Beranda / Romansa / Duka Cita / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Duka Cita: Bab 11 - Bab 20

80 Bab

11. Mencari Alasan

“Per … misi.” Cita menyapa ragu pada seorang wanita paruh baya, yang tengah berjongkok di samping keran, yang berada di sudut carport. Detik itu pula, wanita itu menoleh dan mengerutkan dahinya saat menatap Cita.“Ada apa, ya?”“Maaf, Bu, saya barusan ngetok-ngetok rumah sebelah.” Cita menunjuk rumah yang ada di samping kirinya. “Saya juga sudah pencet belnya, tapi nggak ada yang keluar.”“Ahhh … Mbak yang mau ngekos, ya?”“I-ya.” Sejak kejadian malam itu, rasa percaya diri Cita seolah terkikis sedikit demi sedikit. Ia tidak lagi bisa memandang setiap orang dengan tegas, dan selalu saja overthinking akan banyak hal. “Ibu Asri?” tebak Cita, karena satu-satunya orang yang dihubungi setelah menemukan iklan kos-kosan, adalah wanita itu.“Iya.” Asri segera berdiri dan menghampiri Cita dengan tawa kecilnya. Ia mengulurkan tangan dengan ramah lebih dulu, untuk memperkenalkan diri. “Saya Asri, anak kos biasa manggil Bunda Asri. Ayo, ayo, masuk dulu.”Tanpa menunggu Cita meresponsnya, Asri lan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-07
Baca selengkapnya

12. Sebuah Ide

Arya mendesah panjang. Melihat jendela kamar yang ditempati Cita, dari carport rumah sebelah. Siang tadi, gadis itu tetap tidak bercerita apa pun pada Arya, walau ia sempat sedikit memberi ancaman. Namun, Cita tetap mengatakan dirinya baik-baik saja.Yang semakin mengganjal di hati Arya adalah, ia baru tahu Cita ternyata sudah mengundurkan diri dari Metro sekitar satu minggu yang lalu.Apa yang telah terjadi sebenarnya?Pergi ke mana orang tua dan suami gadis itu saat ini?Atau, jangan-jangan Cita sedang melarikan diri? Akan tetapi, benar-benar terasa tanggung jika melarikan diri masih di wilayah ibukota.Arya berdecak kecil. Berdiam sebentar saat ponselnya berdering, sambil memandang nama yang tertera di layar. Jika diangkat, pria itu pasti akan menyuruh Arya kembali tidur di rumahnya. Sementara Arya sendiri, ingin menginap di rumah Asri, karena merasa penasaran dengan Cita.Sampai akhirnya, Arya membiarkan ponselnya berdering, dan mati-mati sendiri. Arya menunggu sekitar lima menit,
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-07
Baca selengkapnya

13. Berubah Pikiran

“Ada, Cit! Hari ini, jadwal periksa jam 10 pagi dengan dokter Aina.”“Atas nama Laura Riani, kan?”Karena dua buah info yang masuk ke aplikasi chatnya itulah, Cita segera memesan taksi dan pergi ke rumah sakit. Tempat yang sama, di mana Cita pernah bertemu dengan Laura untuk pertama kalinya.Bagi Cita, tidaklah sulit untuk mencari informasi apa pun. Rekan sesama profesinya banyak tersebar di mana-mana. Cita hanya menyediakan sejumlah uang, agar bisa melancarkan semua rencananya.Lantas, sampai jugalah Cita pada tempat yang dituju. Masuk ke rumah sakit dengan santai, dan melihat deretan ruang dokter yang ada.“Dokter … Aina,” gumam Cita, lalu melihat kursi tunggu yang ada di depan ruang dokter tersebut. Cita memindai dengan teliti setiap orang yang duduk di sana.Laura belum datang. Masih dengan hoodie yang menutup kepala, Cita menghampiri kursi tunggu. Memilih tempat paling sudut belakang, agar bisa melihat semua orang yang datang.Dalam diam, Cita menunduk dan menyentuh pelan perutn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-08
Baca selengkapnya

