Beranda / Fiksi Remaja / Dilema Cinta / Pesona Pria Pindahan

Share

Pesona Pria Pindahan

Penulis: Buah_Kaktus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Minggu pagi walau cuaca cerah, Tya belum beranjak dari tempat tidur. Seperti biasa, memang sering bangun siang, apalagi sekarang hari libur sehingga lebih bermalas-malasan saja di kamar.

Sampai-sampai sinar mentari yang akan masuk pun tak diijinkan, terhalang oleh jendela yang berselimutkan tirai biru. Namun, akhirnya Tya pun beranjak dari tempat tidur, terpaksa membuka jendela.

Betapa terkejutnya saat membuka jendela, ingin sekedar menghirup udara pagi, disuguhi sosok pria tampan di balkon seberang. Pria itu begitu tampan, berkulit putih dan berambut rapi dengan gaya sempongan rambut ke kanan.

"Sejak kapan rumah itu ada penghuninya?" gumam Tya dalam hati sembari memandangi kamar di balkon sebrang.

Memang sudah dua tahun lebih rumah di seberang itu kosong tak bertuan. Lama juga ia mengamati pria itu, sampai lamunanku terbuyarkan dengan suara ponsel yang berbunyi.

Tuit... tuit... tuit... ces... ces ....

"Kan gue udah kasih tau, gue gak ikut," sahut Tya langsung saat mengangkat panggilan dari Dewi, sahabat kentalnya.

"Ngga seru tau, kalau cuma berdua doang! Ngga ada lo gak rame. Aku jemput sekarang yah?" timpal Dewi diseberang telepon, langsung memutuskan sepihak sambungan telepon tersebut.

"Ih, rese dah. Ngga bisa apa sehari doang ingin malas-malasan di kamar!" kesal Tya, hingga memanyunkan bibir.

Masih penasaran, Tya celingukan mengintip dari balkon, mencari pria yang sedari tadi ia lihat.

"Mana tuh orang? Jangan-jangan bener itu penunggu rumah angker, baru gentayangan iihhh ...." gumam Tya sambil menggoyangkan bahu, seketika bulu kuduknya berdiri.

Tya kembali ke tempat tidur, sebelumnya ia mencomot novel yang terpajang di meja belajarnya. Berbaring sambil membaca sesekali masih teringat, penasaran dengan pria di balkon seberang.

"Masa ada hantu ganteng seperti itu? Kayaknya ngga ada deh, apa itu malaikat? Soalnya ganteng banget hihihi ...." Tya bermonolog sambil tertawa cengengesan.

Tak berapa lama lamunan Tya dikejutkan oleh teriakan Mirna yang tak lain adalah Ibunda Tya.

"Tya, ada Dewi dan Lusi nih! Ayo cepat turun, Sayang," seru Mirna dari luar kamar, yang cukup membuyarkan lamunan Tya.

"Iya, Mah," sahut Tya singkat. "Ih, rese banget seh. Benar-benar rese dah!" lanjut Tya bergerutu kesal.

Tya akhirnya beranjak keluar kamar, turun melewati anak tangga dari lantai dua, langsung menuju ruang tamu dan menemui mereka.

"Ada apa? Kan gue udah bilang lagi malas kemana-mana," kata Tya sambil duduk menyender di sova ruang tamu.

"Ayo lah, Ty. Kaga asyik kalo ngga ada lo. Ngga ada lo ngga rame!" ucap Lusi meniru salah satu jargon iklan lawas.

"Iya, Ty. Ntar gue yang traktir dah," timpal Dewi ikut merayu, sambil mengkerlipkan salah satu matanya.

"Sejak kapan lo mau ntraktir kita? Yang ada itu, jajan lo kurang, terus ngembat jajan kita ya, Ty?" goda Lusi yang memang tahu Dewi sahabatnya itu doyan sekali makan.

"Ih, jahat banget. Emang gue serakus itu apa?" kata Dewi sambil memegang perutnya. "Eh, tau ngga?" lanjut Dewi.

