Home / Romansa / Dinikahi CEO berstatus Duda / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dinikahi CEO berstatus Duda: Chapter 41 - Chapter 50

103 Chapters

Pertemuan dua keluarga

Malam ini, merupakan malam yang paling sibuk bagi keluarga Dirgantara. Pasalnya sehari setelah Anna memutuskan untuk menerima Adrian, rupanya keluarga Adrian begitu antusias dan mendadak malam ini akan berkunjung untuk menetapkan hari pernikahan mereka. Entah, ini terjadi begitu cepat bagi Anna.Semua hidangan sudah siap diatas meja, keluarga besar dirgantara kini sudah berkumpul. Semua sudah siap."Dek, ponakanku mana?" tanya Alin, adik dari Dirgantara yang sengaja datang jauh-jauh demi melihat calon suami keponakannya."Dikamar tuh, mungkin dia lagi siap-siap" jawab Dirgantara santai, melanjutkan obrolan bersama keluarga besarnya sembari menunggu kedatangan keluarga Adrian.Alin mengangguk, ia pun bergegas menghampiri Anna. Dibukanya pintu kamar Anna, Alin tersenyum saat melihat Anna tengah duduk gelisah dimeja riasnya. Anna merasa seperti berada dalam pusaran peristiwa tak terduga."Ponakan aunty, cantik banget. Sudah siapkan?" tanya Alin mendekati Anna.Anna menoleh, ia berdiri da
Read more

Kegalauan Mario

Malam sudah beranjak mendekati fajar. Namun, Mario masih saja belum bisa memejamkan mata. Ia masih terpekur didalam doanya. Ingin rasanya ia protes pada sang pencipta namun ia sadar jika ia hanyalah manusia yang tengah menjalani skenario yang sudah dibuat tuhannya.Namun, lagi Mario mengeluh. Mengapa takdir untuknya seakan mempermainkan dan sungguh menyesakkan. Sebagai muslim yang tengah berusaha taat, Mario paham setelah ikhtiar dengan maksimal kini saatnya ia bertawakal. Tak bosan-bosannya ia berdoa dalam shalat istikhorohnya, meminta agar dijodohkan dengan Anna namun hati kecilnya meyakini jika Anna bukan wanita yang akan menjadi jodohnya."Ya allah, aku baru saja berhijrah. Tetapi ujian yang kau berikan sudah begitu berat" keluh Mario didalam doanya.Usai bermunajat, Mario segera bergegas pergi kemesjid untuk melaksanakan shalat subuh berjamaah yang sudah sebulan ini rutin ia lakukan.Di dalam masjid yang sunyi, Mario merenungi kehidupannya. Setelah shalat, ia duduk di sudut ruang
Read more

Hari pernikahan

Hari ini adalah hari yang begitu berat bagi Anna, tak pernah terbersit dibenakanya sekali pun jika ia akan dipinang oleh CEO berstatus duda beranak dua itu. Sungguh Anna tak pernah membayangkan bisa menerima seseorang yang bahkan tidak ia cintai. Jika takdir bisa ditawar, Anna mungkin akan meminta hari ini dinikahkan dengan Mario bukan dengan Adrian yang bahkan ia tidak mengenal jauh tentang lelaki itu. Tapi, ini memang takdirnya yang harus ia jalani suka tidak suka. Helaan nafas berat beberapa kali keluar dari mulut mungilnya, matanya memandang pantulan wajahnya yang begitu cantik. Berbeda dari biasanya, bibirnya berusaha ia coba membentuk lengkungan bulan sabit. Berusaha sekuat tenaga untuk terus tersenyum, namun bayangan Mario saat Anna memutuskannya berkeliaran dipikirannya bagai kaset kusut membuat hatinya terasa nyeri."Maaf, bukan aku menghianatimu. Tapi takdir tak membiarkan kita untuk bersama" lirih Anna. Pertahannanya runtuh, senyum yang sudah ia usahakan kini menghilang di
Read more

