Beranda / Romansa / Duka Cita / Duka Cita ~ 57

Share

Duka Cita ~ 57

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-23 11:46:10

“Papa beneran mau nyulap garasi rumah jadi kantor?”

Cita melihat desain interior kantor, yang tertera pada layar tablet yang dipegang Harry. Papanya memperlihatkan dua buah desain rancangan kantor, yang baru saja dikirimkan oleh Awan. Harry meminta Cita memilih, di antara dua buah desain yang nantinya akan digunakan.

Harry mengangguk. “Daripada kita nyewa tempat lagi, mending kita pake yang ada dulu, seperti kata mamimu. Kamu juga nggak perlu jalan jauh, misal bosan di kamar, terus mau ikut gabung di kantor.”

“Kenapa, Papa setuju-setuju aja waktu pak Lee datang terus nawari kerja sama?”

Cita hanya tidak menduga, bila Harry bisa dengan mudah menyetujui semua tawaran Lee, tanpa harus melewati proses yang panjang dan berbelit. Tidak ada proposal resmi, atau pembicaraan lebih lanjut lagi. Cita hanya melihat Lee datang satu kali saat Nando masih berada di Surabaya, dan Harry langsung menyetujui kerja sama tersebut.

“Pertama, karena keluarga mereka selama ini sering nolong kita, dan mereka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
dibikin ngakak terus sama Arya setelah sebelumnya dibikin nangis terus sama Cita
goodnovel comment avatar
herka ratri
sabar mas Arya..yang penting dek cita udah oke
goodnovel comment avatar
Erni Erniati
Mas Arya ngebeeeeet banget sih. tapi aku syuuukaaaa...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Duka Cita   Duka Cita~58

    “Ciyeeh, yang dapat kursi roda baru.”Cita terkikik geli mendengar ledekan Arya. Semakin ke sini, Cita tidak terlalu meratapi nasibnya yang masih saja berada di kursi roda. Cita sudah bisa menerima diri, dengan semua kekurangannya saat ini. Kondisi tubuh yang semakin baik, serta mental yang cukup stabil, membuat Cita mampu mengontrol emosi yang dulunya kerap naik turun.Karena saraf motorik tangan Cita sudah mulai bisa berfungsi dengan normal, Harry pun membelikan sebuah kursi roda elektrik, untuk memudahkannya pergi ke mana pun. Dengan begitu, Cita bisa melatih kemandiriannya, dan bisa menyusuri rumah seorang diri.“Iya, dong.” Cita melihat penampilan Arya dari ujung rambut hingga kaki. “Hari ini, kan, libur. Kenapa ke sini pake kemeja?”Sejak Arya mulai bekerja di garasi rumah yang sudah disulap menjadi kantor, pria itu pasti selalu memakai kemeja jika di hari kerja. Selebihnya, Arya akan kembali ke setelan awal. Yakni dengan kaos oblong, dan celana pendek bila berkunjung ke rumah C

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Duka Cita   Duka Cita ~ 59

    “Cita, bisa nggak, nggak usah cemberut mukanya?”Sejak memasuki restoran, Cita terus saja menekuk wajah. Menunduk diam, dan tidak menoleh ke mana pun. Arya jadi merasa tidak enak hati, dan serba salah dengan sikap gadis itu.Cita mengangkat wajah. Menatap Arya yang berada di sebelahnya. Akhirnya, Cita pergi ke luar rumah dan sudah berada di sebuah restoran bersama Arya. Untuk pertama kalinya setelah kecelakaan itu, Cita berada di tempat umum selain rumah sakit. Ia terpaksa menuruti Arya, daripada pria itu mengoceh terus di sebelahnya tanpa henti.Semua terasa asing, karena banyak hal yang tidak bisa lagi Cita lakukan. Tidak seperti dahulu kala, saat dirinya bisa berjalan bebas dan mencari spot foto yang bisa digunakan untuk mengabadikan di ponselnya.“Mas, aku malu. Mas Arya nggak sadar dari tadi dilihatin orang terus?”“Itu karena aku ganteng,” sanggah Arya mencoba menenangkan hati Cita. Meskipun tidak berada di posisi Cita, tetapi Arya bisa memahami perasaan gadis itu. “Aku sudah bi