"Kaga tau!" sahut Tya dan Lusi kompak sambil tertawa.

"Kemain Pak Dhe gue mampir terus ngasih uang jajan ke gue," jelas Dewi agak sedih karena diledekin dua sohibnya.

"Ih, gemes dah. Udah gede juga masih dikasih uang jajan," ucap Tya sambil tertawa, masih meledek Dewi sambil mencubit gemas pipinya itu.

Dari dapur Mirna sudah selesai dengan masakannya. Beliau memang jago memasak, sampai aroma masakannya tercium hingga ke ruang tamu. Mirna pun menyuruh Tya dan temannya untuk sarapan.

"Tya, itu temennya suruh sekalian sarapan sini," seru Mirna dari dapur.

"Iya, Mah," sahut Tya lagi-lagi singkat.

"Eh, iya baunya harum banget. Nyokap lo masak apa, Ty?" tanya Dewi sambil mengendus hidungnya, mencari sumber aroma masakan Mirna.

"Emangnya kalian belum sarapan?" tanya Tya sambil mengajak kedua sahabatku itu ke ruang makan.

"Udah sih, Ty. Tapi nyium bau masakan nyokap lo jadi laper lagi nih," sahut Dewi yang masih terhipnotis dengan aroma masakan Mamah, tak ada yang mampu menolak kelezatan hasil tangan Mamahku.

"Klo gue belum, Ty. Lagi asyik milih baju malah disamperin, nih sama si gendut. Maksa buru-buru ke rumah lo, jadi belum sempat sarapan dah," ujar Lusi terlihat melirik Dewi.

Kami bertiga pun beranjak dari ruang tamu menuju ruang makan. Sesampainya di ruang makan kami disuguhi menu masakan Mirna yang sudah terhidang rapi di atas meja.

"Ayo, ayo ambil piringnya. Tante masak sayur lodeh sama balado tongkol, suka ngga?" Sambut Mamah saat melihatku dan kedua temanku mulai masuk ke ruang makan.

"Suka, Tante. Harumnya aja sampai tercium ke ruang tamu," kata Dewi. "Aromanya itu begitu menggoda, Tante," lanjut Dewi yang terlihat sudah tidak sabar ingin melahab makanannya.

"Oh iya, tunggu sebentar. Masih ada perkedel jagung," ucap Mirna sumringah sambil beranjak menuju dapur.

Tak lama Mirna kembali ke ruang makan, sambil membawa piring berisikan perkedel jagung yang tadi beliau tawarkan kepada Dewi dan Lusi.

"Loh, ko belum dimakan?" tanya Mirna. "Tya, temannya itu loh dilayanin. Ambilkan makanannya," lanjut Mirna sambil meletakkan perkedel jagung yang dijanjikannya tadi diatas meja makan.

"Iya, Tante. Kan lagi nunggu perkedel jagungnya," balas Dewi yang sedari tadi tak sabar ingin melahab habis hidangan yang ada di hadapannya. Sontak seisi ruangan tertawa melihat tingkah Dewi.

"Ayo makan, ayo makan," ajak Dewi bak dia saja tuan rumahnya, sembari mengunyah perkedel jagung yang baru saja dicomotnya.

"Ih, nawarin. Emangnya lo tuan rumahnya?" ejek Lusi. "Sudah sarapan juga masih ngambil porsi kaya tukang macul." Lusi menggoda Dewi. Namun, tak dihiraukan Dewi, ia tetap saja sibuk dengan hidangannya.

"Udah. Udah, ayo ... kamu juga makan, Si." Tya mengambil piring lalu menyodorkannya pada Lusi.

Kami pun mulai sarapan bersama, setelah selesai kami menuju kamarku. Sesampainya di kamar, Dewi dan Lusi masih saja merayu agar Tya ikut jalan-jalan ke mall seperti minggu-minggu sebelumnya.

