"Bawa Ria pulang sekarang! Sudah cukup mainnya," perintah Wira begitu mendapat kabar cucunya relaps di tengah jalanan Vegas.
"Fikri tidak bisa dihubungi, Tuan. Saya takut melanggar batas jika menjemput Nona secara paksa," ujar si pengawal yang diberi perintah oleh Wira.
"Kamu jemput Ria bareng dia. Langsung gendong aja dan bawa ke helipad." Wira beralih menyuruh Reynal yang sedari tadi terus berada di sisinya.
"Baik, Kek."
Semenjak kepergian Ria dari ruangan pimpinan, Wira tidak kehilangan sedikitpun kabar darinya. Ia menyuruh pengawal utusannya untuk menjaga Ria dari jauh dan mengabarkan apa saja yang dilakukannya.
Wira terkejut mendapati Ria bersama kekasihnya. Tindakan yang begitu riskan karena bisa saja ada penggemar Tian yang tidak menyukai kedekatan mereka dan menyebarkan dokumentasi mereka selama bersama di jalanan Vegas.
Beberapa pengawalnya sudah mengambil ponsel yang kedapatan mendokumentasikan c
Dua hari dihabiskan Tian untuk merenungi kesalahannya. Ia takut hal ini akan menjadi trauma untuk ke depannya. Ketika menghabiskan waktu di luar bersama Ria, selalu berujung dengan gadisnya dijemput paksa oleh keluarganya karena kekambuhan.Tian bingung. Apa salahnya? Mengapa terjadi di saat mereka menghabiskan waktu berdua? Padahal belum lama ini mereka pergi juga ke tempat umum, tapi dengan GMC lainnya. Apakah dirinya tidak diizinkan untuk pergi berdua saja dengan Ria?Tian benar-benar mengurung diri di kamar dan tenggelam dalam pikirannya. Jika sudah seperti ini, maka Tian akan kehilangan kontak lagi dengan Ria. Dapat dipastikan, mereka akan menjalani kehidupan masing-masing dalam waktu yang cukup lama. Tanpa memberi kabar, tanpa mengetahui kondisi dan lokasi masing-masing.GMC beserta Monokrom sudah menghubunginya terus dari kemarin. Ia tidak berminat untuk membuka ponsel dan melihat kabar terbaru yang menyebabkan agensi juga menghubunginya
"Kalo aku berhenti dari dunia hiburan, aku kerja apa ya, Pung?" tanya Tian di sore yang tenang pada sang opung."Tinggal tunjuk aja perusahaan mana yang mau kamu urus," jawab Hartanto dengan mudah.Tian menghela nafas lelah. Dirinya kabur dari GMC selama lebih dari seminggu. Ia kecewa dengan agensi dan GMC terutama. Mereka tidak memihak dan membantunya untuk keluar dari permasalahan ini. Mereka justru memaksa Tian untuk patuh terhadap perkataan agensi.Seminggu dihabiskannya di kediaman Hartanto. Ia tidak punya tempat pulang lain, karena Ria sedang tidak berada di Jakarta. Hartanto senang saja menerima kepulangan cucunya setelah konser di Amerika."Aku salah nggak sih, Pung? Membela nama baikku dan tidak mau mengakui hal yang tidak aku lakukan?" tanya Tian dengan gamang. Ia sudah melaporkan akun penyebar beritanya ke pihak yang berwenang, tapi berkasnya masih tertahan karena Tian yang masih berpikir ulang."Sudah kamu
“Kalian bisa nggak-” “Nggak.” “Ria!” teriaknya kesal. “Cantik,” balas Ria dengan enteng. Ya, percakapan seperti itu hanya terjadi ketika Ria dan Hartanto bersama. Setelah bertemu dengan Tian di apotek rumah sakit, ia memutuskan untuk ikut ke kediaman Tian yang ternyata sedang tinggal bersama Hartanto. Terang saja Ria sangat senang mendapati fakta tersebut. Begitu tiba di rumah Hartanto, tanpa permisi ia langsung memasukinya seolah rumah sendiri. Untungnya beberapa ART di sini sudah mengenalinya, kalau tidak, dapat dipastikan Ria sudah diseret keluar akibat dianggap maling yang asal masuk. Kekesalan Hartanto barusan dikarenakan ia yang kembali mendapat kabar dari asistennya bahwa berita Tian dan Ria tengah berpelukan di apotek beredar di media sosial. Seolah tak ada habisnya pemberitaan yang tengah menyorot keduanya. “Jangan bertemu di ruang publik dulu untuk sementara ini sampai berita tentang kali
“Papah tertarik ke bidang konstruksi deh,” kata Antara di tengah kegiatan sarapan keluarganya. Seluruh Ananta kumpul di meja makan kali ini, momen yang langka sekali.Ria dan Randy menghentikan kegiatan menyuapnya dan meletakkan sendok garpu secara bersamaan. “Are you serious? Mau meninggalkan FMCG?” tanya Ria memastikan perkataan papahnya barusan.“Nggak ninggalin juga. Kan baru bilang tertarik, belum pasti akan ke sana.” Antara mendelik sebal ke arah dua anaknya.“Lagian tiba-tiba bilang begitu, apa tidak mengejutkan,” balas Ria dengan mencibir.“Kalau Papah ke konstruksi, yang megang Pusat siapa?” Randy ikut menyuarakan kebingungannya. Sang papah jika sudah bicara pasti akan kejadian.“Loh, kamu dan Ria ada di sana. Tiga bulan terakhir adik kamu loh yang memimpin Pusat,” kata Antara yang membuat Ria kesal mengingat masa itu.“