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Duka Cita   Duka Cita ~ 60

    “Omsetmu belum stabil.” Setelah membaca laporan omset perusahaan yang dikirim Arya ke email, Lee pun memberi komentar jujur. “Naik turunnya masih jomplang, Ar.”“Kalah nama, Pa,” Satu yang Arya sadari setelah mengelola perusahaannya sendiri, yakni cukup memusingkan. Perusahaannya memang baru berskala kecil, dengan tiga orang karyawan yang kinerjanya harus dimaksimalkan sebisanya.Dahulu, Arya hanya tahu mengerjakan tugas yang sudah menjadi job desk perusahaan, dan menerima gaji tiap bulan. Namun, kali ini tidak seperti demikian. Arya harus mempelajari banyak hal yang tidak pernah ia tahu sebelumnya. Hari-harinya selalu penuh tantangan, dan kejutan yang terkadang bisa membuat mood Arya naik turun tidak menentu.“Kalau kalah nama, tingkatkan kualitas dan coba geser target marketmu.” Lee meletakkan tabletnya di meja, lalu bersandar pada kursi kerjanya. Akhirnya, Arya tahu bagaimana susahnya merintis sebuah perusahaan dari awal. Tidak ada lagi Arya yang terlihat santai seperti dulu, dan h

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Duka Cita   Duka Cita ~ 61

    “Ini masih pagi, belum juga sarapan tapi sudah rapi.” Gemi meletakkan selang yang ia gunakan untuk menyiram tanaman, kemudian menghampiri keran air dan mematikannya. Ia menghela kecil, dan tidak beranjak ke mana pun karena Arya saat ini tengah menghampirinya. “Mau pergi ke mana?”“Ke rumah Cita.”“Sepagi ini? Ada kerjaan urgen? Nggak sarapan dulu?” cecar Gemi tidak menyambut uluran tangan Arya yang hendak berpamitan. Lee sudah memberitahu mengenai perkembangan perusahaan yang dirintis Arya, juga tentang masalah Aries. Bahkan, Lee juga memberitahu mengenai ancaman yang diberikannya pada Arya.“Aku mau ngobrol sama Cita.” Karena Gemi tidak kunjung menyambut tangannya, maka Arya menghabiskan sedikit jaraknya lagi dan meraih tangan sang mama lalu mencium punggung tangannya.“Tapi Mama mau ngobrol dulu sama kamu.” Gemi menahan tangan Arya dengan erat dan tidak melepasnya.“Pulang kantor aj—““Sekarang.” Gemi menarik tangan Arya menuju kursi besi yang ada di pojok taman. Mendudukkan putrany

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Duka Cita   Duka Cita ~ 62

    “Ni-nikah?”Cita sampai tergagap ketika Sandra mengajaknya bicara serius pagi itu. Tidak hanya Sandra, tetapi ada sang papa, dan juga Arya yang juga sedang menunggu jawaban darinya.“I-ini, serius?” sambung Cita dengan tarikan napas yang mulai tidak teratur, dan detak jantung yang mendadak berdebar sangat kencang. “Ki-kita, kan … mau ke Singapur, Mi? Jadi, ke-kenapa mendadak ni—kah?”“Justru karena kita mau ke Singapur, Arya mau ngelamar dan nikahin kamu,” terang Sandra sudah lebih dulu bicara empat mata dengan Arya. Setelah mereka selesai, barulah Sandra bicara dengan Harry mengenai perihal yang disampaikan pria itu. “Tapi, Mami dan papa serahin semua keputusan sama kamu. Kami nggak akan maksa, karena kamu yang menikah, dan kamu juga yang menjalani. Tapi, Mami harus tanya ini sekarang, karena kita bisa berangkat ke Singapur sewaktu-waktu.”“Papaaa?” Cita merengek pada Harry. Satu hal langka, yang hampir-hampir tidak pernah Cita lakukan seumur hidupnya. Ia menatap tanya, dan meminta H

