“Ria kenapa mau pergi ninggalin Papah?” tanya Antara begitu Ria sudah dalam kondisi stabil dan dapat diajak berbicara.
“Papah kenapa nggak pernah ada setiap Ria panggil?”
“Papah kerja, Nak.” Jawaban tersebut membuat Ria mendengus.
“Ria takut apa? Ria mau pergi dari siapa?” tanya Antara begitu teringat bahwa putrinya ingin pergi jauh dari kehidupan seseorang.
“Ibu.” Sesuai dugaannya, mendiang istrinya yang sangat ingin dijauhi Ria.
“Sekarang tahun berapa?” tanya Antara kembali memastikan bahwa Ria di hadapannya saat ini adalah Ria kecil atau Ria dewasa.
Gelengan kepala sebagai jawaban yang diterima Antara. Tergambar jelas bahwa Ria kebingungan ketika ditanyai waktu saat ini.
“Ria ingat apa saja yang sudah dilakukan Ibu terhadap Ria?” Ria menganggukan kepala.
Entah bagaimana ceritanya, semua memori t
Tiga bulan waktu yang dihabiskan untuk pengobatan Ria di rumah sakit secara intensif. Hal tersebut bersamaan dengan Reno yang semakin parah kondisinya dan mengharuskan dirawat juga di rumah sakit.Antara meminta bantuan Wira untuk menemaninya mengurus kedua anaknya yang berada di bangsal psikiatri. Tubuhnya seolah terbagi dua untuk menemani putrinya atau putranya yang butuh pendampingan juga.Wira yang tidak tega memutuskan untuk hadir di tengah-tengah mereka. Ia meninggalkan pekerjaan di Pusat kepada Dika dan meminta lelaki tersebut untuk tidak mengganggu Antara sedikitpun perihal pekerjaan.Mereka sekeluarga juga melakukan konseling keluarga ketika Ria dan Reno dirawat intensif di rumah sakit, yang mana seluruh Ananta hadir beserta Wira dan Antara di dalamnya. Mereka meluruskan semua kesalahpahaman yang selama ini terjadi dan dipercayai selama bertahun-tahun.Pengakuan pertama dilakukan oleh Wira. “Kakek tahu bahwa selama i
“Gue punya CV, mau lihat nggak?” tanya Ria di dalam mobil karena mereka yang belum mempunyai tujuan. “CV siapa?” “Gue,” jawab Ria. “Tapi-” Reno menggantung perkataannya karena yakin belum selesai. “Dijalankan oleh orang lain,” timpal Ria dengan bangga. “Lo punya berapa CV?” “Tiga, empat, lima. Wah tak terhingga,” kata Ria dengan merentangkan tangan. “Kurang-kurangin deh, Ri. Nggak baik untuk keuangan lo ke depannya karena lo sendiri nggak ikut terjun langsung dalam kepengurusan CV tersebut.” “Kenapa? Sejauh ini nggak pernah ada berita kerugian dari CV yang gue punya,” kata Ria heran. “Karena lo nggak tahu duit yang masuk dan keluar dari rekening lo berapa! Iya, kan?” tuding Reno tepat sasaran. “Terus gimana dong?” Ria jadi risau. Dibandingkan mengeluarkan uang di CV, lebih baik dan lebih untung jika ia membeli saham atau menjadi investor di sebuah PT. “Nah itu dia! Gue ini investor! Investor di banyak perusahaan.” “Tapi nggak pernah tahu kemana perginya uang ters