14. Sosok Wanita yang ...

Sebenarnya, Arya merasa bodoh sendiri. Mengikuti Cita sampai sejauh ini, tetapi tidak membawa dompet ataupun ponsel. Ia seorang pria, tetapi masuk ke dalam rumah sakit ibu dan anak seorang diri. Duduk pada kursi tunggu di depan ruang dokter yang berbeda, sambil mengawasi Cita.Apa gadis itu hamil, sehingga harus pergi ke dokter kandungan? Ya, Cita pasti hamil!Namun, mengapa tidak memeriksakan diri di rumah sakit terdekat? Cita justru pergi ke rumah sakit yang letaknya begitu jauh, hingga membuat punggung, tangan, dan kaki Arya pegal karena tidak terbiasa naik moge.Akan tetapi, di antara banyak pikiran yang terlintas di kepala Arya, akhirnya ia menemukan sebuah titik terang. Ia melihat Cita berdiri, lalu menghampiri sepasang suami istri yang baru saja datang. Pandu sampai harus memicing, dan berkedip berkali-kali.“Pandu? Atmawijaya?” Arya bergumam sendiri, ketika baru menyadari sosok pria itu. Setelah berkenalan dengan Cita tempo hari, Arya iseng mencari nama Cita di website pencari
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-08
Baca selengkapnya

15. Jangan Tinggalin Aku

“Citaaa, ya ampun, Cita.” Cita menarik napas tegang. Bangkit perlahan, dan meremas erat selimut yang menutupi tubuhnya. “Ma-mama, di … sini.”Pandu!Pasti pria itu yang menghubungi Tessa, sampai mama mertuanya ada di sini. Jangan sampai wanita itu kembali membawa Cita pulang, karena ia benar-benar bisa gila dibuatnya. Arya spontan berdiri, karena melihat wanita yang lebih tua darinya menghampiri. Arya yakin wanita itu dalah ibu Pandu, karena Arya juga pernah melihat fotonya. Perhatiannya lantas terfokus pada Cita. Wajah gadis itu terlihat tegang, dengan kedua tangan yang mengepal erat. Seolah ketakutan, tetapi intensitasnya tidak seperti ketika disentuh oleh Arya, maupun Pandu.Mengapa Arya curiga, wanita itu tahu semua tentang perbuatan putranya pada Cita. Semoga saja, dugaan Arya salah. Karena bila benar, maka Cita benar-benar ada dalam masalah yang kompleks. Tessa menghampiri Cita dengan cepat, lalu membawa gadis itu ke pelukan. Air matanya menitik begitu saja, dan mulai terisak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-08
Baca selengkapnya

16. Masih Saudara

Tessa mempercepat langkahnya, saat melihat tirai yang menutup ranjang pasien yang ditempati Cita terbuka, hampir separuhnya. Saat tiba di tempat, napas Tessa terbuang frustrasi. Seharusnya, ia tidak meninggalkan menantunya itu seorang diri. Seharusnya, Tessa membawa Erina atau orang lain bersamanya. Paling tidak, Tessa membawa masuk sopir pribadinya untuk mengawasi Cita.Tessa yakin sekali Cita kembali pergi, karena tas ransel gadis itu juga ikut menghilang dari tempatnya.“Sus!” Tessa menoleh ke sekitar, tetapi tidak ada satu pun perawat yang sedang berada di sana. Lantas, Tessa menghampiri ranjang pasien yang letakkan berdekatan dengan pintu, karena ada seseorang juga yang tengah dirawat di sana.“Maaf, apa ada lihat anak saya pergi dari sini, ya?” tanya Tessa setelah membuka sedikit tirainya. Semua kemungkinan bisa saja terjadi, karena itu Tessa harus bertanya lebih dahulu. “Perempuan, pakai ransel pink, sama jaket warna merah? Ada topinya?”“Maaf, Bu. Saya nggak tahu.”Tessa mengh
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-09
Baca selengkapnya

17. Tuhan yang Balas

Kerutan di dahi Lex semakin bertambah saat melihat Arya dan Cita duduk di ruang tamu. Namun, yang menjadi konsentrasi Lex adalah Cita. Mengapa penampilan gadis itu mendadak berubah drastis?Sejak Kasih mulai sibuk bekerja, Cita memang sudah tidak pernah lagi bertandang ke rumah Lex. Mungkin, karena tidak ada yang mengajak Cita main ke rumah, karena itulah gadis itu tidak lagi menginjakkan kaki di kediaman Anggoro.Bahkan, Lex hanya berdiam diri menatap Cita, saat gadis itu menyalaminya dengan sangat sopan.“Om, pinjam hape!” seru Arya memecah keterdiaman Lex. Ia baru ingat, harus menghubungi seseorang sesegera mungkin. “Hapeku, dari pagi ketinggalan di rumah bunda Asri.”“Duduk,” titah Lex menunjuk sofa dengan dagunya. Entah apa yang terjadi pada Arya dan Cita saat ini. Yang jelas, pria itu harus mempertanggungjawabkan semua hal pada Pras malam nanti. “Datang ke rumah pak Pras jam tujuh nanti malam. Jangan sampai terlambat.”“Pak Pras … marah?” Dari wajah Lex saja, Arya tahu pertanyaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-09
Baca selengkapnya