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Duka Cita   Duka Cita ~ 63

    Tidak perlu menunggu hingga dua minggu. Begitu Lee menghubungi dan meminta Aries datang ke Surabaya, keesokan paginya pria itu langsung terbang dengan pesawat pertama. Bagaimana tidak, bila rasa rindu dengan putranya sudah sangat tidak tertahankan. Belum lagi, saat Lee mengatakan Arya akan menikah. Karena itulah, pria itu tidak lagi menunda keberangkatannya untuk bertemu putranya.“Jadi, ke mana Arya?” Sudah lima menit Aries berada di ruang tamu kediaman Arkatama, tetapi hanya Lee dan Gemi yang menemuinya. Sementara Arya, tidak memunculkan batang hidungnya sama sekali.“Arya sudah berangkat kerja pagi-pagi.” Gemi berdecak, mengingat permintaan putranya yang sungguh di luar dugaan. Padahal, mereka baru membicarakan semua hal terkait pernikahan dengan serius kemarin pagi. Namun siang harinya, Arya pulang saat jam istirahat dan menyampaikan keinginannya untuk menikahi Cita.“Ah, ya! Di blok sebelah.” Aries juga sudah tahu hal tersebut dari cerita Lee. Arya tengah merintis usaha digital m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Duka Cita   Duka Cita ~ 64

    Tadinya, Arya meminta Gemi dan Lee juga ikut dalam pertemuannya dengan Aries. Namun, kedua orang itu menolak dengan alasan, Arya dan Aries harus bicara empat mata untuk menyelesaikan semuanya. Baik Gemi maupun Lee, tidak mau ikut campur agar Aries tidak berpikiran macam-macam tentang mereka.“Apa kabar, Ar?”Melihat wajah malas putranya, Aries akhirnya mengalah dan lebih dulu menyapa Arya. Aries tahu, perbuatannya dahulu kala tidak bisa dibenarkan. Namun, selama ini Aries telah berusaha menebus semua kesalahannya.“Baik.”Arya benar-benar merasa canggung. Keakraban yang dulu sempat terjalin, mendadak menjadi asing karena satu fakta yang sudah terungkap. Andai Arya tidak menjalin kasih dengan Rashi, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Sampai kapan pun, Arya mungkin tidak akan tahu bila Aries adalah ayah kandungnya.Jika dilihat dari wajah, Arya juga tidak terlalu mirip dengan Aries. Wajahnya lebih condong menyerupai Gemi yang manis, dan tidak keras seperti Aries. Namun, jika hendak m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Duka Cita   Duka Cita ~ 65

    Bagi Cita, sosok pria yang baru saja sah menjadi suaminya, merupakan pria yang sangat menyenangkan. Arya adalah pria yang humble, ceria, nekat, dan agak “gila”. Jika tidak gila, mana mungkin pria normal seperti Arya mau menikah dengan gadis seperti Cita.Cinta ….Cita tidak bisa berkomentar untuk satu kata itu. Ia bahkan tidak mengerti dengan arti kata cinta tersebut. Cita menyukai Arya, tetapi ia bisa menjamin, rasa suka itu belum bisa dikatakan sebagai cinta. Meskipun belum ada cinta, tetapi akhirnya Cita tetap saja menikah dengan Arya. Sepertinya, Cita juga mulai ikut-ikutan “gila”.“Ini … ayahku.” Meskipun masih terasa berat untuk mengakui Aries sebagai ayah kandungnya, tetapi Arya sudah tidak memiliki pilihan lain.Setelah semua prosesi sakral yang sederhana itu selesai digelar, Arya segera memperkenalkan Cita pada Aries. Sebelumnya, Arya juga sudah memperkenalkan Aries pada Sandra dan Harry lebih dulu. Namun, pada saat Aries berkunjung ke kediaman Lukito siang hari tadi, Cita s

