Home / Romansa / Dinikahi CEO berstatus Duda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dinikahi CEO berstatus Duda: Chapter 11 - Chapter 20

103 Chapters

Sibuk?

Masih sepagi ini namun langit Surabaya sudah dilanda mendung tak terkira, mungkin sebentar lagi hujan akan turun membasahi bumi dengan membawa segala ingatan tentang orang-orang dimasa lalu setiap anak manusia."Ayah bangun, ayo kita solat subuh" kedua tangan mungil milik Raja kini tengah berusaha menyibakkan selimut di tubuh Ayahnya. Berusaha keras ia membangunkan Rian dengan berbagai cara dilakukan, salah satunya menarik selimut pada tubuh Adrian dan Ratu, adik kembarnya bertugas untuk memainkan telinga Adrian serta membisikan kata-kata padanya."Hemmm," gumam Adrian, berusaha membuka kedua matanya yang terasa berat."Ih ayah ayo bangun, subuhnya nanti kelewat lagi. Mamah udah nungguin pasti," seru Ratu di telinga Adrian. Mendengar kata Mamah membuat Adrian seketika membuka kedua matanya, buru-buru ia bangun menghadap Ratu yang menatapnya tak berkedip."Siapa yang nungguin kita sayang?" tanya Adrian memastikan kembali jika ia tadi mendengar kata mamah y
Read more

Kabar pilu

Adrian menatap lekat punggung putra kesayangannya dengan sendu, naik turunnya bahu sang putra membuat hatinya merasa menyesal. Sekejam inikah ia padanya selama ini? Tapi ini juga demi kebaikannya, inilah cara mendidik Adrian pada sikembar selama ini."Berbalik, hadap ayah sini" titah Adrian dingin. Raja tersentak, buru-buru ia menyeka air matanya dan menuruti perintah Adrian."Tahu kesalahan kamu apa?" tanyanya dengan melipat kedua tangan di dada.Raja mengangguk lemah, masih dengan menunduk."Coba sebutkan" perintahnya."Abang usilin adek, gak nurut apa kata ayah dan abang yang menjadi penyebab adek menumpahkan secangkir wedang jahe hingga berkas-berkas ayah basah" akunya Raja menatap sekilas Adrian dengan ketakutan."Mau ulangi lagi?" tanya Adrian setengah berjongkok, menatap tajam putranya."Tidak ayah, Raja menyesal" geleng Raja berusaha menghindari tatapan tajam tersebut."Bagus, apa yang harus kamu lakukan setelah ini?" t
Read more

Penderitaan

Tubuh terpaku seorang Adrian kini kembali normal saat kedua pria setengah ,paruhbaya itu kembali memasuki kamar Anna."Apa dia sudah tidur?" tanya Darius pada Ajeng yang senantiasa menemani Anna. disampingnya."Sudah Mas," jawab Ajeng mendongak kearahnya."Baiklah, Rian bisa kamu bantu om sekarang?" tanya Darius menatap sang keponakan itu penuh harap."Bantu apa Om?" Adrian bertanya sembari mendekat kearah Darius."Tolong kamu gendong dia kemobil, kita akan membawanya kerumah sakit" titah Darius membuat Adrian tercengang."Saya Om?" Adrian bertanya memastikan jika perintah Darius itu benar untuknya."Iya kamulah Ri, kuatkan?""Tapi Om, diakan bukan-""Jangan protes, kamu masih muda pasti kuat. Apa kamu tega membiarkan sahabt Om ini mengendong putrinya dari lantai dua ke halaman rumah denga kondisi begini bahkan dia sudah tua sama seperti Om, apa kamu tega?" potong Darius begitu cepat sebelum Adria menolak dengan berbagai
Read more

