Beranda / Fiksi Remaja / Dilema Cinta / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Dilema Cinta: Bab 21 - Bab 30

41 Bab

Perkelahian

Sudah dua hari ini Dika tidak masuk kelas. Kelas seakan hambar tanpa ada keusiln dan celotehan Dika. Rendra pun merasakannya, ya Dika teman bahkan sahabat pertama Rendra. Walaupun Rendra kesal pada Dika karena mengacuhkannya dikantin kemarin lalu, tapi Rendra juga khawatir tentang keadaan Dika.Sehabis pulang sekolah sengaja Rendra mampir ke warung Pak Rinto, karena Rendra belum tau rumah Dika.Dika orangnya lumayan tertutup dalam hal pribadi ataupun keluarganya. Gimana tidak, si Dika kalau berangkat hampir selalu terlambat dan pulang pun selalu buru-buru meninggalkan gedung sekolah. Kasihan sebenarnya kehidupan Dika, menggantikan posisi seorang ibu yang sudah 2 tahuh meninggal dunia karena sakit Asma yang dideritanya.Setelah tiba diwarung Pak Rinto ternyata warung itu tutup, dan kebetualan ada tukang parkir sedang berteduh dari sinar mentari di warung tersebut. Rendra pun bertanya kepada tukang parkir mengenai Pak Rinto.“Maaf pak, ini ko warungnya tutup yah? Apa sudah habis ato ema
Baca selengkapnya

Menjenguk

Tya, Dewi dan Lusi pun menyaksikan Dika dan Rendra yang membuntuti Pak Yadi menuju kantor terheran-heran. Pasalnya mereka selalu bebarengan dan akrab biasanya.Dalam benak Tya terlintas pertanyaan kenapa mereka bertengkar, tapi Tya memang lugu dan tak berfikiran salah satu alasan mereka bertengkar adalah dirinya.“Kenapa mereka Ty? Ngrebutin elu apa Ty?” ucap Dewi“Ssstt...” Tya memberi kode agar Dewi tak membahas itu karena takut ketahuan Lusi.“Emangnya gue kenapa? Masa gara-gara gue? Gue ngapa-ngapain enggak koh” gumam Tya dalam hati sambil berfikir.“Gampang lah ntar tak tanya Rendra aja, penasaran gue.” lanjut gumam Tya masih mencari jawaban mereka bertengkar, karena biasanya Rendra dan Dika akrab bangetPelajaran sekolahpun telah usai dengan diawali bell berbunyi, semua murid bergemuruh pulang ke habitatnya masing-masing eh kerumahnya masing-masing hehehe..ya walau ada yang masih betah disekolah, sekedar nongkrong didepan gerbang sekolah.Tya sudah terbiasa naik angkot, dikarena
Baca selengkapnya

Berdamai Dengan Hati

“Ko kamu diem aja Dik?” tanya Tya yang sudah mulai kesal juga dengan sikap Dika yang kekanak-kanakan.“Maap Ty, lagi males ngomong aja. Dan sebenernya kalian gak usaho repot-repot segala maen kesini.” jawab Dika“Lagi sariawan loe, males ngomng gt? Kita kesini mau njengukin Pak Rinto bukan elo.” Rendra yang semakin kesal ma Dika.“Ne anak didiemin mulu malah ngelunjak. Kalo gak mandeng bokap loe n adik-adik loe, udah tak hajar loe. Sekalian mau balas tonjokan loe tadi disekolah.” umpat Rendra dalam hati.“Udah, ko malah pada adu mulut. Pa mau dilanjutin berantemnya tadi disekolah?” Tya menengahi. “Dah dong, baikan gih. Ayo salaman.” Tya menyuruh Dika dan Rendra berbaikan.Tadinya Dika diam saja saat Rendra mengulurkan tangannya, tetapi dengan colekan Pak Rinto ke Dika sehingga Dika menerima jabatan tangan Rendra. Walau Dika masih kesal pada Rendra.“Pak, kita pulang dulu. Udah sore, takut ujan juga.” lanjut Tya“Iya neng, makasih sudah berkenan menjenguk bapak.” ucap Pak Rinto dibalas
Baca selengkapnya

