Di depan Altar Clarisa tengah berlutut, ia tak henti-hentinya berdoa dengan deraian air mata berharap suami dan anak-anaknya selamat. Dirinya tak beranjak sedikit pun dari sana. Penampilannya bahkan sudah tidak karuan, Clarisa juga tidak makan dan minum. Tatapan yang penuh pengharapan itu tersirat jelas dalam sorot matanya. Di sisi nya selalu ada Joana, ia mendampingi Clarisa hingga saat ini, dirinya tidak pernah meninggalkannya walau hanya sebentar, penampilan Joana juga tak kalau semrawut dengan sahabatnya Clarisa, wajah yang biasanya cantik itu kini tampak tua hanya dalam semalam. “Clarisa, kau harus memakan makananmu. Jangan seperti ini!” “Jika kau terus begini kau akan jatuh sakit, apa kau tidak ingin melihat mereka?” “Clarisa, makanlah walau hanya sedikit.” Joana mencoba untuk terus membujuk sahabatnya agar makan sesuatu. Clarisa mengalihkan pandangannya pada Joana, mata yang indah itu di genangi oleh air mata. Ia mena
Read more