Hanya perlu beradaptasi

Acara resepsi sudah selesai satu jam yang lalu, dan kini Anna tengah berada dikamar hotel yang sengaja dipesan bersamaan gedung untuk resepsi pernikahan mereka. Seraya menghembuskan napas lega, Anna mengambil beberapa kapas serta cairan pembersih make up.Sementara Adrian masih saja berbincang dengan keluarganya dilobi hotel, tak lupa sikembar pun masih tetap setia menguntit kemana pun Adrian pergi hari ini.Berapa kali pun Rama membujuknya, Raja dan Ratu masih kekeh ingin bersama ayahnya. Entah kenapa, keduanya bahkan kelewat manja hari ini."Ayah, bunda mana?" tanya Ratu dipangkuan Adrian. Kedua alis Adrian bertaut sempurna, panggilan bunda dari mulut Ratu begitu aneh ditelinganya."Bunda?" kalimat tanya itu tak sengaja meluncur dari mulut Adrian yang sampai sekarang begitu kebingungan atas pertanyaan yang dilontarkan puteri kecilnya itu."Ish, bunda Anna." geramnya Ratu."Oh, bunda Anna. Dikamar, lagi istirahat cape kali" jawabnya Adrian."Bunda Anna aja istirahat, masa kalian engg
Read more

Tempat baru

Paginya setelah shalat subuh, Anna membantu Adrian memasukan kebutuhan mereka kedalam koper. Rencananya siang ini Adrian akan membawa Anna dan sikembar pulang kerumah barunya untuk sementara."Kamu gak papa kan kalau tinggal dirumah sederhana? Gak kecil-kecil amat sih, tapi gak besar juga. Ruangnya pun banyak yang belum diisi perabotan. Gak papa kan ya?" tanya Adrian dengan khawatir, takut-takut Anna tak suka dengan rumah yang ia beli tiga bulan lalu.Anna menggeleng, ia masih fokus memasukan pakaian dirinya dan Adrian kedalam koper.Melihat respon Anna, membuat hati Adrian lega. Setidaknya Anna tidak akan kecewa jika nanti tiba dirumahnya."Mas, anak-anak kemana?" tanya Anna yang menyadari jika sedari pagi setelah ia beres mandi tadi ia tak melihat Raja dan Ratu berada dikamar hotel.Adrian tersenyum, ia membantu Anna menutup kopernya. "Anak-anak tadi dijemput Rama pulang, katanya eyangnya kangen" jawab Adrian, lagi Anna hanya mengangguk sebagai respon."Udah selesaikan? Gak ada bara
Read more

Sekarang aku ibunya

Setelah cukup puas menjelajahi rumah baru, Anna memutuskan untuk membereskan pakaiannya dan pakaian Adrian. Sementara itu, Adrian memutuskan untuk memilih untuk duduk di sofa dengan laptop dipangkuannya. Ya, meskipun hari ini ia dan Rama tidak masuk kerja, tetap saja keadaan kantor ia pantau dari layar monitor sembari menyelesaikan berkas-berkas yang harus ia pelajari untuk meeting besok pagi.Saat keduanya sibuk dalam kerjaannya masing-masing, tiba-tiba saja bel berbunyi membuat Anna segera beranjak ke pintu utama."Sebentar," teriak Anna sembari menuruni tangga.Dibukanya pintu utama dengan perlahan, terlihat senyum manis sikembar menjadi pemandangan utama disusul dengan Rama dibelakangnya yang berjalan setengah lari mendekat kearah si kembar."Bunda udah disini rupanya," ucap Raja menyalami tangan Anna dengan takzim sementara Ratu dengan polosnya merentangkan tangan ingin digendong.Anna yang menyadari hal itu, segera menunduk dan membawa Ratu kedalam gendongan."Darimana aja kalia
Read more

Sekarang aku ibunya 2

Beberapa kali Adrian beristigfar, ia buru-buru pergi ke kamar berusaha untuk meredakan emosinya. Masalah yang rumit dikantor membuat dirinya tak bisa mengontrol emosi.Setelah dirasa emosi cukup reda, ia memutuskan untuk memberishkan tubuhnya, air hangat malam hari mungkin cukup merilekskan pikiran.Adrian membiarkan air hangat mengalir menutupi tubuhnya. Rasanya seperti sedang dibawa perlahan-lahan ke dalam alam yang tenang. Namun, meskipun air hangat telah memberinya sedikit kenyamanan, pikirannya masih terus melayang-layang ke masalah di kantor.Dia merenung, apakah semua ini sepadan? Apakah segala usahanya di kantor sebanding dengan stres dan tekanan yang dirasakannya? Tapi dia tahu, dia tidak bisa hanya lari dari masalahnya. Dia harus menemukan cara untuk menghadapinya.Sambil berendam, Adrian mencoba mengingat kembali nasihat ayahnya, yang selalu mengatakan bahwa dalam setiap kesulitan pasti ada hikmahnya. Tapi kadang-kadang, sulit baginya untuk melihatnya.Air hangat mulai mene
Read more

