Home / Romansa / Duka Cita / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Duka Cita: Chapter 51 - Chapter 60

80 Chapters

Duka Cita ~ 51

Sebenarnya, Cita sangat lelah menjalani berbagai tahap pemulihan yang sedang dijalankan saat ini. Dari terapi fisik, okupasi, hingga konseling yang tidak bisa terlewat dari jadwal yang sudah ditentukan. Entah berapa banyak uang yang sudah dirogoh Harry, untuk membiayai semua perawatan yang sudah pasti tidak murah. Belum lagi, kedua orang tua Cita pasti mengeluarkan tenaga, serta pikiran yang sangat ekstra dalam perawatan tersebut.Namun, ketika Cita menatap wajah penuh harap dari semua orang yang menyayanginya, semangat untuk sembuh itu kembali datang, lagi dan lagi. Meskipun terasa sakit dan menyiksa, tetapi Cita harus tetap kuat menjalaninya.“Sayang!” Sandra terburu masuk ke dalam kamar, lalu duduk di samping Cita yang baru saja duduk di kursi roda. Meskipun lamban, tetapi Cita selalu menunjukkan kemajuan. Dari yang hanya bisa berbaring, kini sudah kuat untuk duduk tegak meskipun masih dalam waktu terbatas. “Kamu kenal Nando? Fernando Diaz? Mami seperti pernah dengar, sama pernah l
last updateLast Updated : 2023-10-21
Read more

Duka Cita ~ 52

“Jadi, kapan pulang, Mas?”Nando yang tengah bersantai di ruang tamu kediaman Lukito yang baru, lantas berdecak mendengar pertanyaan Arya. Ia cukup heran, saat melihat Arya bisa bebas keluar masuk rumah Cita dengan santainya. Bahkan, Arya sepertinya sudah menganggap kediaman Lukito, sebagai rumahnya sendiri.Beberapa waktu yang lalu, Harry sedang keluar karena harus membeli beberapa keperluan Cita di supermarket. Sementara Sandra, saat ini sedang menyiapkan makan siang di dapur. Tinggallah Arya, yang menemani Nando di ruang tamu saat ini.“Aku baru nyampe, tapi kamu sudah nanya kapan pulang.” Nando mengerut dahi, melihat Arya duduk pada sofa tunggal lalu bersila. Pria itu, seperti tidak punya sopan santun sama sekali. Belum lagi, tangan kiri Arya membawa sebuah gelas, dan tangan kanannya tengah membawa roti. Arya asyik mengunyah, tanpa memedulikan dirinya ada di mana.“Lagian, Cita kena musibah kapan, lo, ke sininya, kapan.” Arya memasukkan roti yang dibawanya ke dalam gelas sebentar,
last updateLast Updated : 2023-10-21
Read more

Duka Cita ~ 53

“Sebenarnya, kamu ke sini itu mau ngapain, sih, Mas?”Untuk kesekian kalinya, Arya berdecak ketika harus membawa Nando ke rumahnya. Mereka hanya berjalan kaki, karena Arya memang tidak menggunakan kendaraan ketika pergi ke rumah Cita. Gadis itu tengah menjalani fisioterapi, karena itulah Arya mengajak Nando pergi dari sana. Daripada Nando hanya bengong dan duduk seorang diri di ruang tamu, lebih baik pria itu berada di kediaman Arkatama.“Jenguk Cita,” jawab Nando singkat, padat dan jelas.Mulut Arya itu kembali berdecak. Sambil berjalan, ia memperhatikan penampilan Nando, dari ujung rambut hingga kaki. Sangat bersih, rapi, mahal, dan tanpa cela. Tidak jauh berbeda dengan sang Permaisuri dari keluarga Sagara. Selalu sempurna.Bedanya, sifat Nando jauh lebih ramah, daripada perangai Mai yang hampir-hampir mirip dengan Pras.“Cuma jenguk? Nggak ada niatan lain?” selidik Arya terus saja berjalan dengan santai, sambil menenteng laptopnya.“Niatan apa?”“Kamu masih suka Cita?” tembak Arya
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more

