Home / Romansa / Duka Cita / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Duka Cita: Chapter 31 - Chapter 40

80 Chapters

31. Drama?

“Aryaaa.”Entah sudah berapa kali Gemi mengetuk pintu, tetapi putranya tetap tidak mau menghiraukannya. Tidak ada jawaban, dan pintu kamar pun terkunci dari dalam. Hampir semalaman Gemi tidak bisa tidur memikirkan putranya dan Rashi. Andai tertidur pun, tidak lama kemudian Gemi akan terbangun dan kembali menangisi masa lalunya.“Ar, kamu nggak keluar?” Gemi bersandar pasrah pada pintu, lalu tubuhnya merosot dan kembali menitikkan air mata. Andai, Gemi memutuskan untuk tidak melahirkan Arya ….Tidak! Gemi tidak boleh berpikiran seperti itu.Arya merupakan anugerah terindah bagi Gemi, dan ia tidak pernah menyesal karena telah melahirkan putranya ke dunia.“Sarapan dulu, Ar,” lanjut Gemi masih berusaha membujuk Arya keluar dari kamar.“Mama yang harusnya sarapan.” Leon akhirnya keluar kamar, karena tidak tahan mendengar sang mama yang terus saja membujuk kakaknya. “Mas Arya sudah besar. Kalau dia lapar, nanti juga keluar.”Leon berjongkok di hadapan Gemi lalu mengulurkan tangannya. Ia ti
last updateLast Updated : 2023-10-13
Read more

32. Lebih Aman

“Jadi, begitulah ceritanya.”Di satu sisi, Lee akhirnya merasa lega, karena Arya sudah mengetahui semua hal yang terjadi di masa lalu. Namun, di sisi lain, ada mental dan jiwa Arya yang harus diberi perhatian secara khusus. Arya memang sudah sangat dewasa, tetapi hal seperti ini tetap saja akan mengganggu cara berpikir, dan bersikap putranya itu ke depannya.Mau dari mana pun Arya berasal, pria itu sudah Lee anggap seperti anak sendiri. Lee sudah mengenal Arya sejak putranya itu bersemayam di perut Gemi, melihatnya dilahirkan, dan merawat sampai sebesar sekarang. Karena itulah, rasa sayang Lee pada Arya dan anak-anaknya yang lain tidak pernah beda. “Kalau sekarang kamu masih marah, itu wajar,” lanjut Lee yang sejak tadi duduk pada kursi beroda, yang biasa digunakan Arya untuk belajar, sekaligus bekerja. Sementara Arya, duduk bersandar dan bersedekap penuh amarah di sofa. “Tapi, Ar. Kalau kamu selalu melihat sesuatu dari sisi negatifnya, hidupmu—”“Papa nggak ada di posisiku,” putus A
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

33. Pasti Berubah

“Kalau Mama nggak mau makan, ujung-ujungnya nanti masuk rumah sakit.” Leoni menghela memandang bubur yang ada di pangkuan. Dari kemarin, kondisi sang mama sepertinya kurang sehat. Ditambah, Gemi sepertinya tengah memiliki masalah dengan Arya, juga keluarga Gautama.Namun, sekeras apa pun Leoni mencari tahu, tetap saja semua orang bungkam dan tidak ada yang memberinya jawaban sama sekali.“Biarin.” Gemi berbaring miring. Memunggungi Leoni, tetapi di hadapannya sudah ada Lee. “Keluar semua, Mama mau sendiri.”“Le, keluar dulu,” pinta Lee dengan anggukan kecil. “Biar Papa yang nyuapin Mama.”Gemi diam. Tidak berkomentar, lalu menutup mata. Namun, ketika ia mendengar pintu kamarnya terbuka, lalu kembali tertutup, Gemi kembali membuka matanya. Menatap Lee yang masih belum bergeser sedikit pun dari tempatnya.“Mau cari penyakit?” tanya Lee kemudian menyentuh dahi Gemi untuk yang kesekian kalinya. Lee hanya ingin memastikan, suhu tubuh sang istri tetap normal dan tidak demam. “Aku sudah pang
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