Tya yang sedang duduk di tempat tidur, sembari memegang novel yang tadi dibaca, mengacuhkan kedua temanku yang masih saja berusaha menggoyahkan.

Dewi menuju balkon, mungkin ingin sekedar melihat pemandangan di sekitar rumahku. Tak lama dia histeris, dikejutkan pria tampan disebrang balkon yang tersenyum padanya. Dewi langsung menghampiriku yang masih asyik membaca novel, masih dengan kehisterisannya.

"Ya ampun, Ty. Siapa cowok disebrang kamar lo, Ty? Ganteng banget." Dewi masih dalam kondisi histerisnya. "Tau ngga? Tadi dia senyum sama gue. Duh jantung gue mau copot, ganteng banget itu cowok," ucap Dewi tak henti memuji pria pindahan itu.

"Mana, Wi? Ngga ada? Ngarang lo! Lagian setau gue itu rumah ngga ada penghuninya," ucap Lusi sambil celingukan mencari pria yang dilihat Dewi barusan, penasaran hingga keluar menuju balkon untuk memastikan.

"Masa ngga ada sih? Ada tadi ko. Uuhhh, gantengnya itu ngga ketulungan." Dewi masih teringat pesona pria di seberang balkon yang tersenyum padanya barusan.

Tak lama Dewi baru sadar dan berkata, "Iya juga ya, rumah itu kosong? Lah terus yang tadi senyum sama gue berarti hantu penunggu rumah itu dong? ih, takut ...." Dewi ketakutan.

"Ih, apa-an seh. Pagi-pagi ngomongin hantu. Ya, udah yuk kita berangkat, dari pada kalian rese di kamar gue. Sama saja ganggu gue yang lagi mau malas-malasan di rumah." Tya akhirnya beranjak menuju ke kamar mandi tuk bersiap diri.

"Nah, gitu dong," kata Lusi sedikit sumringah. "Cepat, Ty. Jangan lama-lama, ntar keburu siang. Panas kan." Lusi mematut diri berkaca sambil membetulkan tatanan rambutnya.

to be continue,

Bab terkait

  • Dilema Cinta   Penasaranku

    Suara adzan subuh menggema ditelinga. Tak biasanya Tya beranjak dari tempat tidur, menuju arah balkon dan mengintip suasana rumah seberang. Senyumnya mengembang, melihat sosok pria bersarung dan mengenakan peci di balkon sebrang. Sudah dipastikan sang pria itu telah melaksanakan sholat fajar atau apa itu lah, Tya sendiri kurang paham. Rendra, pria yang membuat penasaran itu sedang mengamati lingkungan barunya. "Busyet ... dah bangun itu cowok, masih pake sarung lagi. Wih, dah ganteng ternyata sholeh juga. Cucok neh," kelakar Tya dalam hati sembari memperhatikan gerak-gerik Rendra. Tak sengaja Rendra tersenyum melihat tingkah Tya yang mengendap-endap, mengintipnya dari balkon. Ia kaget setengah mati karena ketahuan sedang mengintai dirinya. Pria itu melambaikan tangan, reflek Tya langsung kembali masuk ke dalam kamar sambil tersipu malu. Mengutuk kebodohannya mengintai pria itu hingga tertangkap basah, ketahuan sedang mengamatinya. kedua tangan Tya menutup muka, merasa malu akan

  • Dilema Cinta   Ternyata Dia ....