“Salam kenal, semua. Gue Reno, calon dir-” Perkataannya terhenti oleh Ria yang tiba-tiba membekap mulutnya.“Dia direktur di salah satu perusahaan mitra Monokrom,” timpal Ria langsung dengan tangan masih menutup mulut Reno.“Gue orang yang lagi dekat dengan Ria,” kata Reno berbangga diri.“Pacar baru, Kak?” tanya Elang dengan polosnya.“Semoga akan berakhir ke sana, ya,” jawab Reno dengan tengilnya.“Mau makan apa? Pesan sana. Gue traktir,” ujar Ria menghentikan aksi Reno yang semakin aneh.Elang dengan semangat mengambil ponsel yang Ria sodorkan untuk memesan makanan dan cemilan. “Jangan dikasih ke orang lain. Kamu tanyain aja ke mereka dan kamu yang pesanin dari hp aku,” ujar Ria serius.“Wah, lagi berperan sebagai orang dermawan dia,” gumam Reno yang masih terdengar oleh yang lain.“
"Apa kabar Tuan Putri gadungan?" tanya seseorang mengusik ketenangan Ria yang sedang duduk di taman."Udah selesai peran Tuan Putrinya? Tuan Putri sudah jatuh miskin?" tanya orang tersebut lagi dengan nada mengejek."Atau selama ini, Tuan Putri hanya halusinasi? Selama ini dia hanya berlagak kaya raya agar mendapat tempat di sisi GMC? Wah, bagus juga triknya untuk masuk ke dalam lingkup pertemanan mereka." Perkataan wanita tersebut semakin abstrak. Ria tidak mengerti, sumpah."Kok nggak jawab sih, Tuan Putri? Eh, atau Nona?""Oh, gue paham. Karena Sang Nona jatuh miskin maka dia mulai menekan Sang Tuan dan memastikan posisinya aman. Sehingga Sang Tuan selalu merasa bersalah karena ingin mencari yang lebih baik dari Sang Nona yang hanya bisa memanfaatkan Sang Tuan." Perkataan tersebut tak mendapatkan tanggapan dari Ria. Ia masih setia memandang ke arah pepohonan di depannya."Selain pura-pura jadi kaya, lo ternyata bisu
“Hallo. Dengan siapa di sana?” tanya orang tersebut dan tidak mendapat jawaban.“Hallo? Kalau tidak mau bicara, akan saya matikan! Saya tidak punya waktu untuk meladeni orang tidak jelas seperti anda,” kata orang tersebut dengan kekesalan yang tergambar jelas.“Sudah lupa dengan nomor saya? Atau sengaja tidak menyimpannya?”“Siapa, ya?” tanya orang tersebut memastikan.“Oh, atau Nona Ana sudah berganti orang menjadi Nona Felis?”“Kembalikan uang yang dikeluarkan tanpa persetujuan dari saya!” titah Ria pada orang tersebut.“Mana mungkin? Uang tersebut sudah digunakan untuk operasional perusahaan dan sudah tidak ada uang dalam bentuk fisik,” tolak orang tersebut yang sudah Ria duga jawabannya.“Siapa yang suruh untuk mengajukan proposal ketika saya sedang off?” tanya Ria dengan keras.Set
Keheningan melingkupi suasana meja makan di pagi menjelang siang tersebut. Ria harus terjebak di dalamnya karena permintaan sang papah. Ketika dirinya sedang menuju jalan pulang, Antara menghubunginya dan mengatakan bahwa Ria harus ke Kelapa Gading saat itu juga.Tentu saja bukan Ria namanya jika langsung mengikuti perintah tersebut. Ria bersikeras untuk bertemu papahnya di lain waktu karena tenaganya yang sudah habis. Ia ingin segera kembali ke apartemennya dan tidur.Namun Antara dan kekeraskepalaannya tak akan kalah dengan Ria. Ia berhasil membawa Ria sampai di kediamannya. Tentu saja dengan caranya yang tak dapat dielak.Ria menyedekapkan tangannya dan bersandar di punggung kursi. "Ck. Kalo nggak ada yang ngomong, aku balik." Ria bersiap untuk pergi dari sana namun tertahan oleh Antara."Sini." Antara membuka sebelah tangannya, mengajak Ria untuk menghampirinya.Ria menggelengkan kepala. Ia tidak mau beranjak dari
Ria terbangun begitu menyadari bahwa tempat yang ditidurinya bukan kamarnya. Matanya langsung tertuju ke dinding di sisi kirinya dengan kasur ukuran queen. Ia tidak tahan dan segera bangun.Ria bisa langsung menyadari jika di hadapannya dinding, akibat traumanya dengan ruangan sempit dan berdampak ke seluruh hidupnya. Kasur yang akan ditiduri Ria harus berada di tengah ruangan. Ia akan terbangun seperti sekarang jika dirinya berhadapan dengan dinding.Beberapa kali Ria sulit menemukan apartemen yang cocok karena kamar yang mereka miliki terbilang sempit, design interiornya meletakkan kasur di dekat dinding, lorong apartemen sempit dan lain sebagainya yang tidak Ria sukai.Hal tersebut menyebabkan Ria memilih kamar di lorong paling ujung di rumah ini agar langsung terkena ruang terbuka dan langsung menghadap taman samping. Rumah Antara memanjang ke samping dengan dua lorong utama di sisi kanan kiri. Lorong yang besar tersebut berisi kamar Ananta. Di r
“Rumahnya nggak pernah ditinggalin tapi terawat banget,” ungkap Ria setelah melihat sekilas dari luar.“Lo nggak tinggal di sini?” tanya Septa terkejut.Ria menggeleng sebagai jawaban. “Mungkin karena masih banyak PRT dan penjaga yang tinggal, jadi nggak rusak dan kayak rumah kosong,” kata Ria begitu bertemu pandang dengan salah satu PRT di sini.Pembantu tersebut menghampiri Ria dengan tergopoh. Terlihat dari perawakannya, sepertinya berumur akhir 40-an. “Cari siapa ya, Non?” tanyanya dengan mendongak karena tingginya hanya sebatas dada Ria.Ria menunjukkan FPC yang berada di belakang casing ponselnya. Masuk ke gerbang rumah ini saja menggunakan sensor. Betapa Antara dan segala penjagaannya. Pembantu tersebut tampak sangat terkejut begitu melihat kartu yang ditunjukkan. Ia langsung bersimpuh di hadapan Ria. “Maafkan saya yang tidak mengenali Nona,” akunya terdengar berleb
Hai! Sudah sampai kita di penghujung kisah mereka. Terima kasih kepada pembaca yang senantiasa bersedia menunggu cerita ini usai. Maaf jika terdapat plothole dan beberapa kesalahan lainnya. Terutama tidak sesuai ekspektasinya. Maaf jika selama membaca, dari kalian ada yang tertriggered karena gangguan jiwa yang dialami tokoh utama. Saya ingin memberitahu bahwa cerita ini merupakan series alias tidak hanya cerita tentang mereka berdua. Kisah mereka tidak berakhir begitu saja. Akan ada cerita selanjutnya yang mungkin terdapat tokoh pada cerita ini alias Ria dan Tian. Mungkin kisah mereka akan berlanjut di cerita lainnya. Nantikan kisah selanjutnya dari series ini, ya! See you.
