Home / Romansa / Crazy Woman / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Crazy Woman: Chapter 81 - Chapter 90

124 Chapters

79 : Diracun

"Mar, Nona ada sama kamu?" tanya Fikri melalui sambungan telepon. "Ada," balas Mario dengan keras. "Dimana sih? Berisik banget." Fikri heran dengan suasana riuh yang terdengar. "Konser GMC." Jawaban dari Mario langsung membuat Fikri membelalakan mata. "Lo gila? Jangan bawa Nona ke tempat ramai!" ucap Fikri keras. Ia mulai gusar, sang nona akan terganggu. "Nona sendiri yang mau."Menghela nafas sambil berpikir keras. Apa yang harus ia lakukan. "Okay, gue on the way ke sana. Lo berdiri tepat di samping Nona, please." "Iya." Sambungan mereka berakhir. 
last updateLast Updated : 2022-01-25
Read more

80 : Reno

Dear, Samuel. Ketika lo membaca pesan ini, pasti lo sudah sadarkan diri. Entah berapa lama waktu yang lo habiskan hingga bisa membaca surat ini. Maaf atas segala hal yang menimpa lo dan membuat lo sakit. Gue tidak bermaksud lari dari tanggung jawab setelah semua yang terjadi. Gue udah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat lo pulih kembali. Sekali lagi, maafkan gue dan abang gue. Karena dia, lo harus mendekam di rumah sakit ini. Sampaikan maaf gue juga untuk yang lain, terutama Kak Delfi. Maaf, pertemuan kita bukannya dalam suasana baik malah dalam suasana sedih. Bilang Tian juga, maaf gak bisa menemani selama di US. Rencana kita party di Vegas harus batal karena satu dan lain hal. Gak usah cari keberadaan gue dimana, ya. Gue baik-baik saja. Ada Papah gue di sini, tenang aja. Fokus dengan penyembuhan lo. Pokoknya sampai kita berjumpa lagi, lo harus sudah dalam keadaan sehat fisik dan mental! Terima kasih sudah menca
last updateLast Updated : 2022-01-27
Read more

81 : Memori

Beberapa tahun silam. "Reno, kamu habis dari mana?" tanya Lidya begitu mendapati anaknya baru pulang ke rumah setelah tiga hari tak ada kabar. "Main," jawab Reno tanpa menolehkan wajah. "Kenapa nggak kabarin Ibu? Ibu khawatir, Nak.""Berisik, ah! Urusin aja anak yang lain." Reno membanting pintu kamar tanpa mempedulikan keberadaan Lidya. Ibu dan anak tersebut kerap kali terlibat percekcokan. Reno yang sulit sekali diatur dan menuruti perkataannya, membuat Lidya stres bukan main. Terlebih hal tersebut terjadi semenjak Lidya hamil anak keempat. Reno menjadi semakin menjauh dan di luar jangkauannya. Semakin hari Lidya dibuat pusing dengan kelakuan Reno di luar sana yang harus berurusan dengan polisi. Berulang kali Lidya mendatangi kantor polisi untuk menebus sang anak dan tak sedikit juga uang yang dikeluarkannya.Reno selalu berurusan dengan aparat tersebut karena tindak kriminal yang dilakukan. Sering kali
last updateLast Updated : 2022-01-28
Read more

82 : Ananta

"Ria!" Semua orang terkejut melihat tindakan Ria yang langsung melemparkan pecahan gelas ke arah Reno dan tepat mengenai lengannya. Reno merintih ketika merasakan pecahan tersebut menembus kulitnya dan menancap keras di jaringan ototnya. "Gila, lo!" teriak Reno pada Ria yang tengah dipegangi oleh Randy.  "Emang! Baru tau lo?" jawab Ria tanpa beban.  "Ria, cukup! Jangan lagi. Kamu mau bunuh Abang sendiri?" tanya Wira dengan tegas meminta Ria untuk berhenti.  "Kenapa? Dia aja nyuruh aku mati terus, kok. Sekalian aja dia yang aku matiin." Reno dan Reynal membelalakan mata mendengar perkataan Ria tersebut.  "Sekarang kalian paham kenapa saya pisahkan kalian berdua?" tanya Wira yang membawa topik baru.  "Lihatlah! Kalian tidak seperti anak konglomerat lain yang sibuk rebutan harta dan kekuasaan. Kalian malah meributkan luka masa lalu yang tidak akan pernah sembuh jika tidak saling menyembuhkan."  "Kamu
last updateLast Updated : 2022-01-29
Read more