    “Eh, dia sekolah dsini juga?” gumam Tya lirih. “Dia? Dia siapa Ty?” usut Lusi yang samar-samar mendengar perkataanku sambil celingukan melihat sosok yang dimaksud. Sedangkan Dewi masih sibuk mengerjakan PR ... eh, menyalin PR-Tya dalam buku tugasnya. Bell sekolah berbunyi, menandakan dimuainya pelajaran hari ini. Dewi pun mulai mempercepat menyalin. Semua anak sudah berkumpul dan duduk di bangkunya masing-masing sambil menunggu guru mata pelajaran datang. Tak berselang lama bell berbunyi, Pak Cipto selaku guru mata pelajaran sejarah, yang beliau juga merupakan wali kelas datang bersama seorang anak, ya bisa ditebak itu anak baru. “Assalamu'alaikum, Anak-anak....” salam Pak Cipto menyapa para muridnya. "Wa'alaikumsalam, Pak Guru," jawab siswa-siswi di kelas secara kompak, walau tidak semua siswa ngejawab salam Pak Cipto. “Ini ada anak baru pindahan dari Jakarta, ayo Nak perkenalkan diri kamu,” lanjut Pak Cipto sambil mempersilahkan Rendra memperkenalkan diri. “Assalamu'alai

  • Dilema Cinta   Perhatian Rendra

    Sejak ada penghuni rumah kosong itu, yang tak lain kini ditempati Renra, Tya selalu bangun pagi. Bu Mirna pun terkejut dan kini tak ada kegaduhan akan acara membangunkan anak gadisnya.Tya mengintip dari jendela, masih ingin mengetahui apa yang dilakukan Rendra. Dan seperti biasa kamar Rendra terang benderang yang menandakan dia sudah beraktifitas dipagi hari. Itu salah satu yang membuat Tya kagum disamping ketampanan Rendra.“Busyet pria idaman banget, pagi-pagi dah ngelakuin aktifitas.” intip Tya dari jendela kamarnya pelan-pelan karena Tya takut kepergok lagi sedang memperhatikan Rendra.Tak lama berselang Tya turun kelantai bawah menuju dapur untuk membantu mamahnya menyiapkan sarapan.“Mau masak apa Mah?” sapa Tya kepada Bu Mirna yang sedang mengupas bawang.“Ini mau bikin nasi goreng, nasinya masih banyak mubazir kalo dibuang. Itu si papah pake ada acara makan malam di luar. Kak Andi juga ikut-ikutan, katanya dia

  • Dilema Cinta   Mogok Lagi

    Sore itu Kak Andi masih berkutatdengan motornya, motornyayang baru saja keluar dari bengkel. Saat dinyalakanmotor Kak Andi memang hidup tapi lama kelamaankoh knalpotnya ngebul asap hitam. Kak Andi pun memeriksanya lagi.“Motornya kenapa lagi Kak?” Tya menghampiri Kakaknya yang belepotan, tangannya hitam kerena oli dan semacamnya.“Ne, motor masih aja ada kendala,” jawab Kak Andi, masih sibuk dengan alat bengkel seadanya tanpa menoleh ke arah Tya.“Lah bukannya baru aja bener, keluar dari bengkel kan tadi?" tanya Tya, keheranan.“Iya, kata Bang Asep sehernya kena, sementara diakalin dulu katanya. Tadi Kakak coba di sana aman-aman aja, eh sampe rumah malah mbrebet lagi ne motor,” kilas cerita Kak Andi menjelaskan.“Ya minta dibenerin lagi ma Bang Asepnya."“Rencananya gitu kalo ne tak otak-atik gak hidup-hidup juga, ya terpaksa nginep lagi ne motor di bengkel Bang As

  • Dilema Cinta   Mamah Pingsan

    “Mau pulang bareng lagi?” Rendra mengagetkan Tya yang sedang menunggu angkot. “Ayo, dari pada nunggu angkot kelamaan,” lanjut Rendra menawarkan tumpangan.“Beneran neh? Boleh dah, jadi ngirit ongkos hehehe,” jawab Tya sembari menghampiri Rendra."Enak aja gratis, bayar dong,” ledek Rendra.“Iihhh, perhitungan banget dah. Loe pulang sendiri ya bensinnya habis segitu dan nebengin gue ya sama habisnya segitu juga.” Tya sambil sewot.“Iya ... iya, cuman becanda juga,” jawab Rendra dan merekapun mulai pulang bersama.Dalam perjalanan pulang dari sekolah mereka mengobrol dan sudah lebih akrab dari hari sebelumnya.“Kenapa loe pindah ke sini?” tanya Tya basa-basi membuka percakapan.“Kamu orang ke-21 yang menanyakan hal itu,” jawab Rendra datar.“Ko sepertinya kaga suka pindah yah, kenapa?” selidik Tya.“Emang kelihatan s