Duka Cita ~ 54

“Mas Nando?”Nando menoleh, lalu tersenyum dan menarik kursi yang masih kosong di sebelahnya. “Duduk sini!”Leoni berjalan cepat, tetapi tidak langsung duduk di sebelah pria itu. Ia memegang sisi atas punggung kursi, dan menatap heran. “Ada kerjaan di Surabaya?”“Duduk dulu.” Nando meraih siku Leoni, agar gadis itu duduk di sebelahnya. “Lembur? Jam segini baru pulang?”“Nggak.” Leoni menggeleng, dan sudah duduk menghadap Nando. “Nongkrong bentar sama temen. Mas Nando ke sini ngapain?”“Mau jenguk Cita,” kata Gemi sembari meletakkan satu piring ayam geprek di meja makan. “Panggilin Papa, Le. Sama mas Arya juga.”Gemi tidak menitahkan Leoni memanggil Leon, karena putranya itu tidak akan keluar kamar jika bukan keinginannya sendiri. Sudah sering dinasehati, tetapi Leon selalu beralasan sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah.“Jenguk, Mbak Cita?” Wajah ceria Leoni meredup. Setahu Leoni, pria itu tidak memiliki hubungan keluarga dengan Cita. Namun, mengapa Nando jauh-jauh datang hanya untuk
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more

Duka Cita ~ 55

“Mi, aku rasa Arya itu sudah gila.”Cita menatap Arya, Nando, Lee, serta papanya yang sedang bicara serius di tepi kolam renang, dari kamarnya. Mungkin tidak terlalu serius, karena sesekali Cita melihat keempat orang itu tertawa begitu renyah.Cita jadi penasaran, apa yang sedang keempat pria itu bicarakan di pagi hari nan terik seperti sekarang. Kenapa juga harus berada di kolam renang, bukan di dalam rumah dan bisa memakai pendingin ruangan. Surabaya benar-benar terasa terik, dengan panas yang menjadi-jadi belakangan ini.Sandra lantas tertawa, sambil menatap ke arah pandangan Cita. “Gila kenapa?”“Mami tahu dia ngapain pagi-pagi banget tadi datang ke sini?” Cita bicara tanpa titik koma, dan menatap Sandra sembari menggeleng pelan.“Tahu.”“Mami tahu?” Cita terbelalak tidak percaya.“Habis bicara sama kamu, sebelum pulang, dia ngomong sama Mami, juga papa.”“Ngomong apa?” Cita sampai tidak berani menerka-nerka, perihal perkataan Arya pada orang tuanya.“Dia minta izin untuk … berhub
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more

Duka Cita ~ 56

“Cita—““Aku nggak mau ketemu siapa-siapa, Mi.” Cita memotong ucapan Sandra, yang baru saja masuk ke kamarnya. Setelah menghadapi dua orang pria yang cukup memusingkan, Cita hanya ingin berdiam dan merefleksi diri.Bagi Cita, sungguh tidak masuk akal bila ada pria dewasa yang sangat-sangat normal, masih mau menjalin hubungan dengan wanita sepertinya. Di luar sana, banyak sekali wanita yang jauh lebih sehat, cantik, pintar dan sempurna daripada Cita. Namun, mengapa kedua orang itu justru mendekati dirinya?Arya dan Nando pasti hanya mengasihani Cita, dan tidak berniat serius sama sekali. Keduanya, mungkin hanya ingin memberi semangat, tetapi menurut Cita, bukan seperti itu caranya.“Mungkin, aku masih mau ketemu mas Nando, soalnya dia pasti ke sini lagi untuk pamitan,” lanjut Cita saat melihat Sandra duduk di tempat biasanya. Yakni di samping ranjang Cita. “Kalau Arya, males!”“Kenapa lagi dengan Arya?”“Masa’ dia ngajakin nikah?” Cita menggeleng dengan desisan kesal. “Bener, deh, Mi.
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more

Duka Cita ~ 57

“Papa beneran mau nyulap garasi rumah jadi kantor?”Cita melihat desain interior kantor, yang tertera pada layar tablet yang dipegang Harry. Papanya memperlihatkan dua buah desain rancangan kantor, yang baru saja dikirimkan oleh Awan. Harry meminta Cita memilih, di antara dua buah desain yang nantinya akan digunakan.Harry mengangguk. “Daripada kita nyewa tempat lagi, mending kita pake yang ada dulu, seperti kata mamimu. Kamu juga nggak perlu jalan jauh, misal bosan di kamar, terus mau ikut gabung di kantor.”“Kenapa, Papa setuju-setuju aja waktu pak Lee datang terus nawari kerja sama?”Cita hanya tidak menduga, bila Harry bisa dengan mudah menyetujui semua tawaran Lee, tanpa harus melewati proses yang panjang dan berbelit. Tidak ada proposal resmi, atau pembicaraan lebih lanjut lagi. Cita hanya melihat Lee datang satu kali saat Nando masih berada di Surabaya, dan Harry langsung menyetujui kerja sama tersebut.“Pertama, karena keluarga mereka selama ini sering nolong kita, dan mereka
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more