Kurang perhatian

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, Raja telah bersiap dengan pakaian tidurnya sementara Ratu masih duduk termenung melihat jam dinding."Kamu ngapain ngelihatin jam dinding kaya gitu dek?" tanya Raja duduk disebelahnya.Ratu menghela napas gusar, menoleh sekilas pada sang kakak. "Kok ayah belum pulang ya? Ratu jadi khawatir deh," "Ayahkan kerja, tadi Oma bilang Ayah akan pulang larut" jawab Raja.Kedua tangan Ratu pun kini ia gunakan untuk menopang dagunya. "Ayah jahat! Ratu gak suka!"Raja terkaget saat Ratu berbicara dengan nada tinggi seperti barusan."Kok Ratu ngomongnya gitu, ayahkan kerja untuk kita. Gak boleh ngomong gitu ah, abang gak suka. Biasakan ayah juga gitu" protes Raja. Ratu menoleh dengan mengerucutkan bibirnya."Habis Ayah gak ada waktu buat kita, Ratu tau kok Ayah juga bohong tentang ibu. Ayah selalu mengulur-ulurkan waktu untuk ketemu ibu, padahal Ratu udah kangen banget sama ibu""Kalau itu
Read more

Penghibur

Adrian mencoba memelankan langkahnya saat tak sengaja mendengar suara lucu yang tak asing dari sebuah ruangan yang pernah ia masuki.Tepat saat di depan pintu ruangan tersebut Adrian berhenti diikuti Rama dibelakangnya.Matanya menyipit, menyusuri sebuah celah yang terbuka di ruangan tersebut."Kenapa berhenti bos?"tanya Rama bingung. Ia mencoba mengikuti arah pandang majikannya."Hemm pantesan, sikembar ada disini rupanya. Ayo bos kalau gitu kita masuk sekarang, biar gak capek naik turun lift keruanganya si Om" cerocos Rama hendak membuka knop pintu namun dengan segera Adrian mencegah."Siapa suruh kamu buka pintu ini? Kita belum tau pasti didalam ada siapa saja, ayo telepon bunda. Tanyakan sikembar dimana" suruhnya menyeret Rama segera menjauh dari ruangan tersebut. Rama pun berdecak, merogoh sakunya dalam dan mengeluarkan alat komunikasi yang tak pernah jauh darinya.Sembari menunggu Rama menghubungi tante Murni. Ia pun kembali melihat ke
Read more

Bucin

Seminggu kemudian, kondisi Anna sudah membaik bahkan ia pun diperbolehkan untuk pulang. Dan seminggu itu pula, Mario tidak pernah menghubunginya bahkan membalas satu pesan saja pun rasanya Mario sudah tak mampu.Semilir angin disore hari membuat Anna terhanyut dalam dekapan rindu, senja yang selalu menjadi saksi pun kini telah memudar di gantikan dengan sang rembulan yang datang dengan gelapnya.Anna terpaku, melihat ponsel yang masih saja tidak ada notif dari sang kekasih hati."Haruskah aku memudarkan kepercayaan?" Tanyanya dalam hati.Tak lama setelah mengucapkan hal itu, ponsel pun berdering menampakan sesosok nama indah yang selalu ditunggu kabarnya.Dengan semangat, anna segera menggeser tombol berwarna biru itu keatas."Sayang, aku kangen ..." serunya tanpa basa-basi.Mendengar hal itu, Mario tertawa disebrang sana. Ia pun berucap demikian."Bahkan Mas jauh lebih rindu dibanding kamu" selorohnya. Anna terdiam, pipi berse
Read more

Pemikiran bocah yang kelewat dewasa

"Omah, Ratu tadi gak sengaja lihat tante Anna di taman lagi nangis loh. Kok gak ikut makan bareng kita sih?" celoteh Ratu dengan antusias di sela-sela makan malam. Ya malam ini, keluarga Darius tengah berada dikediaman sahabatnya. Siapalagi kalau bukan Dirgantara, sengaja mereka mengundangnya hanya sebagai ucapan syukur mereka karena Anna telah diperbolehkan pulang. Sayangnya, Anna tak bisa berbaur dengan dua keluarga tersebut. Ia lebih memilih untuk berdiam diri di taman, merenungi nasibnya yang entah bakalan seperti apa nantinya. Sungguh, ia tak bisa membayangkan. "Ih, Ratu ngintip. Gak baik loh, kata ayah juga anak kecil gak boleh ikut campur orang dewasa" tegur Raja disampingnya. Kedua mata Ratu menatap tajam. Ia tak suka jika Raja menegurnya di depan banyak orang apalagi didepan orang asing. Sungguh Ratu tak suka. "Abang juga kenapa tegur Ratu didepan banyak orang? Kan kata ayah gak boleh kaya gitu, itu sama saja abang merendahkan Ratu" protesnya Ratu, disimpannya kembali m
Read more