  • Dilema Cinta   Rumah Sakit

    Merekapun sampai di rumah sakit dan Bu Mirnah langsung ditangani dengan baik. Bu Mirna ternyata cuman kecapean, dan harus rawat inap hingga pulih seperti sedia kala.“Ty, mamah dimana?” tanya Bu Mirna setelah sadar dari pingsannya.“Mamah sudah sadar? Mamah tadi pingsan di rumah dan Rendra mengantarkan mamah ke rumah sakit,” jawab Tya sambil menoleh kebelakang melihat Rendra .“Makasih ya Nak Rendra sudah menolong ibu ke Rumah sakit,” sapa Bu Mirnah kepada Rendra.“Iya bu, sama-sama,” ucap Rendra berterima kasih kembali secara sopan.“Udah, Mamah istirahat dulu aja,” kata Tya yang melihat ibunya terlihat kecapean.Mamah Tya pun menurti kata putrinya untuk istirahat, dan tertidur. Selagi Bu Mirna tertidur, Tya dan Rendra mengobrol di luar ruangan kamar Bu Mirna.“Makasih yah, udah ngebantu nganterin mamah ke rumah sakit,” ucap Tya, Rendra hanya tersenyum.&l

  • Dilema Cinta   Termenung

    Kak Andi pergi ke rumah sakit diantar temennya, karena motor Kak Andi masih di Bengkel. Setibanya di Rumah sakit, temen kak Andi langsung pamitan. “Maksih ya sob,” ucap kak Andi selepas temannya akan berenjak pergi dan langsung mencari ruang tempat mamahnya dirawat inap.“Kamu pulang aja sama Rendra, biar kakak yang jaga mamah. Besok juga Kak Andi gak ada kuliah,” kata kak Andi kepada adiknya.“Iya kak, kabari ya ka kalau ada apa-apa atau butuh apa,” jawab Tya.“Iya, tenang aja. Baik-baik di rumah, kalau takut sendirian minta Dewi apa Lusi suruh nemenin,” ucap kak Andi sembari mengelus rambut adiknya.“Oia, Ndra. Tolong sekalian anter Tya yah. Dan makasih sudah nganter mamah ke rumah sakit. Kali lagi makasih sekali ya Ndra,” lanjut Kak Andi mengucapkan terima kasih kepada Rendra."Iya Kak, gak papa."Rendra pun mengantarkan Tya pulang. sesampainya di rumah Tya, Rendra membukakan pin

  • Dilema Cinta   Ojeg Cinta

    Setibanya Rendra di parkiran “Enak aja, dikiranya aku kang ojeg kali, gak mau nunggu jalan bareng ke kelas. Hmm, apa dia malu jalan ma gue? Ngapain malu, gue kan cakepnya kebangeten,” guman Rendra sambil cekikikan.Sesampainya di kelas,“Untung Lusi belum dateng,” lirih Tya dalam hati sembari menengok bangku lusi yang masih kosong.“Lusi gak berangkat, Ty.” ucap Dewi yang mengetahui gelagat Tya mencari Lusi.“Kenapa dia? Sakit?”“Tau tuh Lusi, biasa dia. Sakit kaga tapi nitip surat ijin sakit ke gue,” ucap Dewi kesal karena nanti pulangnya tidak ada yang ditebengin.“Liburan kemana lagi dia?” usut Tya karena tahu kebiasaan Lusi yang suka plesir alias berlibur baik di waktu libur maupun dihari aktif sekolah.“Itu, katanya sepupunya baru datang dari Medan dan ngajak jalan-jalan gitu.”“Asyik ya jadi Lusi, terlahir kaya dan cantik lagi,&rdquo

Bab terbaru

  • Dilema Cinta   Perpecahan Lagi

    Lusi dengan langkah pongahnya mendekati Dewi dan berkata, "Lo, nggak salah duduk?" Dewi hanya diam enggan menjawab pertanyaan Lusi, bahkan dirinya sama sekali tak menatap wajah Lusi yang tengah berbicara padanya. Dirinya bahkan asyik membuka buku, berpura-pura membaca walau entah apa yang ia baca.Meja yang tengah jadi sandaran ke-dua tangan Dewi saat membaca buku digebrag keras oleh telapak tangan kanan Lusi, Jengkel dengan kelakuan Dewi yang mengacuhkannya. "Ok, Lo akan tau balasan apa yang kau buat!" Lusi langsung melangkah ke luar kelas, tak menghiraukan bel masuk tengah berbunyi, mood belajarnya seakan hilang. Guru Pelajaran yang tengah memasuki kelas pun ditabraknya, bahu sang guru disenggo dan hampir saja buku yang beliau bawa sempat terjatuh. Siswa lain di kelas itu terperangah akan kelakuan Lusi, tak sedikit dari mereka yang saling bicara berbisik membicarakan kelakuan Lusi, menebak-nebak sebab kejadian barusan. Hingga membicarakan persahabatan Geng Trio-kwek, baru saja ke

  • Dilema Cinta   Jenuh

    Lusi sempat memperhatikan sikap Tya dan Rendra. Ya, Lusi sudah menyadari bahwa Rendra benar-benar mencintai Tya, terlihat dari sorot matanya. Namun, dirinya juga ingin memiliki Rendra. Lebih tepatnya, tidak ada yang pernah menolak cinta atau sekedar mengacuhkan ajakan Lusi, dan Rendra adalah orang pertama yang tak menghiraukan dirinya.Wajahnya semakin memerah karena kesal, melihat sikap Rendra terhadap Tya. Namun, dirinya masih menahan amarah, tak ingin mengacaukan suasana."Ne, bros kamu," Ucap Rendra sesaat berpapasan dengan Tya sambil menyerahkan bros pink, terjatuh saat mereka bertabrakan tadi pagi."Oh, makasih," ucap Tya singkat, menerima bros tersebut. Tak banyak berbicara, mengingat hubungan dua sejoli ini sekarang tengah renggang.Rendra langsung berlalu setelah memberikan bross itu, Tya hanya terpaku tanpa menoleh ke blakang, tak melihat kepergian tambatan hatinya kini. Rendra pun melaju tanpa mengharap perhatian dari Tya.Dewi yang menyadari suasana seakan kaku langsung me

  • Dilema Cinta   Kembalinya Trio Kwek-kwek

    Tya yang sudah menuntaskan ritual buang air kecil pun mulai memasuki kelas, dan mulai duduk di bankunya."Eh, kerudung kamu kenapa? Sini aku bantu benerin," ucap Zulfa melihat hijab Tya sedikit acak tak rapi. Sambil tersenyum, ia mulai membantu merapikan jilbab yang dikenakka sahabatnya. Memaklumi baru saja berhijab sehingga masih belum rapi, pa lagi kalau sudah beraktifitas, terkadang lipatan kerudung pada sisi pipi miring karena aktifitas tersebut."Mana bros pink mungil kamu," lanjut Zulfa menanyakan akseoris yang tadi pagi ia lihat dikenakan Tya untuk mempercantik tatanan kerudung."Iya, tadi aku cari di toilet nggak nemu. Entah ilang di mana," jawab Tya mencoba mengingat di mana bross pink-nya terjatuh."Entar, tunggu ... neh aku ada. Buat kamu." Zulfa mulau mencari dan mengambil bros miliknya dalam tas. Mulai memasangakan bros bergambarkan angsa berwarna silver dengan berlian berwarna ungu tepat di mata angsa, seakan mata tersebut menyala."Makasih, Zul." Tya mengucapkan terima

