Semua Bab Alaistar's Way To Ari: Bab 1 - Bab 10

21 Bab

(01) The Girl with The Shark Hoodie

Alaistar takut hiu.Memang wajar saat seorang anak kecil berkata bahwa dirinya takut pada ikan bergigi tajam dan runcing seperti ikan hiu. Menyeramkan, buas, dan ganas, alasannya.Berawal dari kegemaran sang kakak menonton film dokumenter tentang hewan buas, Alaistar kecil sukses dibuat menjerit ketakutan saat ditampilkan adegan hiu yang sedang menyantap mangsanya. Warna merah darah memenuhi layar televisi dan Alaistar tidak pernah berani tidur sendirian lagi sejak saat itu.Alaistar kecil tidak pernah menyangka kalau rasa takutnya itu akan terus menghantuinya hingga remaja, bahkan saat usianya 18 tahun.Namun, semuanya berubah ketika Alaistar justru tidak sengaja menabrak hiu di perjalanan pulangnya dari sekolah.Bukan, bukan hiu sungguhan.Saat itu, Alaistar tidak memperhatikan jalan dan malah sibuk bermain game di ponsel. Alaistar tengah sibuk menangkis serangan musuh ketika tubuhnya berbenturan dengan seorang pejalan kaki lain d
Baca selengkapnya

(02) I Am Not A Pedophil!

Alaistar menahan kekesalannya sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Ia benar-benar tidak habis pikir, bagaimana mungkin dirinya disebut sebagai seorang pedofil? Jelas-jelas usia Alaistar dan si hoodie hiu tampak tidak terpaut jauh."Sepanjang 18 tahun gue hidup di dunia, baru kali ini ada yang menyebut gue sebagai pedofil," kata Alaistar seraya mengacak rambutnya dengan frustasi.“Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Mereka hanya salah paham saja,” hibur David. Cowok itu sibuk mencari hashtag yang disebutkan oleh dua lelaki asing tadi di media sosial dan terkejut saat hasil pencariannya muncul.Ada satu akun utama berisi foto-foto Alaistar dan David yang sedang berbicara pada orang-orang yang melewati trotoar 'legendaris' itu. Banyak juga komentar-komentar yang menyuruh mereka untuk segera bertaubat. Selain itu, ada juga foto seorang anak kecil berhoodie hiu yang berada dalam gendongan sang ayah dengan wajah yang di blur. J
Baca selengkapnya

(03) A Girl or A Boy?

Setibanya di rumah, Ryan langsung berjalan menuju kamar adiknya. Ia baru saja mendapat laporan dari Kavin bahwa adiknya itu bolos sekolah. Benar saja, setelah membuka pintu kamar adiknya, Ryan langsung disuguhi dengan pemandangan sang adik yang sedang tertidur lelap di ranjang. Pantas saja gadis itu menghiraukan semua panggilan telfon darinya.Iseng, Ryan melemparkan ransel sekolahnya ke atas ranjang. Guncangan yang tiba-tiba itu sontak membuat adiknya terbangun.Gadis itu mendengus sebal. "Ah Kak Ryan, ganggu aja deh," ujar sang adik. Gadis itu masih tetap berbaring di sana, sama sekali tidak berniat untuk beranjak. Ia malah mencoba memejamkan matanya kembali.“Kenapa hari ini kamu bolos sekolah?” Tanya Ryan. Semalam ia menginap di rumah Yovan untuk bertanding game dan berangkat sekolah dari sana. Ia tidak sempat mengawasi apakah adiknya sudah berangkat sekolah atau belum. Adiknya ini cerdas, namun sangat malas untuk masuk sekolah. Lain hal
Baca selengkapnya