"Heh, anak baru," panggil Annet pada Ria yang baru duduk di kursinya."Gue punya nama!" sentak Ria. Ia sudah menahan kesabarannya dari pagi. Jika sorenya diganggu juga, bersiap saja mulut jahanamnya keluar.“Nggak penting nyebut nama lo!”“Nggak penting juga jawab perkataan lo berarti,” timpal Ria tak mau kalah.“Bellin gue kopi di bawah dong,” suruh Annet seolah ia pemilik ruang OPR.“OB ada.”“Gue maunya lo yang beli.” Annet kekeh dengan perintahnya.“Gue nggak mau,” balas Ria cepat.“Lo berani lawan gue?” tanyanya dan berdiri dari kubikel.“Berani lah! Siapa lo emang? Manajer bukan, direktur bukan, CEO bukan, gayanya kek pemilik perusahaan aja,” cibir Ria dan melempar tisu yang digunakannya barusan ke arah tempat sampah di bawah mejanya.“Awas lo, ya!
Tiga hari berlalu semenjak terakhir mereka makan malam di sate Kim Tek Palmerah. Tian mengikuti perkataan Ria untuk tidak bertemu dengannya dalam beberapa hari ke depan. Masing-masing sudah kembali pada kesibukannya.Trending topic masih dipenuhi oleh Tian dan GMC serta Monokrom yang tak kunjung melakukan klarifikasi. Tian sendiri memilih bungkam dan tidak mau memusingkan berita di luar sana. Ia juga tidak berniat meluruskan maupun menyangkal berita tersebut.GMC yang sudah tahu keinginan Tian memilih menghormatinya. Mereka tahu rasanya hidup bertahun-tahun terkekang oleh peraturan tak kasat mata di dunia hiburan, bahwa seorang anggota boys group tidak boleh memiliki kekasih.GMC dan Tian sudah berdamai dan saling mengungkapkan perasaan terpendam selama beberapa waktu terakhir. Mereka kembali bekerja untuk sebuah brand dan tapping untuk acara mereka yang lain.Beralih pada kesibukan Ria, perempuan tersebut sudah menjalani harinya d
"Kamu tahu, cucu kamu sama persis seperti dirimu waktu muda. Memiliki harga diri yang tinggi dan tidak suka hidup dalam skenario manusia," aku Wira pada lelaki tua di hadapannya."Hahaha, aku tidak tahu jika dia meniruku pada sisi itu.""Tempo lalu, aku berkunjung ke agensi ketika mendengar permasalahan agensi dengan artis besar mereka yang tak kunjung usai. Aku pikir masalahnya sangat rumit sehingga berlarut-larut, ternyata hanya perbedaan pandangan dalam menyikapi masalah tersebut," ungkap Wira begitu mengingat kunjungan terakhirnya ke Monokrom dan mendengar semua pertengkaran yang terjadi antara Haris dan Tian."Bagaimana keputusannya? Aku tidak suka cucuku jadi murung seperti itu akibat permasalahannya dengan agensi." Hartanto melakukan bidikan kembali pada papan di depan sana."Aku meminta Haris untuk berhenti merecoki artisnya untuk permasalahan yang seharusnya bisa ditangani oleh agensi. Apakah aku salah memilih CEO ya, Har?
Ria masih kepikiran dengan pertemuannya dua hari lalu di tempat panahan. Ia tidak menyangka bahwa Wira dan Hartanto berteman sedekat itu. Bodohnya ia yang langsung bersikap seolah hanya ada dirinya dan Hartanto di sana.Mungkin jika temannya Hartanto adalah orang lain, ia tidak begitu peduli menunjukkan interaksinya dengan Hartanto. Namun, orang tersebut Wira, loh. Kakeknya sendiri!Ria mengerti kekecewaan yang dirasakan oleh lelaki tersebut. Ia juga sering merasa kesal jika papahnya lebih memperhatikan Reno dibandingkan dirinya.Ria mengetukkan kepalanya pada sisi kiri kubikelnya. Ia merasa bersalah, sungguh. Tapi ia tidak tahu harus berbuat apa untuk memperbaikinya. Bahkan Wira tidak pernah menghubunginya. Dirinya juga tidak pernah menghubungi, sih."Aarrgghhh." Mengacak-acak rambutnya hingga terlihat seperti rambut singa. Ia tidak memiliki gairah untuk melakukan apapun."Kerja, hey! Stresnya ditahan dulu, deadline d
Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.
Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan
Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa
“Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p
“Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas
“Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika
"Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi
"Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya
“Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo