Home / Fiksi Remaja / Dilema Cinta / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Dilema Cinta: Chapter 1 - Chapter 10

41 Chapters

Prolog

“Cinta dan persahabatan bukanlah sebuah pilihan. Kita bisa memiliki keduanya bahkan kehilangan keduanya secara bersamaan.” Anantya, dalam mencari jati dirinya hampir saja kehilangan keduanya yakin cinta dan persahabatannya. Geng “Trio Kwek-kwek” yang beranggotakan dirinya beserta kedua teman karibnya yakni Dewi dan Lusi sempat terpecah. Anantya dan Lusi mencintai seorang pria yang sama, Rendra seorang siswa baru juga merupakan tetangga baru Tya itulah yang menjadi salah satu sumber perpecahan persahabatan mereka yang dibangun sejak sekolah menengah pertama. Rendra selaku anak baru di SMU Bhineka mempunyai teman karib, Dika yang merupakan teman pertamanya walau mereka tak duduk satu bangku. Dika yang usil di kelas dan hampir selalu membikin gaduh suasana kelas pun seketika berubah 180°. Akibat terjadi konflik yang sama pula yakni tentang cinta pertama dan persahabatannya. Permusuhan Dika terhadap Rendra sempat meruncing hingga terjadi perkelahian “Maksud loe apa ngasih uang ke a
Read more

Pesona Pria Pindahan

Minggu pagi walau cuaca cerah, Tya belum beranjak dari tempat tidur. Seperti biasa, memang sering bangun siang, apalagi sekarang hari libur sehingga lebih bermalas-malasan saja di kamar. Sampai-sampai sinar mentari yang akan masuk pun tak diijinkan, terhalang oleh jendela yang berselimutkan tirai biru. Namun, akhirnya Tya pun beranjak dari tempat tidur, terpaksa membuka jendela. Betapa terkejutnya saat membuka jendela, ingin sekedar menghirup udara pagi, disuguhi sosok pria tampan di balkon seberang. Pria itu begitu tampan, berkulit putih dan berambut rapi dengan gaya sempongan rambut ke kanan. "Sejak kapan rumah itu ada penghuninya?" gumam Tya dalam hati sembari memandangi kamar di balkon sebrang. Memang sudah dua tahun lebih rumah di seberang itu kosong tak bertuan. Lama juga ia mengamati pria itu, sampai lamunanku terbuyarkan dengan suara ponsel yang berbunyi. Tuit... tuit... tuit... ces... ces .... "Kan gue udah kasih tau, gue gak ikut," sahut Tya langsung saat mengangka
Read more

Penasaranku

Suara adzan subuh menggema ditelinga. Tak biasanya Tya beranjak dari tempat tidur, menuju arah balkon dan mengintip suasana rumah seberang. Senyumnya mengembang, melihat sosok pria bersarung dan mengenakan peci di balkon sebrang. Sudah dipastikan sang pria itu telah melaksanakan sholat fajar atau apa itu lah, Tya sendiri kurang paham. Rendra, pria yang membuat penasaran itu sedang mengamati lingkungan barunya. "Busyet ... dah bangun itu cowok, masih pake sarung lagi. Wih, dah ganteng ternyata sholeh juga. Cucok neh," kelakar Tya dalam hati sembari memperhatikan gerak-gerik Rendra. Tak sengaja Rendra tersenyum melihat tingkah Tya yang mengendap-endap, mengintipnya dari balkon. Ia kaget setengah mati karena ketahuan sedang mengintai dirinya. Pria itu melambaikan tangan, reflek Tya langsung kembali masuk ke dalam kamar sambil tersipu malu. Mengutuk kebodohannya mengintai pria itu hingga tertangkap basah, ketahuan sedang mengamatinya. kedua tangan Tya menutup muka, merasa malu akan
Read more

Ternyata Dia ....

“Eh, dia sekolah dsini juga?” gumam Tya lirih. “Dia? Dia siapa Ty?” usut Lusi yang samar-samar mendengar perkataanku sambil celingukan melihat sosok yang dimaksud. Sedangkan Dewi masih sibuk mengerjakan PR ... eh, menyalin PR-Tya dalam buku tugasnya. Bell sekolah berbunyi, menandakan dimuainya pelajaran hari ini. Dewi pun mulai mempercepat menyalin. Semua anak sudah berkumpul dan duduk di bangkunya masing-masing sambil menunggu guru mata pelajaran datang. Tak berselang lama bell berbunyi, Pak Cipto selaku guru mata pelajaran sejarah, yang beliau juga merupakan wali kelas datang bersama seorang anak, ya bisa ditebak itu anak baru. “Assalamu'alaikum, Anak-anak....” salam Pak Cipto menyapa para muridnya. "Wa'alaikumsalam, Pak Guru," jawab siswa-siswi di kelas secara kompak, walau tidak semua siswa ngejawab salam Pak Cipto. “Ini ada anak baru pindahan dari Jakarta, ayo Nak perkenalkan diri kamu,” lanjut Pak Cipto sambil mempersilahkan Rendra memperkenalkan diri. “Assalamu'alai
Read more

Perhatian Rendra

Sejak ada penghuni rumah kosong itu, yang tak lain kini ditempati Renra, Tya selalu bangun pagi. Bu Mirna pun terkejut dan kini tak ada kegaduhan akan acara membangunkan anak gadisnya.Tya mengintip dari jendela, masih ingin mengetahui apa yang dilakukan Rendra. Dan seperti biasa kamar Rendra terang benderang yang menandakan dia sudah beraktifitas dipagi hari. Itu salah satu yang membuat Tya kagum disamping ketampanan Rendra.“Busyet pria idaman banget, pagi-pagi dah ngelakuin aktifitas.” intip Tya dari jendela kamarnya pelan-pelan karena Tya takut kepergok lagi sedang memperhatikan Rendra.Tak lama berselang Tya turun kelantai bawah menuju dapur untuk membantu mamahnya menyiapkan sarapan.“Mau masak apa Mah?” sapa Tya kepada Bu Mirna yang sedang mengupas bawang.“Ini mau bikin nasi goreng, nasinya masih banyak mubazir kalo dibuang. Itu si papah pake ada acara makan malam di luar. Kak Andi juga ikut-ikutan, katanya dia
Read more

Mogok Lagi

Sore itu Kak Andi masih berkutat dengan motornya, motornya yang baru saja keluar dari bengkel. Saat dinyalakan motor Kak Andi memang hidup tapi lama kelamaan koh knalpotnya ngebul asap hitam. Kak Andi pun memeriksanya lagi.“Motornya kenapa lagi Kak?” Tya menghampiri Kakaknya yang belepotan, tangannya hitam kerena oli dan semacamnya.“Ne, motor masih aja ada kendala,” jawab Kak Andi, masih sibuk dengan alat bengkel seadanya tanpa menoleh ke arah Tya.“Lah bukannya baru aja bener, keluar dari bengkel kan tadi?" tanya Tya, keheranan.“Iya, kata Bang Asep sehernya kena, sementara diakalin dulu katanya. Tadi Kakak coba di sana aman-aman aja, eh sampe rumah malah mbrebet lagi ne motor,” kilas cerita Kak Andi menjelaskan.“Ya minta dibenerin lagi ma Bang Asepnya."“Rencananya gitu kalo ne tak otak-atik gak hidup-hidup juga, ya terpaksa nginep lagi ne motor di bengkel Bang As
Read more

Mamah Pingsan

“Mau pulang bareng lagi?” Rendra mengagetkan Tya yang sedang menunggu angkot. “Ayo, dari pada nunggu angkot kelamaan,” lanjut Rendra menawarkan tumpangan.“Beneran neh? Boleh dah, jadi ngirit ongkos hehehe,” jawab Tya sembari menghampiri Rendra."Enak aja gratis, bayar dong,” ledek Rendra.“Iihhh, perhitungan banget dah. Loe pulang sendiri ya bensinnya habis segitu dan nebengin gue ya sama habisnya segitu juga.” Tya sambil sewot.“Iya ... iya, cuman becanda juga,” jawab Rendra dan merekapun mulai pulang bersama.Dalam perjalanan pulang dari sekolah mereka mengobrol dan sudah lebih akrab dari hari sebelumnya.“Kenapa loe pindah ke sini?” tanya Tya basa-basi membuka percakapan.“Kamu orang ke-21 yang menanyakan hal itu,” jawab Rendra datar.“Ko sepertinya kaga suka pindah yah, kenapa?” selidik Tya.“Emang kelihatan s
Read more

Rumah Sakit

Merekapun sampai di rumah sakit dan Bu Mirnah langsung ditangani dengan baik. Bu Mirna ternyata cuman kecapean, dan harus rawat inap hingga pulih seperti sedia kala.“Ty, mamah dimana?” tanya Bu Mirna setelah sadar dari pingsannya.“Mamah sudah sadar? Mamah tadi pingsan di rumah dan Rendra mengantarkan mamah ke rumah sakit,” jawab Tya sambil menoleh kebelakang melihat Rendra .“Makasih ya Nak Rendra sudah menolong ibu ke Rumah sakit,” sapa Bu Mirnah kepada Rendra.“Iya bu, sama-sama,” ucap Rendra berterima kasih kembali secara sopan.“Udah, Mamah istirahat dulu aja,” kata Tya yang melihat ibunya terlihat kecapean.Mamah Tya pun menurti kata putrinya untuk istirahat, dan tertidur. Selagi Bu Mirna tertidur, Tya dan Rendra mengobrol di luar ruangan kamar Bu Mirna.“Makasih yah, udah ngebantu nganterin mamah ke rumah sakit,” ucap Tya, Rendra hanya tersenyum.&l
Read more

Termenung

Kak Andi pergi ke rumah sakit diantar temennya, karena motor Kak Andi masih di Bengkel. Setibanya di Rumah sakit, temen kak Andi langsung pamitan. “Maksih ya sob,” ucap kak Andi selepas temannya akan berenjak pergi dan langsung mencari ruang tempat mamahnya dirawat inap.“Kamu pulang aja sama Rendra, biar kakak yang jaga mamah. Besok juga Kak Andi gak ada kuliah,” kata kak Andi kepada adiknya.“Iya kak, kabari ya ka kalau ada apa-apa atau butuh apa,” jawab Tya.“Iya, tenang aja. Baik-baik di rumah, kalau takut sendirian minta Dewi apa Lusi suruh nemenin,” ucap kak Andi sembari mengelus rambut adiknya.“Oia, Ndra. Tolong sekalian anter Tya yah. Dan makasih sudah nganter mamah ke rumah sakit. Kali lagi makasih sekali ya Ndra,” lanjut Kak Andi mengucapkan terima kasih kepada Rendra."Iya Kak, gak papa."Rendra pun mengantarkan Tya pulang. sesampainya di rumah Tya, Rendra membukakan pin
Read more

Ojeg Cinta

Setibanya Rendra di parkiran “Enak aja, dikiranya aku kang ojeg kali, gak mau nunggu jalan bareng ke kelas. Hmm, apa dia malu jalan ma gue? Ngapain malu, gue kan cakepnya kebangeten,” guman Rendra sambil cekikikan.Sesampainya di kelas,“Untung Lusi belum dateng,” lirih Tya dalam hati sembari menengok bangku lusi yang masih kosong.“Lusi gak berangkat, Ty.” ucap Dewi yang mengetahui gelagat Tya mencari Lusi.“Kenapa dia? Sakit?”“Tau tuh Lusi, biasa dia. Sakit kaga tapi nitip surat ijin sakit ke gue,” ucap Dewi kesal karena nanti pulangnya tidak ada yang ditebengin.“Liburan kemana lagi dia?” usut Tya karena tahu kebiasaan Lusi yang suka plesir alias berlibur baik di waktu libur maupun dihari aktif sekolah.“Itu, katanya sepupunya baru datang dari Medan dan ngajak jalan-jalan gitu.”“Asyik ya jadi Lusi, terlahir kaya dan cantik lagi,&rdquo
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status