(04) Unreciprocated love

"Siapa sih yang mengajarkan Kak Ryan untuk menyelesaikan latihan soal seperti ini?!" Omel Ariana pada Ryan.Saat ini, mereka sedang berkumpul mengerjakan tugas sekolah bersama. Ini merupakan rutinitas mereka setiap hari, sebelum kemudian dilanjut dengan bermain game."Istirahat dulu aja yuk belajarnya. Yan, lebih baik kita main game dulu aja," ajak Yovan yang langsung diiringi dengan sorak gembira dari Ryan.Meskipun Ariana merasa jengkel karena Ryan terbebas dari latihan soal yang harus ia kerjakan, tetapi Ariana ikut senang karena Ryan dan Yovan bisa menghabiskan waktu berdua, meskipun itu hanya sebatas bermain game bersama.Sudah hampir dua jam, namun Yovan dan Ryan belum juga selesai bermain. Ariana yang bosan dan mengantuk pun sejak tadi hanya duduk di sofa sambil memeluk leher sang kakak dari belakang, dan menelusupkan wajahnya di sana. Sedangkan sang kakak nampak tidak terusik dan tetap asyik selonjoran di lantai sambil b
Baca selengkapnya

(05) Am I Gay?

Semenjak pulang dari pencariannya akan si gadis berhoodie hiu, Alaistar lebih banyak diam dan berpikir. Tentunya berpikir apakah bisa hanya dalam waktu singkat, orientasi sex nya dapat berubah sedemikian rupa?Alaistar yakin belum sampai 24 jam yang lalu, ia masih menyukai perempuan--yang ternyata adalah seorang laki-laki. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya selama 18 tahun hidup Alaistar, bahwa dirinya adalah seorang gay. Insiden ini benar-benar membuat Alaistar terguncang. Ia seolah kehilangan arah. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.Alaistar menimbang-nimbang dalam hati. ‘Apakah gue benar-benar seorang gay? Jika benar bahwa gue adalah seorang gay, apakah gue bisa menerima dengan lapang dada terkait orientasi seksual yang baru gue ketahui ini? Lalu, bagaimana respon keluarga dan teman-teman gue nanti? Apakah mereka semua dapat menerima jika gue adalah seorang gay?’ batin Alaistar.Hembusan napas berat keluar dari bibir Al
Baca selengkapnya

(06) Another Romeo Story

Alaistar kini duduk bersimpuh di lantai sambil terus menunduk. Ia sangat takut sekarang. Ia bahkan tidak berani menatap kedua orang tuanya yang duduk di sofa, melihatnya dengan rasa kecewa dan amarah yang sulit dibendung. Alasan lain adalah karena mamanya tidak berhenti menangis sejak tadi dan Alaistar sangat tidak tega melihatnya."Katakan pada kami, siapa pacar gay mu?!" bentak Papa Alaistar"Alaistar enggak berpacaran dengan cowok, Pa," jawab Alaistar takut-takut"Lalu apa maksudmu mengatakan kalau kamu itu gay?!"Terlalu banyak emosi yang ingin meluap, Alaistar bahkan tidak sadar ketika dirinya menangis. "Alaistar... Alaistar suka sama cowok, Pa." ujarnya sambil sesenggukan. Perasaan lelah, kesal, marah, sedih, dan bingung berkumpul menjadi satu. Selama ini, Alaistar tidak pernah berpikir bahwa dirinya adalah seorang penyuka sesama jenis. Bahkan saat ini pun, ia masih ragu dan terus menerka-nerka tentang perasaannya. Namun yang ia yakini sekarang adal
Baca selengkapnya

(07) Strange

Layaknya rutinitas Ariana, Ryan, dan Yovan di hari sabtu, ketiganya kini sedang menikmati hari libur di ruang tamu rumah si kembar. Ariana bermain gitar sambil bersenandung, sedangkan Ryan dan Yovan asyik bermain game. Ketika ronde ketiga game mereka selesai, Ryan dan Yovan bermaksud istirahat sejenak dan membeli camilan saat suara notifikasi ponsel Ryan berbunyi.Yovan meraih ponsel kekasihnya itu dan mengernyit ketika membaca chat yang masuk dari nomor tidak dikenal. "Hai Ryan, gue Alaistar. Salam Kenal." Jarinya menekan layar, mencoba melihat foto profil orang asing tersebut lalu berdecak. Foto profil cowok itu hanya berupa siluet hitam saja. Akan tetapi, dilihat dari nama dan siluet tersebut, sudah jelas bahwa orang ini adalah laki-laki."Ryan! Siapa cowok ini? Untuk apa dia mengajak lo berkenalan?! Lo pernah bertemu dia sebelumnya?" bentak Yovan. Cowok itu sangat murka. Berani-beraninya ada orang asing yang mencoba mendekati kekasih tamp
Baca selengkapnya