Surat ini ditujukan untuk semua anggota keluarga yang sangat aku cintai.Terlihat jadul banget, ya? Masih pakai surat kertas tulis tangan seperti ini, hehe. Pertama-tama aku mau minta maaf dulu sebelum dapat penghakiman dari kalian. Maaf harus mengacaukan kebahagiaan yang sedang menyapa keluarga kita. Maaf untuk kesekian kalinya karena aku bertindak egois.Aku butuh jarak dari ini semua. Aku bener-bener belum bisa menerima keadaan dan status aku yang baru. Maaf karena lagi-lagi aku bertindak egois tanpa memikirkan perasaan Papah dan Kakek yang ingin sekali mengumbar kedekatan dengan Ananta tanpa takut statusnya akan terungkap.Aku butuh berpikir jernih untuk bisa melanjutkan hidupku yang terlanjur berantakan. Bukan karena Ananta yang terungkap ke publik, kok. Memang sudah berantakan dari awal. Banyak yang harus aku luruskan dengan diriku sendiri.Ditambah aku baru aja putus. Sedih, kan? Aku mendapat figur keluarga yan
Entah terlalu lelah atau terlalu malas, Ria langsung tergeletak begitu saja di tengah-tengah ruangan depan. Ia melempar tas sembarang dan merebahkan tubuhnya di lantai. Lantainya bersih tentu saja. Untuk apa Antara mempekerjakan sebanyak itu pembantu rumah tangga jika rumahnya masih saja kotor.Ria masih setengah terkejut mendapati keputusan Tian yang memilih untuk berpisah. Meskipun lelaki tersebut tidak gamblang menyatakannya, namun Ria paham arti dari semua tindakan Tian hari ini. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa semuanya telah usai.Ria masih belum menerima alasan dari lelaki tersebut untuk mengakhiri hubungan mereka. Sungguh, Ria masih tidak mengerti sudut pandang Tian. Ia bahkan tidak tahu hal yang membuat Tian merasa begitu tersakiti. Seolah dirinya berselingkuh dari lelaki tersebut.Ria menyipitkan matanya begitu berbagai spekulasi hadir di benaknya. Semakin dipikirkan, semakin sakit kepalanya. Namun ia tidak bisa menerima begitu sa
“Firasatku berkata tuk jauh darimu, lalu kutemui kamu. Tak ku sangka kamu ada di depanku, bermain cinta.” Penggalan lirik lagu dari Geisha membawa Ria tiba di ruang sidang yang akan membacakan putusan terkait kasus penganiayaan dirinya tempo lalu.Ruang sidang terasa ramai karena banyak orang yang menyaksikan mengingat Lita salah satu artis tanah air yang sedang naik daun. Kasihan jika dilihat, baru merintis karir dan mulai merasakan ketenarannya, tapi semuanya harus hilang dalam sekejap mata akibat emosi semata.Berbagai pemberitaan di luar sana semakin menggila terkait kasus yang menimpa Ria, Lita dan sepupunya Tian. Nama Tian juga ikut terseret dalam kasus tersebut, apalagi kalau bukan untuk menaikkan engagement pemilik portal berita online. Ria tidak ingin hal ini merembet pada kehidupan orang lain sebenarnya, namun media dengan segala kontennya.Nama Ria juga tak luput dari pemberitaan terlebih setelah pengakuan langsung dari p
“Lo udah tahu kalau lo kembali viral? Namun dengan pemberitaan yang berbeda,” kata Jimmy memulai percakapannya dengan Ria.Beberapa menit yang lalu, Antara dan Wira meninggalkan ruangan dengan alasan ingin mencari angin. Padahal mereka ingin memberi ruang untuk Ria dan kawannya berbincang. Antara dan Wira senang bisa berinteraksi dengan kawan Ria tanpa perlu takut status Ria terungkap. Mereka harus menunggu 33 tahun lebih sesuai dengan umur Reno, anak tertua untuk bisa mengakui keturunan mereka dengan bangga.Ria menggeleng, kemudian mengangguk. Ia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.“Ketika kasus penganiayaan yang menimpa diri lo terkuak ke publik, bersamaan dengan tersangka yang namanya juga diungkap. Besok paginya, Papah lo bikin konferensi pers di depan puluhan wartawan dan mengatakan bahwa putrinya yang menjadi korban dalam kasus tersebut.”“Pelan-pelan. Gue tahu lo biangnya gosip, tapi gue mas