18. Mami ...

Alih-alih membicarakannya dengan Abi secara empat mata, Lex justru memiliki ide lain. Semua itu Lex lakukan, agar permasalahan bisa selesai secepatnya. Bila memang tidak bisa membawa ke jalur hukum, maka Lex akan menyelesaikan dengan caranya sendiri. Namun, semuanya tergantung dengan respons semua orang yang diundangnya pada malam itu.Lex memutuskan menyewa sebuah ruang private di sebuah restoran, dan mengundang orang tua dari kedua belah pihak tanpa saling mengetahui. Tentu saja Lex ikut mengundang Abi, kuasa hukum keluarga Atmawijaya agar semua pembahasan bisa tuntas sekaligus.Semua mata, jelas saling pandang dengan terkejut. Terlebih Sandra, yang malam itu datang terpisah dengan Harry.“Mas … Harry?” Sandra berjalan pelan memasuki ruangan private tersebut. Bukankah, Cita yang mengajaknya bertemu di restoran karena ingin makan malam bersama Sandra? Namun, mengapa Harry dan kedua besannya juga ada di ruangan tersebut. Yang paling mengejutkan adalah, Sandra melihat Lex dan Abi yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-09
Baca selengkapnya

19. Menebus Banyak Dosa

Ibu mana yang tidak tersayat hatinya, bila melihat putri yang ia besarkan dengan segenap jiwa, ternyata hidup menderita di luar sana. Sandra akui, ia bukanlah seorang wanita yang baik. Namun, sebagai seorang ibu, Sandra berusaha mendidik putrinya untuk selalu berada di jalur yang benar.Dengan membuang semua harga dirinya di depan keluarga Lukito, Sandra berusaha keras memenuhi semua kebutuhan Cita, sedari gadis itu kecil. Memberi pendidikan, lingkungan, dan pergaulan yang terbaik, karena Sandra tidak ingin Cita menjadi seperti dirinya dahulu kala. Yang menghalalkan segala cara, untuk mendapatkan apa yang Sandra inginkan.Akan tetapi, Sandra merasa semua perjuangannya sia-sia belaka. Satu-satunya putri yang sudah ia jaga selama ini, akhirnya hancur di tangan keluarga yang sangat Sandra percaya. Andai Tuhan hendak menjatuhkan karmaNya, mengapa tidak Sandra saja yang mendapatkannya. Kenapa harus Cita?“Besok …” Sambil terus mengusap punggung Cita di pelukan, Sandra berujar, “Mami sendir
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-10
Baca selengkapnya

20. Dan ... Bahagia

“Cita, mobilmu ada di mana?” Setelah mengambil semua barang-barang pentingnya di rumah Harry, Sandra kembali ke kosan putrinya. Sandra mendata semua aset dan investasi yang dimilikinya selama ini. Menghitungnya dengan detail, agar bisa merancang masa depan yang masih berada di angan-angan.Cita menoleh dengan bibirnya yang mengerucut. Menarik kedua tangan dari keyboard laptop, lalu memutar tubuh. Menatap Sandra yang duduk di tempat tidur dan bersandar pada dinding. Sang mami tengah memegang sebuah pulpen dan buku catatan milik Cita. “Masih … di rumah Pandu.”Sandra berdecak, dan meletakkan pulpennya di atas buku. “Biar Mami ambil ke sana sore ini.”“Mami mau ke rumah Pandu?” Cita beranjak menghampiri Sandra, duduk di tepi ranjang. Ia ikut prihatin dengan keadaan sang mami, yang terpaksa harus tinggal di kosan sempit milik Cita. Ia berharap Arya segera memberi kabar, sehingga mereka bisa berangkat ke Surabaya secepatnya. Meninggalkan Jakarta, dan mengubur semua masa lalu dalam-dalam.S
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status