Kantin Sekolah

Dari kejadian kemarin Rendra dan Dika kelihatan lebih akrab, mereka jadi saling mengerti satu sama lain. Dika pun sekarang duduk sebangku dengan Rendra. Kejadian itu membuat isi kelas jadi senang karena celoteh Dika keluar lagi dari mulutnya.“Ty,liat itu Dika. Dah baikan ternyata ma Rendra.” ucap Dewi melihat Dika duduk sebangku dengan Rendra“Syukurlah, kn jd adem liatnya.” jawab Tya“Ia, dan kelas jadi rame seperti biasanya.” Dewi memandang Dika. “Eh, ty kalo diliat-liat Dika sebenarnya ganteng juga ya ty?” Dewi masih memperhatikan Dika.“Cie, kayaknya suka memperhatikan Dika jadi mulai tumbuh dah benih-benih cinta.” ledek Tya“Ih, tya. Gara-gara loe seh, gue jadi suka memperhatikan Dika.”“Loh, ko gara-gara gue? Ada hubungannya gitu?” Tya keheranan.“Iya lah, secara gue sahabat loe. Dan mereka berantem gara-gara loe jadi gue sebagai sahabat loe ngikut merhatiin dah.” Dewi malu-malu kucing gak mau kalah“Dika anak yang baik dan rajin loh wi, kalo suka pepet aja wi ahaha.” Tya melede
Baca selengkapnya

Kartu Undangan

Entah mengapa Dewi seakan sepi dengan suasana gaduh dikelas. Suasana gaduh tak kala para Guru sedang rapat yang mengakibatkan ruangan kelas tidak mendapatkan pengajaran alias pelajaran kosong. Dewi hanya diam termenung dan sesekali tersenyum tak kala Lusi bercerita tentang sodaranya dari Medan itu.Lusi menceritakan bahwa Beni, sodaranya akan kuliah di kota ini. Itu berarti Beni akan menetap disini. Walau Lusi sudah mengajak Beni jalan-jalan keliling kota namun belum sekalipun Lusi memperkenalkan Beni, baik kepada Tya maupun Dewi.Hingga suatu ketika tiba ulang tahun Lusi yang diadakan cukup mewah mengingat Lusi memang dari keluarga terpandang. Ayah Lusi menjabat sebagai Presiden Direktur tempat papah Tya bekerja, dalam artian papah Tya bekerja di perusahaan milik Ayahnya Lusi. Dan juga berarti papahnya Rendra sekantor juga dengan ayahnya Lusi."Oia, sampe lupa. Bulan depan gue ultah neh. sweet seventeen gt, bakalan meriah pokoknya" cerita Lusi. "Kalian berdua wajib datang" Lusi menun
Baca selengkapnya

Keributan Kecil Di Perpustakaan

Entah mengapa diistirahat yang kedua ini Dewi memilih pergi ke perpustakaan dari pada ke kantin seperti biasanya. Tya yang sejatinya lebih akrab dengan Dewi pun memilih menemaninya dibanding ajakan Lusi yang meminta ke kantin. Lusi melihat Rendra dan Dika ke kantin hingga dirinya memutuskan mengejar ke kantin untuk menggalakkan aksinya menarik perhatian Rendra.“Ayo ah ke kantin.” ajak Lusi setelah melihat Dika dan Rendra berlalu keluar kelas. Lusi berfikir mereka berdua pasti ke kantin dan dirinya bertujuan akan menyusulnya.“Ayo Wi.” ajak Tya sembari merapikan buku pelajaran Biologi yang telah usai tadi.“Ogah ah,gue mau ke perpustakaan.” ucap Dewi datar dan beranjak dari tempat duduknya.“Ke perpustakaan?” kompak Lusi dan Tya berucap kaget, pasalnya Dewi sekalipun belum pernah menginjakkan kakinya di perpustakaan.“Iya, emangnya kenapa?” Dewi berlalu akan keluar kelas.“Wi, tunggu. Gue ikut.” Tya mengejar Dewi dan mensejajarkan langkahnya menuju perpustakaan serta menjnggalkan Lusi
Baca selengkapnya

Pulang Bersama

Seusai pelajaran sekolah usai, seperti biasa Lusi mengajak pulang bersama Dewi tapi Dewi menolak dengan alasan ingin ke rumah Neneknya. Akhirnya pun Lusi pulang seorang diri dengan motor maticnya. Setelah Lusi berlalu, Dewi menghampiri Tya dan berencana ingin berkunjung ke rumah Tya.“Ty, aku maen ketempat loe yah?” pinta Dewi sembari menggandeng lengan Tya.“Loe gak bareng Lusi tadi?” malah Tya bertanya tanpa menjawab pertanyaan Dewi, karena Tya pun dengan senang hati jika Dewi ingin bermain ke rumahnya.“Ih, boleh kaga? Malah tanya yang laen.” Dewi sedikit kesal karena jawaban yang diharakan malah dibalas dengan pertanyaan.“Eleh-eleh, gitu aja ngambek. Boleh donk, masa seh gak boleh. Ayuh.” ajak Tya dan mereka pun menuju halte didepan tepatnya sebelah kanan gerbang sekolah.Angkot yang ditunggu mereka pun belum muncul juga. Memang angkot yang menuju rumah Tya jarang yang lalu-lalang. Lama juga mereka menunggu angkot sampai Rendra dan Dika yang melihatnya pun menghampiri dan memberi
Baca selengkapnya

