Bang Randy sekarang ada dimana?" tanya Tian memecah keheningan di antara mereka. Ria yang sudah *tipsy tidak begitu mendengar perkataan Tian. "Apa, Yan?" tanya Ria memastikan. (*agak mabuk)"Bang Randy dimana sekarang?"Ria memejamkan matanya, berpikir keras. "Iya juga. Dimana dia ya?" Tian menepuk jidatnya mendapati pertanyaan dari Ria. "Coba lihat ke belakang. Di pojok dekat counter minuman," kata Tian dan langsung diikuti oleh gerakan kepala Ria yang sudah memperhatikan keadaan di belakangnya. Ria menyipitkan kedua matanya berusaha memfokuskan pandangannya yang mulai kabur. Tanpa diduga, Ria bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri tempat yang katanya Tian terdapat sosok Randy. "Eh, ngapain dia? Ikuti sana, Yan! Pengalaman gue sih biasanya orang mabuk bertindak impulsif," suruh Julio yang langsung diikuti oleh Tian. Ria tiba di depan meja yang diduga terdapat sosok Randy. Ia terkejut, bukan
last updateLast Updated : 2022-01-20
Read more

77 : Khawatir

"Reno!" teriak Ria dari tangga. Reno tidak menghiraukan panggilan tersebut dan melanjutkan langkahnya. "Ren!""Apa tadi? Lo panggil gue apa?" tanya Reno dengan nada kesal yang tergambar jelas. "Sorry. Bang Ren," ralat Ria yang tak mendapat respon apapun. "Please, jangan sentuh dia," ujar Ria memelas. Setelah memberikan ultimatum kepada Samuel untuk tidak mencampuri urusannya, Ria ikut pulang kedua Kakaknya ke California. Atas suruhan Antara tentu saja. Reno dan Randy datang ke New York karena ada urusan di Adiwira Group. Ria mau tidak mau mengikuti perintah tersebut, karena ia tidak berani melawan Reno. GMC langsung kembali ke LA tanpa didampingi oleh Ria. Segala keperluan mereka diurus oleh staf dan pengawal yang ikut juga ke New York. Ria tidak begitu mengkhawatirkan kondisi GMC karena fokusnya adalah meminta Reno untuk tidak melakukan apapun. Sudah dua hari ia berada di kediaman Anta
last updateLast Updated : 2022-01-22
Read more

78 : Maaf

"Boo," panggil Tian dari arah pintu masuk backstage GMC. (Read : Bhuu, bukan bu Ibu)Ria membalikkan tubuh, menghadap sepenuhnya ke arah GMC yang berdatangan dalam posisi berbaris. Pandangan Ria langsung terfokus pada seseorang yang menjadi alasannya mengendarai mobil seperti orang kesetanan dari California menuju LA. "Thank God, you save him," ucap Ria penuh syukur pada Tuhan. Ia tidak melihat luka sedikitpun di tubuh Samuel dan lelaki tersebut tampak baik-baik saja. "Kenapa, Boo?" tanya Tian yang sudah berdiri di hadapannya, menutupi pandangan Ria ke arah yang lain. Mata Ria langsung berkaca begitu melihat pandangan teduh dari lelaki di hadapannya. Tanpa pikir panjang, Ria menubrukkan tubuhnya pada dada bidang Tian yang tengah mengenakan sweater coklat dengan wangi khas. "Takut," ungkap Ria tidak begitu jelas karena wajahnya yang terbenam sepenuhnya di dada Tian. "Takut kenapa?" "Kamu ninggalin ak
last updateLast Updated : 2022-01-23
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status