Duka Cita ~ 34

“Akhirnya, keluar juga.”Lee menggumam seraya menghampiri Arya, yang baru saja berada di teras depan. Putranya itu sudah terlihat rapi, tetapi bukan dengan pakaian formal. Hampir seminggu sejak kejadian itu, Arya tidak pernah keluar kamar dan berbaur seperti biasanya. Lee tidak heran bila hal tersebut dilakukan oleh Leon, karena putra bontotnya itu memang tidak terlalu banyak bicara. Berbeda dengan Arya, yang sifatnya hampir sama seperti Gemi. Terlalu ramah, dan terlalu baik.“Sudah baca chat di grup Utama, Ar?” tanya Lee berhenti di samping pilar.Arya menggeleng, sambil membenarkan tas selempang kecil, yang terjatuh di depan dada. Wajahnya masih saja kusut, dengan rambut yang tidak tertata rapi dan dibiarkan memanjang menyentuh kerah kaosnya.Lee menghela. “Kemarin, pak Pras sudah berbaik hati karena kamu masih bisa balik ke Metro Surabaya, tapi—”“Pecat aja,” putus Arya sambil melewati Lee, melewati tangga teras. “Bilang sama pak Pras, kalau mau pecat, pecat aja. Nggak usah pake dr
last updateLast Updated : 2023-10-14
Read more

Duka Cita ~ 35

“Mobilmu di masukin aja, Mas,” kata Cita saat menyambut Arya di teras rumah barunya. Sambil memicing, Cita memperhatikan dengan seksama penampilan pria itu. Tetap rapi, tetapi sedikit kurus dengan rambut yang sudah mulai memanjang.Arya berjalan miring, sambil melihat penjaga yang menutup pintu pagar. Bila Arya tidak menghubungi Cita lebih dulu, penjaga yang bertubuh tambun dan lebih besar darinya itu pasti tidak akan mau membukakan pintu pagar. “Aku sudah nggak punya mobil,” jawab Arya saat berhenti di sisi teras, lalu melepas sneakernya. “Di ambil sama papa.”“Kamu buat masalah, ya?” Cita berbalik dan mempersilakan Arya masuk ke dalam rumah. “Makanya mobilmu disita sama pak Lee.”Arya hanya terkekeh sambil terus masuk dan berada di belakang Cita. Ia tetap menjaga jarak, karena tidak ingin membuat Cita merasa tidak nyaman. Begitu kakinya memasuki area ruang tengah, indra penciuman Arya langsung disuguhi aroma yang membuat perutnya berbunyi nyaring hingga membuat Cita spontan berbali
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

Duka Cita ~ 36

“Tante sama sekali nggak keberatan kamu tinggal di rumah kontrakan, tapi coba selesaikan dulu masalahmu sama papamu.”Sandra meletakkan telur balado tepat di tengah meja makan, lalu kembali pergi untuk mengambil sayur yang masih ada di kompor.Cita yang tengah mengaduk susu di depan dispenser, melirik pada Arya. Entah masalah apa yang terjadi pada pria itu, sehingga sampai diusir dan tidak diberi fasilitas sama sekali. Jangan-jangan, Arya tengah bermasalah dengan seorang wanita, hingga membuat malu keluarga. Sama halnya seperti Pandu. Diusir dari rumah, dan David mencabut semua fasilitas untuk putranya itu.Mungkinkah … kekasih Arya yang kini berada di Jakarta tengah hamil?“Jangan melarikan diri,” tambah Sandra sembari menuang sayur oseng dari wajan ke piring. “Daripada kamu luntang lantung begini? Sampai nggak punya kerjaan.”“Kalau begitu, ayo kita bikin usaha, Tan.” Arya berusaha menghibur diri, dan masih enggan menanggapi masalah yang terjadi dalam keluarganya. “Tante, kan, jago
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

Duka Cita ~ 37

“Mi …” Cita berhenti di samping Sandra, yang tengah memasukkan apel merah ke dalam kantung plastik satu per satu. Selesai terapi, Sandra mengajak Cita mampir ke sebuah supermarket untuk membeli beberapa buah-buahan yang stoknya sudah menipis. Namun, entah mengapa perasaan Cita tidak pernah merasa tenang setelah mereka memasuki supermarket tersebut. “Aku jadi parno sendiri. Perasaanku nggak enak.”“Ada Mami di sini,” ujar Sandra tersenyum sejenak saat melihat Cita. Jangankan Cita, Sandra sendiri saja semakin tidak tenang saat mendengar penuturan Arya tadi pagi. Akan tetapi, ia tidak boleh menunjukkan rasa cemasnya tersebut di depan Cita.Di samping itu, sebenarnya Sandra ingin mereka menjalani hidup dengan normal seperti dahulu kala. Bisa pergi ke mana saja, tanpa harus mengkhawatirkan sesuatu apa pun.Andai Pandu juga berada di kota yang sama, pria itu tidak mungkin berani muncul di tempat umum seperti sekarang. Belum lagi, Sandra dan Cita juga sudah memiliki sopir pribadi, dan tidak
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