Dewi Fall In Love

Aroma masakan Bu Mirna seperti biasa menggoda siapapun yang menciumnya namun tak dengan Dewi kali ini. Tya yang lapar karena istirahat ke-2 nya tadi dihabiskan di perpustakaan pun langsung menghampiri Mamahnya di dapur.“Masak apa Mah?” tanya Tya walau dirinya sudah tahu dan melihat langsung menu masakan Bu Mirna yang terhidang dimeja makan. Siang ini menu masakan Bu Mirna cukup sederhana yakni oseng kangkung dengan lauk tahu dan tempe goreng, tak lupa sambal terasi kesukaan Tya pun menjadi pelengkap menu masakan Bu Mirna.“Siang tante.” sapa Dewi sembari bersalaman mencium punggung tangan Bu Mirna.“Ih, ne anak.” tangan Tya ditepuk Bu Mirna tak kala akan mencomot tahu goreng yang tersaji beralaskan piring keramik putih. “Cuci tanganmu dulu, sayang. Trus ganti baju dulu sana.” Bu Mirna mendorong tubuh mungil anak gadisnya.“Mamah, Tya mo icip dikit.” rengek Tya seraya tubuhnya menahan dorongan tangan Bu Mirna yang menyuruhnya berganti baju dahulu. “Tya laper berat Mah.” lanjut rengek
Baca selengkapnya

Kotak Kado Kecil Rendra

Malam yang cerah, bulan dan bintang seakan turut mengiringi acara ulang tahun Lusi. Pita dan balon berjejer epik di tepi kolam renang yang cukup megah dalam kediaman Lusi. Sang pemeran utama acara tersebut sudah berdandan semaksimal mungkin untuk memeriahkan sweet seventeen-nya."Anak mamah cantik sekali,” ucap Bu Siska yang tak lain mamihnya Lusi. “Anak siapa seh?" lanjut Bu Siska memuji, terkesima dengan riasan anak semata wayangnya seraya membelai rambut Lusi yang terurai indah."Anak Mamih dunk.” Lusi mengembangkan senyum sembari badannya berputar bak cinderella yang akan berubah menjadi putri."Dah siap? Ayo turun ke bawah," ajak Mamih Lusi."Ok, Mamih.” Lusi digandeng Bu Siska menuruni tangga lalu menuju sudut kolam renang tempat diadakan acara ulang tahunnya.Para tamu undangan serta teman-teman Lusi sudah banyak yang berdatangan, mengucapkan selamat serta mendoakan Lusi dan tak lupa menjinjing sebuah kado untuk sang empunya hajat. Namun, sosok yang ditunggu Lusi belu
Baca selengkapnya

Ingat Pesan Mamah

Suasana dipesta ulang tahun sweet seventeen Lusi begitu meriah. Sorak-sorai teman sekelas Lusi seakan menggema di langit yang berhiaskan bintang kala itu, mendengarkan Band Indi melantunkan sebuah lagu, tak sedikit teman-teman Lusi ikut bernyayi.Berbanding terbalik bagi Tya, dikeramaian Tya merasa sunyi. Bagaimana tidak, Rendra yang datang bersamanya pun memilih bergabung dengan Lusi. Bukannya memilih seh, tapi lebih tepatnya dipaksa dan diperkenalkan kepada kedua orang tua Lusi. Dewi pun belum menampakkan batang hidungnya, hingga Tya termenung sendirian di tepi kolam renang, hanya ditemani segelas sirup ditangannya.“Hai, manis. Sendirian aja neh?” Goda Beni melihat Tya duduk melamun.“Lagi nunggu temen, bentar lagi dateng ko.”“Boleh Abang temenin?” ucap Beni dan tanpa persetujuan Tya, dia langsung duduk di dekatnya. “Gue Beni.” Beni memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangannya.“Tya.” jawab singkat Tya dan mulai menerima uluran tangan Beni, bersalaman. “Maaf.” Tya mencoba men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status