Home / Romansa / CINTA COWOK AUTIS / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of CINTA COWOK AUTIS: Chapter 1 - Chapter 10

15 Chapters

BRENDA

Brenda memerhatikan wajahnya di cermin oval berbingkai kayu. Gadis itu terlihat cantik dengan baju yang dikenakan. Baju model jas dengan celana senada warna biru tua. Ia memiliki pendar mata yang bening dan bulu mata yang lentik. Lesung pipit di pipi kirinya juga terlihat sempurna. Tubuhnya tinggi semampai rambut hitam panjang sebahu. Bibirnya tipis dan selalu memerah. Paduan satin dengan balzer membungkus tubuhnya yang ramping. Ia terlihat modis.Brenda tengah mengalami gejolak hidup yang tak sebanding dengan kenyataan. Kehidupan Brenda kini berbalik seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Ia bukan lagi gadis kaya bergelimangan harta. Kini Brenda menjadi gadis miskin yang harus melunasi semua hutang-hutangnya di bank. Melunasi kartu kredit yang jumlahnya cukup besar, hingga ia jumpalitan mencari uang tambahan. “Seratus juta rupiah? Oh my God… Da
Read more

RYAN

Motor itu meluncur di jalan hitam. Memasuki perumahan mewah Taman Setia Budi Indah. Setelah berbelok ke kanan, motor itu melaju pelan di aspal hitam. Suara mesinnya menderu pelan. Maryati sedang sibuk di kebun bunganya. Ia menyemprot bunga-bunga yang mulai mekar dan mengumpati serangga-serangga kecil yang berpesta pora diantara batang dan daun Mawar. Ia mengganti polybag yang rusak dengan yang baru. Memberi pupuk ke tanaman anggreknya yang beraneka ragam.Deru suara mesin motor mencuri perhatiannya. Motor bebek warna merah berhenti di depan toko dengan posisi sejajar dengan tulisan MARYATI FLORIST. Maryati menghentikan kegiatannya. Ia meletakkan penyemprot di atas meja dan memerhatikan seseorang turun dari motor. Seorang gadis dengan setelan yang modis berjalan sambil menyandang tas bermerk Lois Vuiton. Tas peninggalan kesuksesannya dulu. Maryati melirik ja
Read more

COWOK AUTIS

Maryati terdiam sejenak. Ia berpikir apakah kata-katanya yang membuat Ryan menjadi seperti itu?“Yan.. mama bawa teman untukmu. Ryan mau kan?”Ryan menoleh ke mamanya, namun ekspresi wajahnya tetap sama.“Yuk... dia baik kok. Ryan pasti suka,”Ryan diam saja ketika Maryati mengamit jemari tangannya. Beberapa menit kemudian Maryati keluar bersama Ryan. Brenda sedikit terkejut melihat seorang cowok bersama Maryati dengan wajah polos. Cowok dewasa bercelana jeans dan kaos oblong yang memainkan bola kristal berulang-ulang. Brenda mengerutkan keningnya.‘Oh my God. Apakah aku harus menghadapi cowok idiot itu?’ batinnya.“Hh… Brenda… Kenalkan ini Ryan, putra saya,” ucap Maryati memperkenalkan.
Read more

ELA

Maryati terdiam sejenak. Ia berpikir apakah kata-katanya yang membuat Ryan menjadi seperti itu?“Yan.. mama bawa teman untukmu. Ryan mau kan?”Ryan menoleh ke mamanya, namun ekspresi wajahnya tetap sama.“Yuk... dia baik kok. Ryan pasti suka,”Ryan diam saja ketika Maryati mengamit jemari tangannya. Beberapa menit kemudian Maryati keluar bersama Ryan. Brenda sedikit terkejut melihat seorang cowok bersama Maryati dengan wajah polos. Cowok dewasa bercelana jeans dan kaos oblong yang memainkan bola kristal berulang-ulang. Brenda mengerutkan keningnya.‘Oh my God. Apakah aku harus menghadapi cowok idiot itu?’ batinnya.“Hh… Brenda… Kenalkan ini Ryan, putra saya,” ucap Maryati memperkenalkan.
Read more

BAIM

Brenda menggigit sandwich-nya. Hmmm… enak sekali buatan Ela kali ini.“Sandwich buatanmu enak, La,” puji Brenda.“Siapa dulu?” Ela menepuk-nepuk dadanya. Dituangkannya susu cair kemasan kotak ke gelasnya. Lalu dia juga mencomot sepotong sandwich di atas meja.”Kenapa kamu nggak buka warung aja?” kata Brenda memberi saran.“Enggak ah. Aku nggak ada bakat di kuliner. Aku juga nggak mau bangkrut dan mengalami depresi sepertimu. Kamu kehilangan pekerjaan dan modal yang sangat besar. Sekarang kamu harus melunasi hutang-hutangmu,”“Yah, itu sudah jalan hidupku,”“Sekarang apa rencanamu?”“Aku tetap ingin membantu Ryan. Menurutku Ryan cowok yang cakep,&rdqu
Read more