Duka Cita~58

“Ciyeeh, yang dapat kursi roda baru.”Cita terkikik geli mendengar ledekan Arya. Semakin ke sini, Cita tidak terlalu meratapi nasibnya yang masih saja berada di kursi roda. Cita sudah bisa menerima diri, dengan semua kekurangannya saat ini. Kondisi tubuh yang semakin baik, serta mental yang cukup stabil, membuat Cita mampu mengontrol emosi yang dulunya kerap naik turun.Karena saraf motorik tangan Cita sudah mulai bisa berfungsi dengan normal, Harry pun membelikan sebuah kursi roda elektrik, untuk memudahkannya pergi ke mana pun. Dengan begitu, Cita bisa melatih kemandiriannya, dan bisa menyusuri rumah seorang diri.“Iya, dong.” Cita melihat penampilan Arya dari ujung rambut hingga kaki. “Hari ini, kan, libur. Kenapa ke sini pake kemeja?”Sejak Arya mulai bekerja di garasi rumah yang sudah disulap menjadi kantor, pria itu pasti selalu memakai kemeja jika di hari kerja. Selebihnya, Arya akan kembali ke setelan awal. Yakni dengan kaos oblong, dan celana pendek bila berkunjung ke rumah C
last updateLast Updated : 2023-10-24
Read more

Duka Cita ~ 59

“Cita, bisa nggak, nggak usah cemberut mukanya?”Sejak memasuki restoran, Cita terus saja menekuk wajah. Menunduk diam, dan tidak menoleh ke mana pun. Arya jadi merasa tidak enak hati, dan serba salah dengan sikap gadis itu.Cita mengangkat wajah. Menatap Arya yang berada di sebelahnya. Akhirnya, Cita pergi ke luar rumah dan sudah berada di sebuah restoran bersama Arya. Untuk pertama kalinya setelah kecelakaan itu, Cita berada di tempat umum selain rumah sakit. Ia terpaksa menuruti Arya, daripada pria itu mengoceh terus di sebelahnya tanpa henti.Semua terasa asing, karena banyak hal yang tidak bisa lagi Cita lakukan. Tidak seperti dahulu kala, saat dirinya bisa berjalan bebas dan mencari spot foto yang bisa digunakan untuk mengabadikan di ponselnya.“Mas, aku malu. Mas Arya nggak sadar dari tadi dilihatin orang terus?”“Itu karena aku ganteng,” sanggah Arya mencoba menenangkan hati Cita. Meskipun tidak berada di posisi Cita, tetapi Arya bisa memahami perasaan gadis itu. “Aku sudah bi
last updateLast Updated : 2023-10-24
Read more

Duka Cita ~ 60

“Omsetmu belum stabil.” Setelah membaca laporan omset perusahaan yang dikirim Arya ke email, Lee pun memberi komentar jujur. “Naik turunnya masih jomplang, Ar.”“Kalah nama, Pa,” Satu yang Arya sadari setelah mengelola perusahaannya sendiri, yakni cukup memusingkan. Perusahaannya memang baru berskala kecil, dengan tiga orang karyawan yang kinerjanya harus dimaksimalkan sebisanya.Dahulu, Arya hanya tahu mengerjakan tugas yang sudah menjadi job desk perusahaan, dan menerima gaji tiap bulan. Namun, kali ini tidak seperti demikian. Arya harus mempelajari banyak hal yang tidak pernah ia tahu sebelumnya. Hari-harinya selalu penuh tantangan, dan kejutan yang terkadang bisa membuat mood Arya naik turun tidak menentu.“Kalau kalah nama, tingkatkan kualitas dan coba geser target marketmu.” Lee meletakkan tabletnya di meja, lalu bersandar pada kursi kerjanya. Akhirnya, Arya tahu bagaimana susahnya merintis sebuah perusahaan dari awal. Tidak ada lagi Arya yang terlihat santai seperti dulu, dan h
last updateLast Updated : 2023-10-24
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status