Duka Cita ~ 38

Saat melihat Sandra keluar dari supermarket sembari mendorong trolly, Jeki segera berdiri dari tempat tongkrongannya untuk menghampiri wanita itu. “Biar saya yang dorong, Bu.”“Cita di mobil?” tanya Sandra masih belum menyerahkan trollynya pada Jeki.“Iya, Bu, lagi tidur.”“Parkirnya jauh nggak, Pak?” Tahu begini, Sandra akan menelepon Jeki lebih dulu agar bisa menjemputnya langsung di drop off lobi, dan tidak pergi ke parkiran. Kaki Sandra juga terlalu lelah, bila harus berjalan menghampiri mobil yang entah diparkir di mana oleh Jeki. “Kalau jauh, saya tunggu di sini aja, deh, Pak. Kaki saya sudah pegel-pegel.”“Oh, nggeh, Bu. Biar saya ambil mobilnya dulu.”Jeki segera berlari kecil, setelah Sandra memberi anggukan. Namun, ia berhenti dan kebingungan saat tidak melihat mobil yang dibawanya berada di tempat. Jeki berdiri mematung. Kesepuluh jemarinya saling tertaut di atas kepala, dan mengumpat. Jantungnya pun mulai berdebar kencang, karena Cita sedang berada di dalam mobil tersebut.
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

Duka Cita ~ 39

Tenang.Sandra berusaha sebisa mungkin untuk menenangkan diri, walaupun rasa gemetar itu masih membalut seluruh raganya. Sejak mengetahui mobil yang dibawa Jeki ternyata sudah keluar dari area parkir dengan mudahnya, di situlah Sandra harus menguatkan diri sendiri.Sandra meminta siapa pun yang ada di sana untuk mengantarkannya ke kantor polisi, untuk membuat laporan malam itu juga.Baik Sandra maupun Jeki, sudah menelepon David untuk mengabarkan hilangnya Cita, berikut dengan mobil yang awalnya ada di parkiran.“Ibu sudah bisa pulang dan sila—”Sandra reflek menggebrak meja, karena perkataan seorang aparat berwenang yang menyuruhnya untuk kembali pulang. “Anak saya ini diculik, Pak! Gimana saya bisa pulang!”“Begini Ibu, kami sudah terima laporan dan akan segera kami proses secepatnya. Dan—”“Mas, nyawa anak saya ada di ujung tanduk.” Sandra berdiri dengan segera, tetapi tidak tahu menahu harus melakukan apa. “Dia itu dibawa pergi sama mantan suami yang … sudah gila itu! Dasar psikop
last updateLast Updated : 2023-10-16
Read more

Duka Cita ~ 40

“Pulanglah, Ar,” ujar Sandra dengan mata sembab, dan wajah sayunya. “Tante nggak enak sama mamamu, kalau kamu masih di sini nemani Tante.” “Gampang, Tan.” Tidak mungkin Arya tega meninggalkan Sandra seorang diri. Apalagi, wanita itu tidak memiliki saudara sama sekali di Surabaya. “Mama juga masih dirawat, nanti aku bisa numpang tidur di kamarnya.” Sandra kembali tertunduk dan terisak. Melihat bagaimana kondisi putrinya, membuat Sandra semakin merasa bersalah saja. Andai Sandra tidak ceroboh, kejadian seperti ini tidak akan mungkin terjadi pada putrinya. Sandra sungguh-sungguh bodoh. Putri yang sudah ia kandung, dan besarkan dengan sepenuh hati, ternyata memiliki kehidupan yang terlampau pahit. Tidak cukupkah Tuhan menghukumnya dengan hidup menderita bersama Harry selama ini? Mengapa Cita harus juga menerima semua ujian tersebut, padahal putrinya itu termasuk anak yang sangat baik. “Kalau Tante tadi malam nemani Cita … pasti bayinya …” Sandra tergugu. Tidak sanggup melanjutkan ucap
last updateLast Updated : 2023-10-17
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status