RYAN MAU CINTA

Ponsel Brenda berdering sangat keras, ketika ia menguap lebar. Pagi ini ia dikejutkan dengan deringan handpone yang menyentak-nyentak alam mimpinya. Ringtone lagu Krisdayanti yang mengalun merdu membuat ia tak ingin mengangkat nada panggilan itu hingga lagu berakhir. Semalam dia lupa memijit tombol off, sehingga ponselnya menyala terus. Dengan rasa malas diraihnya ponsel di atas meja.‘Huh… dasar pengganggu,’ omelnya dalam hati.“Ya, halo?” sapa Brenda dengan suara serak.“Nda, cepat bangun. Ini ada berita baik!” jawab si penelepon. Suaranya sember. Siapa lagi kalau bukan Ela, sahabat dekatnya.Sedetik kemudian Brenda terlompat bangun dari tempat tidurnya. Refleks. Habis kaget juga Ela meneleponnya pagi-pagi begini. Suaranya menggelegarkan gendang telinga. Sialan tuh anak!
Read more

JATUH CINTA

Maryati beranjak dari duduknya. Ia berjalan di koridor menuju Taman. Brenda mengikuti langkah Maryati.“Sejak ia mengenal seorang gadis beberapa tahun lalu. Ryan selalu termenung dan cenderung pendiam. Ia kehilangan seorang sahabat yang menurutnya mampu membuat kehidupannya kembali ceria. Gadis itu meninggal dunia karena penyakit lupus menyerangnya,”“Oh… kasihan sekali,”“Sejak itu Ryan tidak lagi ceria dan tidak lagi memainkan nada-nada indah itu. Ryan selalu mengamuk karena tidak menemukan nada-nada yang pernah ia ciptakan sendiri,”Detak suara tapak sepatu terdengar beriringan. Maryati melangkahkan kakinya dengan pelan, sambil bercerita tentang kehidupan Ryan dan tentang gadis itu. Betapa Ryan sangat mencintai gadis itu, hingga ia harus kehilangan dan membuat pikirannya menjadi kac
Read more

COWOK BRENGSEK

"La, temeni aku ke dokter yuk…” ajak Brenda lewat ponsel. Ela kaget di seberang sana.“Apa? Ke dokter? Kamu hamil?” Mata Ela terbelalak.“Yee… enak aja. Kamu makin ngeres aja pikirannya. Aku mau ketemu dokter Daniel. Kata temenku dia pernah menangani anak-anak autis,”“Kamu mau memeriksakan dirimu? Apakah kamu autis atau tidak?”“Elaaa…! Jangan bercanda ah. Kalau nggak mau ya sudah!” Brenda sewot.“Ok deh nona manis… Gitu aja udah kejang-kejang… Nanti cepat tua loh…”Brenda nyolot. “Biarin!”“Ya udah… tunggu aku.”Brenda membelokkan setir motornya ke kanan menuju rumah s
Read more

PENDEKATAN

Brenda terbangun ketika jam weker di atas meja kerjanya berdering kuat. Sudah jam tujuh dan ini saatnya Brenda memulai aktifitasnya. Semalaman ia disibukkan dengan rutinitas kerja yang berat. Menghadapi cowok ambisius seperti Baim membuat pikirannya kacau.Brenda bangkit dari tempat tidurnya menghampiri daun jendela. Ia membuka gorden coklat muda, lalu membuka daun jendela. Udara pagi masuk mengisi ruang kamar. Kemudian Brenda berjalan menghampiri meja kecil dan menuang air putih ke dalam gelas. Tenggorokannya terasa kering karena berdebat dengan Baim.Mata Brenda mengedar ke halaman depan. Ia terbayang lagi dengan wajah Ryan. Wajah itu mulai memenuhi benaknya. Ia membayangkan bagaimana kelanjutan hidup cowok itu. Bagaimana masa depannya.Ponsel Brenda berdering. Ia tersentak, lalu mengambil ponselnya. Dari Baim. ‘Ughh… mau apa lagi sih?’ d
Read more

BAIM, COWOK BRENGSEK

Pusat perbelanjaan itu dipadati pengunjung. Brenda dan Ela berjalan lenggak-lenggok seperti selebritis yang dikerubuti para fans. Sesekali mata Ela melirik ke etalase. Gaun yang dipajang membuat mata Ela mendelik. Tas sandang yang bentuknya elegan dan Highthills keluaran terbaru. Ia terhenti. Tangannya menarik lengan Brenda.“Apaan sih?” Brenda melenguh sambil terhenti.“Tuh…” bibir Ela dimonyongin. Mata Brenda mengikuti bibir Ela yang seperti bibir kuda. Sepatu hak tinggi bermerk.“Bagus ya, Nda...” puji Ela. Mata Brenda beralih ke bandrol yang melekat di sol. Tiga juta rupiah? Behh..“Gila...! Nggak ah…” ujarnya. “Aku lagi kere,”“Duitkan nggak bisa ngomong, Nda...”“A
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status