Imam rumah tangga

Jam masih menunjukan pukul 03:00 saat ponsel Adrian berbunyi nyaring. Dengan mata sedikit melek, Adrian meraih ponselnya. Ia bangun dari pembaringan."Iya, Assalamualaikum" ucap Adrian dengan suara parau.Anna yang terusik dengan pergerakan Adrian pun, memilih untuk bangun. Matanya sontak terbuka lebar memastikan jika yang ia lihat sekarang memang benar jam 03:00 pagi adanya."Iya, saya nanti kesana. Berkas-berkas dan perizinan sudah saya siapkan. Nanti Rama yang akan mengantarkan" ucap Adrian datar, tangannta memijat-mijat pelipisnya lembut.Sadar akan apa yang tengah dihadapi Adrian, Anna tak ambil pusing. Ia beranjak, mandi terlebih dahulu sebelum beraktivitas. Katanya mandi sebelum subuh lebih sehat dan mulai sekarang Anna akan menerapkannya setiap hari seperti yang Adrian lakukan."Ram, tolong ya. Kali ini kita harus jeli, masa iya surat perizinan kita ditolak. Itukan kita kirim obat-obat yang paling bagus, kalah dengan yang beredar dipasaran. Perusahaan kita juga sudah konsultas
Read more

Pewaris perusahaan

Mentari telah memancarkan sinarnya dengan malu-malu dari ufuk timur dan Anna kini tengah sibuk menyiapkan masakan untuk mereka sarapan pagi ini, meskipun ia tak pandai memasak tapi setidaknya ia mau belajar dibantu Adrian disebelahnya yang sibuk menyiapkan nasi goreng."Mas, sepagi ini kok sarapan nasi goreng?" tanya Anna tak percaya. Ini aneh menurutnya, karena dikeluarganya Anna tidak pernah menjadikan nasi goreng sebagai menu sarapannya."Kenapa? Salah?" tanya Adrian tersenyum hangat, dibawanya sepiring nasi goreng itu kemeja makan.Anna menggeleng, ia mengikuti Adrian kemeja makan dengan membawa telur dadar yang ia masak barusan."Anak-anak jangan dikasih ya," pinta Anna."Enggak, ini cuma buat saya aja. Kamu mau?" tawarnya Adrian, disendokannya nasi goreng tersebut tangannya mengudara hendak menyuapkan nasi goreng tersebut kemulut Anna."Makan aja, aku gak biasa sarapan pake menu itu" tolak Anna lembut."Padahal ini enak," gumam Adrian segera menurunkan tangannya dihadapan Anna d
Read more

Cerita Ratu

Di ruang makan, Anna dan Ratu kembali melanjutkan sarapan mereka setelah melihat kepergian ayah dan anak itu. Meskipun awalnya Ratu merengek ingin nasi goreng, namun dengan penuh kesabaran Anna berhasil meyakinkannya untuk tetap menikmati sarapan yang telah disiapkan."Bunda, Ratu senang deh akhirnya Ratu punya teman kalau lagi gak mau sama mereka" ucap Ratu tiba-tiba, matanya bersinar-sinar melihat jejak kepergian Adrian dan Raja dipintu utama.Anna terdiam dari pergerakannya, ditatapnya wajah Ratu yang begitu manis, matanya berbinar memancarkan kebahagiaan."Ratu bersyukur, akhirnya doa Ratu terkabul. Terimakasih ya Allah," lanjutnya Ratu, ia kembali melahap makanan yang masih tersisa sedikit dipiringnya.Anna tersenyum,"emang doanya Ratu gimana sih?" tanyanya Anna penasaran.Ratu mendongak, diberikannya piring kotor miliknya pada Anna."Ratu cuma berdoa, semoga bunda bisa pulang dan kembali lagi sama kami" cengirnya. Wajah polosnya membuat hati Anna terenyuh, doanya sederhana tapi
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status