Home / CEO / My Dad CEO / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of My Dad CEO: Chapter 151 - Chapter 160

225 Chapters

Bab 150

 Lukas menatap nanar wajah putranya yang di lumuri oleh darah. Dia mencoba untuk bangkit namun, segera ditahan oleh Jay. “Apa yang sedang kau lakukan?” Jay menahan tubuhnya, lalu menekannya kembali agar dirinya berbaring, sementara dirinya menghentikan pendarahan di perutnya. Lukas terus menatap wajah Conan yang semakin hilang dalam penglihatannya, sedetik kemudian dirinya memejamkan matanya. Samar-samar terdengar teriakan Jay yang menggema di telinganya. “Medis, medis.” Jay berteriak seraya menekan luka di bagian perut Lukas. Marvel yang mendengar teriakan Jay pun segera meminta tim medis untuk datang membantu Lukas. “Bagaimana?” Marvel bertanya pada petugas medis. Sang petugas hanya menggelengkan kepalanya. “Kondisinya sangat lemah kita harus segera membawanya ke rumah sakit.” Marvel menggigit bibir bawahnya, ia menghela napas beratnya. Sejenak berpikir mencari solusinya. Marvel meraih ponselnya, lalu menekan beberapa di
Read more

Bab 151

 Di sebuah tempat yang gelap, dan lembap tampak seorang pria duduk seorang diri, wajahnya telah babak belur karena di hajar berulang kali oleh orang-orang Yo Han.Yo Han masuk ke dalam ruangan, dia menghampiri orang telah berada di dalam. Di melangkah masuk, berjalan dengan anggunnya. Jarinya yang indah itu, memegang dagu Lin yang sudah berlumuran darah.“Jadi apa kau masih ingin tetap bungkam?”Lin tetap saja bungkam soal siapa dalang dari penculikan yang menargetkan kedua putra Lukas.Yo Han menghela napas beratnya, dia menyeringai jahat di depan Lin. “Ku dengar kau sangat setia pada Bosmu, akan tetapi apa kau akan tetap bungkam jika kau melihat ini.”Dengan santainya dia mengeluarkan beberapa foto dari balik jasnya. Tampak di dalam foto ada seorang wanita yang tengah menggendong seorang anak yang berusia sekitar lima tahunan.Awalnya Lin tampak tak peduli dan acuh, namun saat dia melirik pada sekumpulan foto i
Read more

Bab 152

     Di sebuah apartemen, Seo Nari tengah termenung dia yang duduk di sofa ruang tamu itu terdiam, sesekali tampak senyum hangat tersungging dari sudut bibirnya, namun sedetik kemudian ia tersenyum pahit.                   Di ruang tamu itu tampak ada seorang pria yang tengah tersenyum hangat padanya, raut wajahnya begitu bersinar kala menatap wanita yang tengah duduk di sofa itu. Nari terisak tertahan, matanya berkaca-kaca kala menatap bayangan pria yang pernah singgah di hatinya itu. Nari menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan miliknya. “Mengapa begitu sesak? Sekeras apa pun aku mencobanya semakin hatiku terluka olehnya.” “Aku sangat merindukanmu, sejak dulu hingga sekarang perasaan itu tetap sama. Aku ingin kau kembali.” “Tapi aku bisa apa?” Nari berbicara dengan dirinya sendiri, ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangi
Read more

Bab 153

    Di depan Altar Clarisa tengah berlutut, ia tak henti-hentinya berdoa dengan deraian air mata berharap suami dan anak-anaknya selamat. Dirinya tak beranjak sedikit pun dari sana. Penampilannya bahkan sudah tidak karuan, Clarisa juga tidak makan dan minum. Tatapan yang penuh pengharapan itu tersirat jelas dalam sorot matanya. Di sisi nya selalu ada Joana, ia mendampingi Clarisa hingga saat ini, dirinya tidak pernah meninggalkannya walau hanya sebentar, penampilan Joana juga tak kalau semrawut dengan sahabatnya Clarisa, wajah yang biasanya cantik itu kini tampak tua hanya dalam semalam. “Clarisa, kau harus memakan makananmu. Jangan seperti ini!” “Jika kau terus begini kau akan jatuh sakit, apa kau tidak ingin melihat mereka?” “Clarisa, makanlah walau hanya sedikit.” Joana mencoba untuk terus membujuk sahabatnya agar makan sesuatu. Clarisa mengalihkan pandangannya pada Joana, mata yang indah itu di genangi oleh air mata. Ia mena
Read more