  • Dilema Cinta   Terkejut

    Tya terkejut dan tatapannya kini menoleh ke arah Zulfa, seakan meminta jawaban akan bungkusan yang baru saja ia terima."Buka saja," jawab Zulfa singkat sembari tersenyum.Dengan rasa penasaran Tya membuka bungkusan yang terbalut koran tersebut, tampak dua buah stelan seragam, seragam pramuka dan OSIS berwarna putih abu-abu. Dahi Tya menyengrit, belum juga mengerti akan maksud Zulfa tentang seragam tersebut. Menghilangkan rasa bingungnya, ia mulai berkata, "Seragam, Zul?""Ia, seragam lengan panjang buat kamu." Zulfa mulai mendekat dan membelai rambut Tya, dan berucap, "Sudah saatnya kamu berhijab, Ty.""Zul...." Tya hendak menolak dengan ingin melontarkan argumen menurut sudut pandangnya. Tya yang masih bimbang dengan ajakan Zulfa mulai membuka mulutnya, ingin berdalih tuk mengemukakan alasan. Namun, perkataannya langsung dipotong Zulfa.Jari telunjuk kanan Zulfa langsung menempel di bibir Tya, seakan memberi kode, tak ingin mendengar alasan sahabatnya itu yang belum ingin berhijab. Z

  • Dilema Cinta   Celoteh Anantya

    Pagi itu Tya di depan gerbang rumah, menunggu Kak Andi yang akan mengantarkannya ke sekolah. Tak disangka, Rendra pun sama, baru saja keluar dari gerbang rumah, menggunakan motor gedenya dan berlalu begitu saja tanpa menegur atau sebatas menoleh pada Tya."Begini banget seh cintaku, rasanya bak permen Na*o-nano, manis asam asin rame rasanya," ucap Tya dalam batin. Pandangan sayunya terfokus melihat kepergian Rendra, hingga motor itu tak terlihat di ujung jalan. Ada secuil rasa kecewa yang dirasa Tya."Ayo, Dek. Malah ngelamun," ajak Kak Andi tatkala sudah berada di depan gerbang rumah, mendapati Tya sedang menatap jalan yang dilalui Rendra, kini tengah sepi."Eh, i--a," kata Tya terkejut akan sapaab Kak Andi.Merekapun menuju ke sekolah, di mana Tya mengenyam pendidikan. Setibanya di gerbang sekolah, Tya berpamitan pada Kak Andi dan segera melewati gerbang, mulai memasuki lingkungan sekolah.Saat melewati koridor kelas, ujung hati Tya terasa pilu, ada seberkas rasa perih seakan teriri

  • Dilema Cinta   Sikap Dingin Rendra

    Tya berpamitan ke toilet karena penat, acara tak kunjung dimulai seperti tertera dalam undangan. Wajahnya tertunduk saja saat menuju toilet, ia pun menabrak Rendra yang tengah keluar dari dalam toilet."Lo gak papa?" tanya Rendra sembari memapah Tya berdiri."Gak papa ko."Setelah mendengar jawaban dari Tya, Rendra pun cepat berlalu dari hadapan Tya. Ada rasa yang aneh dalam hati Tya, rasa yang tertinggal saat kini Rendra seakan mengacuhkannya.Dengan sedikit menghirup udara dengan napas panjangnya, Tya pun bergegas menuju toilet. Di dalam toilet, ia hanya membasuh mukanya. Memberi kesejukan di wajahnya, walaupun kucuran air itu tak bisa membasuh hatinya yang sedang gundah gulana.Suara cek speaker dari ruang aula terdengar dari toilet, menandakan akan dimulainya acara. Tya pun bergegas kembali menuju alula, berkumpul dengan calon pengurus lainnya.Betapa terkejutnya Tya tatkala akan menghampiri Zulfa, terlihat di kedua manik Tya bahwa Rendra tengah berada dalam shaf kelompok calon pe