“Ria!” panggil Antara dengan keras begitu mendapati wajah putrinya penuh darah dan lebam di berbagai sisi. Ia bahkan sempat tidak mengenali jika tidak menangkap anting yang dikenakan putrinya yang tidak dimiliki oleh siapapun.Antara berlari menerobos pengawal yang sudah mengepung para pelaku. Tangan Antara gemetar tatkala akan menyentuh pipi Ria. Ikatan tali di tangan dan kaki Ria sudah dilepas, meninggalkan bekas yang sampai terlihat dagingnya. “Ambulan sebentar lagi tiba, Tuan. Kita tidak berani memindahkan Nona, takut semakin memperparah kondisinya,” ungkap salah seorang pengawal, takut Antara salah paham karena mereka yang tidak segera membawa Ria ke rumah sakit.“Pakai helikopter agar cepat sampai.”“Baik, Tuan.”Antara meletakkan tangannya di dada kiri Ria tempat jantung berada. Ia ingin memastikan sendiri bahwa jantung putrinya masih berdetak. Entah apa yang akan terjadi jika
"Gue minta sama lo untuk nggak perlu membela kita di hadapan siapapun," kata Januar dengan tegas. Mereka sedang berkumpul di ruangan yang berisi sofa mengelilingi sebuah meja.Ruangan yang digunakan GMC untuk diskusi sebelumnya, bersebelahan tepat dengan ruangan Ria dan Reno bertengkar. Mereka bukan adu argumen, lebih ke arah Ria yang menghakimi Reno.Semua pertengkaran mereka terdengar jelas oleh GMC. Bahkan mereka menemukan fakta baru bahwa direktur di hadapan mereka saat ini sebelumnya merupakan CEO di Adiwira Holding Inc. Siapa yang tidak mengenal Adiwira? Banyak, karena saking banyaknya produk yang mereka hasilkan. Sehingga orang-orang tidak peduli di bawah naungan perusahaan mana produk tersebut berasal.GMC jadi merasa tidak enak karena membuat kakak beradik tersebut bertengkar. Ria dengan niat baiknya untuk menyampaikan keresahan GMC, namun caranya yang salah. Ia malah terfokus untuk menghakimi Reno, bukannya berdiskusi menemukan solusi
"Semuanya setuju dengan konsep shooting kali ini?" tanya Januar pada GMC yang lain di ruang studio latihan mereka.Tidak ada yang berani menjawab. "It's fine, guys. Sampaikan saja kalau keberatan. Kita punya hak bersuara dan gue sebagai leader yang akan menyampaikan ke atasan." Januar meyakinkan mereka semua untuk tidak perlu menahan pendapat."Gue nggak suka konsepnya. Konten yang kita jual di platform stars punya kualitas seperti siaran TV dengan kamera profesional. Kalau kita sekadar ngevlog dengan kamera biasa atau bahkan ponsel, nggak layak dijual pada platform tersebut. Upload aja di youtube, dapat adsense yang banyak juga mengingat masa Wings yang sangat banyak," ujar Samuel memecah keheningan di antara mereka."Setuju. Wings beli konten premium kita nggak murah, loh. Dan kita harus menampilkan kualitas terbaik yang bisa kita kasih ke mereka. Tahu, sih. Niatnya untuk memberi ruang gerak kita lebih leluasa dan di sisi lain memangkas biaya
“Boo, Pak Reno itu-”“Abang aku. Waktu itu kamu pernah ketemu di LA,” jawab Ria sebelum Tian menyelesaikan perkataannya.“Terus, waktu kalian ke Monokrom, kenapa dia bilangnya orang yang lagi dekat sama kamu?” tanya Tian begitu teringat dirinya yang cemburu dengan Reno.“Nggak salah, kan? Dia Abang aku. Dan kita emang lagi coba mendekatkan diri.”Tian menganggukan kepalanya pertanda setuju. Tidak ada yang salah, sih. Dirinya saja yang cemburu tidak jelas.“Pintu tempat kamu keluar tadi, isinya ruangan apa? Atau itu penghubung ke rumah selanjutnya?”“Ruangan yang lebih private yang tidak boleh dimasuki selain keluarga,” jawab Ria menegaskan bahwa batas orang luar berkunjung hanya sekitar ruang depan dan dibatasi oleh pintu tersebut. Bahkan pintunya tidak memiliki jendela, dan tidak akan bisa terlihat suasana di dalam sana.&ldquo