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26

Bab terbaru

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 80 (FIN)

    “Cita … nggak ikut, Mi?” Sandra yang baru saja duduk, segera memberi gelengan untuk menjawab pertanyaan Arya tanpa senyuman. Sandra hanya sempat bersikap ramah pada Lee dan Gemi, yang kini duduk melingkar pada satu meja yang sama dengannya. “Cita harus istirahat.” “Pak Lee, maaf kalau harus merepotkan dan meminta Bapak datang ke Singapur dengan segera.” Tidak ingin berbasa basi, Harry pun segera mengutarakan maksud diadakannya pertemuan keluarga malam ini. “Untuk masalah anak kita, Bapak mungkin sudah tahu kronologinya dari bu Gemi. Dan kenapa saya minta Bapak datang, itu karena saya mau cabut semua investasi saya dari Arka Lukito. Bukan cuma itu, tapi saya mau menarik lisensi nama Lukito dari perusahaan tersebut. Untuk mekanismenya, nanti akan ditangani langsung sama Kasih. Dan setelah semua selesai, Lukito Grup sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan perusahaan yang dipimpin Arya.” “Pa—” Lee segera mengangkat tangan ke arah Arya. Meminta putranya tidak bersuara, agar permasa

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 79

    “Dia? Dia siapa?” Mendengar suara Sandra yang mendadak terdengar di balkon, membuat Arya dan Cita spontan menoleh dengan mata yang terbelalak. Karena terlalu sibuk berdebat, Arya dan Cita sampai-sampai melupakan hal lain di sekitarnya. “Cita, nama “dia” siapa yang sering kamu lihat nelpon Arya?” buru Sandra segera menghabiskan jarak, dan tetap fokus pada putrinya. “Apa Arya selingkuh? Iya? Jadi karena itu kamu minta pisah? Begitu, kan? Arya punya perempuan lain di luar sana? Begitu?” Jika benar Arya berselingkuh, orang yang paling terpukul dengan kabar tersebut adalah Sandra sendiri. Dulu, Sandra adalah wanita selingkuhan Harry, dan sekarang? Putrinya justru diselingkuhi oleh suaminya sendiri. Karma apa lagi yang menimpa Sandra kali ini? Tidak cukupkah, Tuhan menghukum Sandra dengan membuat Cita terpuruk dengan kondisinya? Sampai-sampai, harus memberi cobaan tambahan seperti sekarang? Bertahun-tahun Sandra hidup seperti di neraka bersama Harry, tetapi, itu pun belum sanggup menebu

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 78

    “Cita, semua nggak seperti yang kamu bayangkan.” Arya segera beranjak menghampiri Cita, lalu berlutut untuk menyamakan tubuhnya. “Aku … aku memang sibuk, aku capek, aku … ya! Aku jenuh dengan semua ini. Bolak balik Surabaya Singapur, Surabaya Jakarta, Jakarta Singapur, itu semua bikin aku muak.” Satu sudut bibir Cita tertarik tipis. “Semua yang kamu dapat sekarang, semua yang kamu jalani sekarang, itu semua adalah kemauanmu sendiri. Kamu bisa sukses dan berdiri seperti sekarang, itu semua juga hasil dari doa-doa orang yang sayang sama kamu, Mas. Kalau sekarang kamu mengeluh, itu artinya kamu nggak pernah bersyukur, karena di luar sana, banyak orang yang ingin ada di posisimu.” “Aku tahu itu, aku tahu, tap—“ “Sebenarnya, bukan itu inti dari pembicaraan kita malam ini, Mas.” Cita memundurkan kursi rodanya, ketika kedua tangan Arya hendak menyentuhnya. “Jadi nggak perlu melebar ke mana-mana. Aku tahu kamu capek, jenuh, dan … muak dengan semua ini. Aku juga tahu, kalau kamu sudah punya