83 : Las Vegas

Las Vegas. Sebuah kota yang terkenal dengan bisnis perjudian, perbelanjaan dan hiburan. Kota ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Bisnis casino sangat laku di sini dan mereka yang berhasil mendirikannya di kota ini, dapat dipastikan memiliki kekuasaan yang luar biasa. Terkenal dengan kota penuh dosa karena segalanya legal di sini, maka banyak sekali mafia kelas kakap yang bersaing untuk menguasai wilayah di sini. Para pengusaha yang berniat mendirikan bisnis di wilayah tersebut harus menjalin hubungan dengan salah satu mafia yang diakui di sana. Tidak berlaku bagi Wira karena ia lah si ketua mafia tersebut. Ria baru mengetahuinya barusan ketika anak buah sang kakek memiliki tato yang sama di bagian leher belakang. Seperti di film-film yang menggambarkan tentang gangster, maka ia melihat suasana tadi tersaji di depan matanya langsung. Bagaimana anak buah Wira yang begitu tunduk dengannya dan aura sang kakek yang tergambar seolah menunjukkan ia lah Don Juan
last updateLast Updated : 2022-01-30
Read more

84 : Hangout

"Fikri, kasurnya keras banget. Beli baru yang lebih empuk," ujar Ria ketika merasa tempat yang ditidurinya sangat keras, tidak seperti biasanya. "Itu apaan sih, berisik banget." Ria kembali mengomel begitu terdengar suasana yang sangat ramai. "Bangun, Boo. Kamu bukan di kamar, masih di pinggir jalan," ucap Tian tepat di depan wajah Ria. Mengerjapkan mata berusaha menyesuaikan dengan cahaya sekitar. Pandangan Ria langsung terpaku dengan mata lelaki di hadapannya yang tertutup masker. "Hai, My Boo." Tian menyapa dan tersenyum membentuk bulan sabit di matanya. Ria mengangkat kedua tangannya dan disambut oleh Fikri yang menariknya untuk bangun. Lelaki tersebut selalu siap siaga melakukan kebiasaan ketika Ria terbangun. Memberikan Ria sebotol minuman yang langsung ditenggaknya. "Jam berapa sekarang?" "11 malam," sahut Tian. Ria meregangkan tubuhnya dan menguap lebar-lebar. “Sakit
last updateLast Updated : 2022-02-01
Read more

85 : Relaps

"Bawa Ria pulang sekarang! Sudah cukup mainnya," perintah Wira begitu mendapat kabar cucunya relaps di tengah jalanan Vegas. "Fikri tidak bisa dihubungi, Tuan. Saya takut melanggar batas jika menjemput Nona secara paksa," ujar si pengawal yang diberi perintah oleh Wira. "Kamu jemput Ria bareng dia. Langsung gendong aja dan bawa ke helipad." Wira beralih menyuruh Reynal yang sedari tadi terus berada di sisinya. "Baik, Kek." Semenjak kepergian Ria dari ruangan pimpinan, Wira tidak kehilangan sedikitpun kabar darinya. Ia menyuruh pengawal utusannya untuk menjaga Ria dari jauh dan mengabarkan apa saja yang dilakukannya. Wira terkejut mendapati Ria bersama kekasihnya. Tindakan yang begitu riskan karena bisa saja ada penggemar Tian yang tidak menyukai kedekatan mereka dan menyebarkan dokumentasi mereka selama bersama di jalanan Vegas. Beberapa pengawalnya sudah mengambil ponsel yang kedapatan mendokumentasikan c
last updateLast Updated : 2022-02-03
Read more