Canggung

Aroma sambal balado dengan di dampingi beberapa lalapan begitu menggiurkan lidah. Adrian menghirup dalam aroma sambal balado yang sudah tersaji di meja makan tersebut. seketika cacing-cacing diperutnya memberontak, menginginkan untuk segera diberi makan namun melihat Anna yang tengah mencuci tangan tak jauh dari tempatnya membuat Adrian terpaksa menunda makannya. Suasana canggung menyelimuti keduanya, tak ada percakapan sama sekali yang terlontar dari mulut Adrian atau pun Anna. Mereka malah sama-sama kebingungan hendak mengambil makanan apa sementara lauk-pauk yang tersaji masih begitu tersisa banyak di meja. Anna menelan salivanya susah payah saat tiba-tiba tangannya tak sengaja menyentuh tangan Adrian yang sudah terulur duluan hendak mengambil ayam. "Astagfirullah," buru-buru Adrian menarik tangannya menjauh dari Anna dengar beberapa kali mengucapkan istigfar. Melihat reaksi Adrian yang menurut Anna begitu berlebihan, menjadikan dirinya merasa tersinggung. Anna pikir reaksi A
Read more

permintaan si kembar

Untuk anak apa sih yang enggak? Orangtua mana pun pasti akan mengabulkan permintaan anaknya jika mereka mampu. Selagi itu baik kenapa tidak? Yang paling penting anak senang. ***Adzan subuh sudah berkumandang sejak setengah jam yang lalu, gelapnya malam rupanya perlahan tergantikan dengan mentari pagi. Adrian serta si kembar pun rupanya sudah kembali kerumah Murni. Pagi ini, terlihat Adrian tengah menikmati udara segar dihalaman rumah Murni dengan ditemani secangkir kopi sementara kedua anaknya sedang bersiap memakai kaos olahraga menunggu Darius untuk melakukan olahraga bersama. "Gak ngantor, Ian?" Darius bertanya menghampiri dengan kedua tangannya yang masing-masing menggandeng tangan si kembar. Adrian mendongak, secangkir kopi yang hendak ia minum kembali diletakannya di meja. "Libur Om, hari ini Rian mau istirahat dulu. Kan weekend, masa iya terus-terusan kerja. Ian kan bukan robot," jawabnya Rian dengan cengengesan. Darius mengangguk paham, lalu kembali meneruskan jalanny
Read more

apa harus membuka hati?

Untuk orang yang masih hidup dengan masalalu itu rasanya akan sulit untuk membuka hati, menerima orang baru dalam hidupnya. Sebagian orang memilih untuk hidup berdampingan dengan massa lalu bukan karena ia trauma melainkan ada kenangan yang mendalam tercipta dan sulit untuk dilupakan. ***Adrian menatap menu makan siang dimeja dengan tak berselera, jika ia tau paginya akan terasa menyedihkan lebih baik ia memilih untuk berkutat dengan pekerjaan saja di kantor namun lagi-lagi niatnya ingin qulity team dengan si kembar membuat ia terpaksa mengambil libur seperti karyawannya yang lain. Tangan Adrian mulai memainkan sendok dengan menatap makanan tak berselera seolah makanan yang disajikan bundanya itu tidak berarti apa-apa untuknya. Jenuh dengan tingkahnya sendiri membuatnya terpaksa mengeluarkan ponsel dari saku celananya, beberapa detik kemudian ia sudah mulai disibukan dengan puluhan email yang masuk untuk ia periksa segera."Ekhem, kamu kalau mau main ponsel jangan disini. Ini temp
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status