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 77

    “Sayang …” Sandra mengusap lembut puncak kepala Cita yang hanya duduk di tempat tidur, dan enggan keluar dari kamar. “Sarapan dulu, kita harus ke rumah sakit hari ini.”“Aku nggak mau terapi.” Cita menunduk, dan melanjutkan membaca bukunya. Kali ini, sudah tidak ada lagi yang bisa memengaruhi keputusannya. Cita ingin berpisah dari Arya, dan ingin melanjutkan hidupnya hanya seorang diri.“Cita, papa sudah telpon Arya tadi malam, dan—““Percuma,” putus Cita datar, lalu menutup bukunya. “Aku sudah nggak mau jadi beban mas Arya, atau siapa pun. Kalau Mami mau aku lanjut terapi, tolong ada di pihakku, dan ngerti dengan keadaanku.”“Mami selalu ada di pihakmu, Cit,” ucap Sandra meyakinkan. Di satu sisi, Sandra sangat mengerti dengan perasaan dan kondisi Cita saat ini. Namun di sisi lain, Sandra tidak ingin pernikahan putrinya berakhir, hanya karena kurangnya komunikasi antara keduanya.Sebenarnya, Cita masih bisa membicarakan masalahnya dengan Arya, dan mencari solusi yang terbaik untuk hub

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 76

    “Pindah?” Sandra sontak berdiri, lalu menarik kursi besi yang sempat didudukinya ke arah Cita, yang duduk di samping pagar. “Maksudnya?”“Aku mau menyendiri, Mi.” Cita sudah memikirkan semuanya dengan matang. Hubungannya dengan Arya belakangan ini semakin berjarak, dan Cita melihat tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari semuanya.Sejak pembicaraan mereka terakhir kali, Arya tidak lagi datang ke Singapura satu bulan belakangan ini. Intensitas obrolan mereka melalui telepon pun, juga bisa dihitung dengan jari. Mereka hanya bicara dan bertukar kabar seperlunya, tanpa ada gurauan, rayuan, atau obrolan hangat seperti dahulu kala.Semuanya hambar.“Menyendiri?” Sandra menghadapkan kursinya pada Cita, lalu duduk di samping putrinya. “Sayang, Mami masih nggak ngerti. Kenapa? Apa ada hubungannya dengan Arya?”Cita membuang napas panjang, dan masih memandang teluk Marina yang terlihat begitu tenang. “Pernikahanku sama mas Arya, kayaknya sudah nggak bisa lagi diteruskan. Ak—““Cita, kenapa bic

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 75

    Sibuk. Ketika perusahaan yang dipegang Arya semakin berkembang, ia merasakan waktu yang dimiliki untuk diri sendiri semakin sedikit. Dulu, Arya masih bisa pergi ke Negeri Singa di hari jumat malam, dan akan kembali pada senin paginya. Namun, tidak setelah semuanya berkembang semakin pesat. Arya baru bisa pergi ke Singapura pada sabtu pagi, dan akan kembali pada minggu malamnya. Rutinitas tersebut ternyata benar-benar melelahkan, dan semakin menjemukan. Memikirkannya saja, Arya bisa langsung sakit kepala. Bahkan, Arya tidak lagi memiliki kualitas dalam hubungannya dengan Cita. Ketika bertemu, yang Arya lakukan lebih banyak tidur dan beristirahat untuk melepas lelah. “Mas …” Cita menepuk pelan lengan Arya yang tertidur di sofa. Meskipun tidak tega, tetapi Cita harus tetap membangunkan sang suami, karena sudah tiba waktunya makan siang. “Ayo bangun bentar.” Arya menghela panjang nan lelah. Membuka sedikit matanya yang berat, sembari tersenyum tipis. “Bentar..” “Makan dulu, habis itu