(08) There Is A Spy Between Us

Ryan memandang ke luar jendela kelas, kedua matanya menangkap sosok Kavin yang tengah berlari sekuat tenaga menuju gerbang sekolah yang sebentar lagi tertutup. Satu menit lagi bel masuk berbunyi. Tidak biasanya Kavin terlambat ke sekolah. Biasanya, Kavin akan selalu berangkat jauh lebih awal agar dapat mengantar Ariana ke sekolah, setelahnya baru cowok itu beralih menuju SMA Pelita Bangsa. Namun sayangnya, hari ini Kavin terlambat bangun tidur. Ia bahkan tidak sempat menjemput Ariana hingga akhirnya harus merelakan gadis itu berangkat sekolah tanpa dirinya.Kavin masuk ke kelas dalam keadaan keringat bercucuran, rambut lepek, dan napas yang terengah-engah. Tubuh Kavin memang tidak bugar, ia jarang berolahraga dan lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain game dan menonton film. Cowok itu melemparkan tubuhnya ke kursi dan menatap Ryan yang duduk di sebelahnya masih dengan napas terengah-engah.“Adik lo…. Udah.. berangkat?” tanya Kavin
Baca selengkapnya

(09) A Getaway Night

Yovan, Ryan, dan Kavin lebih suka berangkat dan pulang sekolah menggunakan bus. Mereka memang terbiasa dengan gaya hidup sederhana dan mandiri, terlepas dari kekayaan orang tua mereka. Sepanjang perjalanan pulang, Ryan dan Yovan sibuk bertanding game, sedangkan Kavin berbincang dengan kekasihnya melalui telfon. Hari itu adalah hari Jumat dan mereka bermaksud mampir ke sekolah Ariana dan mengajaknya kuliner malam. Ariana ada ekskul musik hari itu, sehingga harus pulang terlambat.Hari mulai gelap, Ryan, Yovan, dan Kavin memilih menunggu Ariana di depan ruang latihan musik. Ketiganya duduk selonjoran di lantai dan masih tetap fokus dengan kegiatan mereka masing-masing. Volume suara panggilan di ponsel Kavin cukup keras walaupun cowok itu tidak menggunakan mode speaker, sehingga sejak tadi Ryan dan Yovan seolah menguping pembicaraan pasangan kekasih itu.“Memangn
Baca selengkapnya

(10) It's a Holiday Time!

“Lain kali kita order makanan via online aja deh. Gue enggak suka banget kalau ada paparazi kayak tadi,” keluh Yovan ketika mengingat insiden yang ia alami saat di restoran tadi. Cowok itu menghempaskan tubuhnya ke sofa besar di ruang tamu Si Kembar. Mereka baru saja pulang dari acara kuliner malam mereka yang melelahkan sekaligus mengenyangkan.Ariana menatap Yovan dengan bingung. “Paparazi? Kapan ada Paparazi?” Gadis itu kini berbaring di sofa panjang, dan meletakkan kedua kakinya di atas paha Ryan.“Sewaktu kamu pergi ke toilet,” jawabnya.Ariana terkekeh pelan. “Namanya juga makan bareng sama selebgram. Pasti ada aja yang begitu.”Yovan mendengus. Cowok itu senang atas kepopulerannya di media sosial, ia juga senang karena banyak orang yang menyukai permainan gitarnya yang ia posting di sana. Namun, ia merasa risih jika ada orang asing yang mengusik kehidupan pribadinya.Jauh sebe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status