  • Dilema Cinta   Pelantikan Pengurus ROHIS

    "Hey, ko ngelamun? Ayo cepet ambil air wudhu sana, aku tunggu di dalam," tutur Zulfa, membuyarkan lamunan Tya.Tya pun beranjak dari duduknya menuju tempat wudhu, bersuci diri dari hadats kecil. Ia meraih tas yang diletakkannya di samping tempat dia berpaku melamun tadi, dibawa menuju ke dalam masjid. Diletakannya tas itu di samping lemari kecil yang berisikan beberapa mukena.Tya meraih salah sepasang mukena yang ada dalam lemari kaca tersebut, memakainya tuk menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajahnya yang manis dan kedua telapak tangannya.Zulfa menempatkan diri di shoft paling utama barisan putri, mulai berdiri tatkala iqomah sudah dikumandangkan. Tya dengan segera berdiri bersebelahan dengan Zulfa, mulai khusyuk menjalankan sholat dzuhur yang diimami oleh Kak Irham, presidium Rohis tahun ini.Seusai sholat dzuhur Tya yang sedang memakaikan sepatu dikedua kakinya celingukan mencari keberadaan Rendra. Namun, tak kunjung dia temukan. "Mungkin sudah pulang," batinnya."Apa gara-gara c

  • Dilema Cinta   Katakan Cinta

    “Ty, itu si Marko bikin rusuh. Dia sedang bersiap melakukan aksi katakan cinta, dan denger-denger loe yang akan jadi targetnya. Dia mo nembak Lo,” ucap Dewi menerangkan. Belum sempat Tya membalas perkataannya, Dewi langsung berpamitan, “Dah yah, gue ditunggu Lusi.” Dewi buru-buru karena tak ingin diketahui, akan menambah marah Lusi. Namun, dirinya pun masih care terhadap Tya. Sejenak Tya memperhatikan kepergian Dewi, sahabatnya itu sekarang jarang bersamanya. Ada rasa kangen akan masa dahulu saat bersa. Namun, hubungan itu merenggang karena Rendra. "Padahal gue ma Rendra tak seperti apa yang ia banyangkan. Dah lah, percuma gue ngejelasin. Toh, dia tetep gak percaya," lirih Tya mematung, berpijak di salah satu anak tangga. Lamunan Tya terbuyarkan dengan suara gaduh di lantai dasar, kedua manik Tya terbelelalak melihat spanduk yang bertuliskan 'Anantya, I LOVE U'. Kini langkahnya berbalik, menaiki anak tangga yang hampir saja ia selesai turuni. "Apa-apaan itu si Marko!" gumam Tya semb

  • Dilema Cinta   Sosok Zulfa, Sahabat Baru Anantya

    Saat masuk kelas Zulfa keheranan mendapati Dewi tengah duduk dibangkunya. Lusi yang melihat mimik muka Zulfa heran langsung berkata “Lo duduk dibelakang, bareng ma Tya.” Datar Lusi berkata tanpa ekspresi bahkan tanpa menoleh baik kearah Zulfa maupun Tya, pandangan Lusi lurus kedepan dengan wajah sinis.Zulfa adalah salah satu siswi berhijab, terurai menutupi dadanya. Dia aktif dalam kegiatan Rohis, salah satu organisasi sekolah yang bergerak dibidang keagamaan islam. Menjabat divisi da'i yakni kepanjangan dari divisi dakwah dan iptek, menuntut ia berpengetahuan luas, tentunya mengenai agama islam. Tak heran dia terpilih menjadi divisi tersebut karena memang Zulfa sosok yang bisa dibilang kutu buku. Walaupun sifat Zulfa introvert, akan tetapi jika mengenal dia lebih dekat, orangnya lumayan asyik dan bisa diajak sharring.Zulfa meletakkan tas dan sebuah kresek hitam berisi baju renang lengan panjang berikut hijabnya yang tengah basah, seragam renang yang tadi digunakannya dalam praktek o

DMCA.com Protection Status