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 74

    Semakin hari perkembangan Cita terlihat semakin ada kemajuan. Meskipun Cita tidak pernah menceritakan detailnya pada Arya, tetapi ia selalu mendapat kiriman video dari Sandra. Dari situlah, Arya bisa melihat semua perjuangan Cita yang terkadang disertai dengan air mata.Ada waktunya Cita terlihat sangat lelah, dan hampir menyerah karena fisioterapi yang dilakukan sangatlah tidak mudah. Adakalanya juga, Cita ngambek dan tidak ingin melakukan terapi apa pun, karena merasa tidak sanggup menjalaninya.Namun, semua drama itu tetap saja akan berakhir, dan Cita kembali melanjutkan fisioterapinya dengan penuh semangat. Selain itu, Cita juga rutin melakukan konseling, karena ia masih butuh dukungan mental atas semua yang pernah terjadi di dalam hidupnya, serta apa yang tengah dijalankan saat ini.“Maaf, aku nggak bisa ke sana lagi jumat ini.” Arya mengolesi roti tawarnya dengan selai kacang, sembari menatap Cita yang berada di layar ponselnya. Sudah tiga kali ini Arya tidak bisa menjenguk Cita

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 73

    Cita bersedekap. Duduk di kursi rodanya, di antara Harry dan Arya. Melihat kedua pria itu, tengah sibuk dengan laptopnya masing-masing. Sesekali, Arya akan bertanya beberapa hal, dan Harry akan menjelaskannya dengan perlahan dan mendetail.Sementara Sandra, sedang berada di dapur dan memasak seperti biasanya. Untuk urusan masak-memasak, Sandra tidak mau digantikan oleh siapa pun. Ia ingin memastikan sendiri asupan yang masuk ke dalam tubuh Cita, dibuat dengan bahan-bahan yang segar dan berkualitas.“Terus, aku ngapain di suruh duduk di tengah-tengah begini dari tadi?” protes Cita yang sudah bosan karena tidak melakukan apa-apa. Ia hanya duduk atas titah Harry, dan jadi pendengar yang baik sedari tadi.“Dengarkan semua diskusi Papa sama Arya,” ujar Harry masih menatap laptopnya. Sebelumnya, Harry sudah menjelaskan mengenai kerja sama yang akan dilakukan bersama Pras, dalam jangka waktu dua atau tiga bulan ke depan pada Cita. Untuk itulah, Harry ingin Cita mulai terlibat dalam dalam sem

  • Duka Cita   Duka Cita ~ 72

    “Jadi, nggak sempat ngobrol sama Rashi?”Cita mendengarkan cerita Arya dengan seksama. Padahal, setiap hari mereka pasti berkomunikasi dan suaminya pasti bercerita tentang banyak hal. Namun, Arya baru menceritakan masalah pertemuannya dengan Rashi kali ini.Arya menggeleng seraya mengambil sebuah kaos dan celana pendek dari kopernya. “Dia cuma datang sebentar ngantar cake, terus buru-buru pulang.”“Kenapa nggak diajak ngobrol?” Cita menyayangkan hal yang satu itu. Harusnya, kakak beradik itu bisa duduk berdua, lalu berdamai dengan masa lalu.Arya kembali menggeleng. Ia membuka kaos berkerah yang dipakainya, lalu melemparnya di atas tempat tidur Cita. “Dianya buru-buru pergi,” kata Arya sembari memakai kaos yang baru saja diambilnya di koper.“Masih deg-degan, nggak, waktu ketemu Rashi?” goda Cita hanya bisa menelan ludah, saat melihat Arya berganti pakaian di depannya. Sebagai wanita normal, tentu saja Cita memiliki sebuah gejolak yang tidak biasa saat melihat pria yang dicintainya ad

DMCA.com Protection Status