86 : Rumor

Dua hari dihabiskan Tian untuk merenungi kesalahannya. Ia takut hal ini akan menjadi trauma untuk ke depannya. Ketika menghabiskan waktu di luar bersama Ria, selalu berujung dengan gadisnya dijemput paksa oleh keluarganya karena kekambuhan. Tian bingung. Apa salahnya? Mengapa terjadi di saat mereka menghabiskan waktu berdua? Padahal belum lama ini mereka pergi juga ke tempat umum, tapi dengan GMC lainnya. Apakah dirinya tidak diizinkan untuk pergi berdua saja dengan Ria? Tian benar-benar mengurung diri di kamar dan tenggelam dalam pikirannya. Jika sudah seperti ini, maka Tian akan kehilangan kontak lagi dengan Ria. Dapat dipastikan, mereka akan menjalani kehidupan masing-masing dalam waktu yang cukup lama. Tanpa memberi kabar, tanpa mengetahui kondisi dan lokasi masing-masing. GMC beserta Monokrom sudah menghubunginya terus dari kemarin. Ia tidak berminat untuk membuka ponsel dan melihat kabar terbaru yang menyebabkan agensi juga menghubunginya
last updateLast Updated : 2022-02-04
Read more

87 : Menepi

"Kalo aku berhenti dari dunia hiburan, aku kerja apa ya, Pung?" tanya Tian di sore yang tenang pada sang opung. "Tinggal tunjuk aja perusahaan mana yang mau kamu urus," jawab Hartanto dengan mudah. Tian menghela nafas lelah. Dirinya kabur dari GMC selama lebih dari seminggu. Ia kecewa dengan agensi dan GMC terutama. Mereka tidak memihak dan membantunya untuk keluar dari permasalahan ini. Mereka justru memaksa Tian untuk patuh terhadap perkataan agensi. Seminggu dihabiskannya di kediaman Hartanto. Ia tidak punya tempat pulang lain, karena Ria sedang tidak berada di Jakarta. Hartanto senang saja menerima kepulangan cucunya setelah konser di Amerika. "Aku salah nggak sih, Pung? Membela nama baikku dan tidak mau mengakui hal yang tidak aku lakukan?" tanya Tian dengan gamang. Ia sudah melaporkan akun penyebar beritanya ke pihak yang berwenang, tapi berkasnya masih tertahan karena Tian yang masih berpikir ulang. "Sudah kamu
last updateLast Updated : 2022-02-06
Read more

88 : Berbincang

“Kalian bisa nggak-”  “Nggak.” “Ria!” teriaknya kesal. “Cantik,” balas Ria dengan enteng.  Ya, percakapan seperti itu hanya terjadi ketika Ria dan Hartanto bersama. Setelah bertemu dengan Tian di apotek rumah sakit, ia memutuskan untuk ikut ke kediaman Tian yang ternyata sedang tinggal bersama Hartanto. Terang saja Ria sangat senang mendapati fakta tersebut.  Begitu tiba di rumah Hartanto, tanpa permisi ia langsung memasukinya seolah rumah sendiri. Untungnya beberapa ART di sini sudah mengenalinya, kalau tidak, dapat dipastikan Ria sudah diseret keluar akibat dianggap maling yang asal masuk.  Kekesalan Hartanto barusan dikarenakan ia yang kembali mendapat kabar dari asistennya bahwa berita Tian dan Ria tengah berpelukan di apotek beredar di media sosial. Seolah tak ada habisnya pemberitaan yang tengah menyorot keduanya.  “Jangan bertemu di ruang publik dulu untuk sementara ini sampai berita tentang kali
last updateLast Updated : 2022-02-07
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status