Bab 154

   Sementara Adrian menunggu di depan ruang intensif Raven Jiang tengah menunggui Conan di pintu ruang operasi, raut wajahnya begitu gelisah, pikiran negatif pun terus menghampirinya. Raven duduk di kursi tunggu jari tangannya menyatu dengan jari yang lainnya, kepalanya menunduk ke arah bawah. Dengan sungguh-sungguh dia berdoa untuk keselamatan cucunya. Memohon pada Tuhan untuk selalu melindunginya.Dirinya terus memanjatkan doa untuknya tanpa henti, tampak buliran air mata itu tersemat di ujung matanya yang sudah menua. Dia menghela napas panjangnya berharap agar operasinya segera selesai, namun nyatanya operasi yang seharusnya selesai dalam empat jam itu harus berlangsung lebih lama dari perkiraan.Keputusasaan itu kembali menghampirinya, perasaan tidak berdaya itu menyelimuti hatinya. Rasanya percuma saja memiliki banyak uang jika tak bisa menyelamatkan cucunya sendiri. Raven kembali menatap lampu yang masih berwarna merah itu, ia menutup wajahnya dengan k
Read more

Bab 155

“Christ.” Panggil Gerald. Perlahan Christian mulai berbalik, wajahnya dipenuhi oleh goresan luka itu dia menatap keduanya dengan tatapan kosong. “Ibu.” Ucapannya pelan, namun entah mengapa? Terasa begitu menyakitkan bagi orang yang mendengarnya, di sudut bibirnya tersungging senyuman pahit. Sungguh membuat hati sakit. Clarisa mengatur napasnya, berusaha untuk tegar di hadapan Putra keduanya. Ia langsung menghampiri Christian dan memberikannya pelukan yang begitu erat padanya. Hal yang tidak terduga adalah ekspresi dari pada Christian tetap datar dan terkesan dingin. Clarisa mengalihkan pandangannya pada Gerald yang tengah berdiri di depan jendela kaca.  Gerald hanya menundukkan kepalanya, dirinya juga tidak menyangka insiden itu telah melukai perasaan dan jiwanya. Trauma yang di alaminya cukup serius dan terbilang berat. Hati Clarisa semakin hancur di buatnya, dirinya berpikir bahwa hanya raganya yang kembali tapi tidak dengan jiwanya. Clarisa terisak se
Read more

Bab 156

   Dari Shanghai hingga Shenyang, Marvel, Jay dan juga Yo Han tengah memburu Bos yang mempekerjakan Lin untuk menculik anak-anak Lukas. Mereka mendapatkan kabar jika Bos Zhou terlihat di Shenyang saat melakukan transaksi.Ketiganya berkumpul Jay, Marvel, dan Yo Han berpakaian serba hitam, mereka memutuskan untuk berpencar agar segera menemukan target, walau Yo Han menduga dalang dari semua insiden ini adalah ibu tiri dari Clarisa sendiri. Akan tetapi mereka tidak bisa asal menangkap tanpa adanya bukti yang kuat. Maka dari itu mereka berusaha untuk membawa Bos Zhou bersamanya ke hadapan Lukas.Saat berpencar mereka di lengkapi dengan earphone HT FBI, dan juga senjata api jika di perlukan. Di suatu tempat dimana kawasan kumuh berada Yo Han tengah menanyai seorang anak, saat dia berbalik dia menemukan Zhou sedang berjalan menuju kediamannya. Zhou yang sedang berjalan itu menyadari jika dirinya tengah di ikuti.Dia berhenti sejenak namun sedetik kemudian d
Read more

Bab 157

 Di rumah sakit   Lukas tengah terduduk di ranjang, raut wajahnya menggelap, tatapannya begitu dingin, dengan saksama dia mendengarkan orang yang tengah berbicara di seberang ponselnya. Ia memejamkan matanya lalu menutup teleponnya.“Sudah ku duga pasti ada hubungannya dengan wanita itu, akan tetapi pasti ada seseorang lagi yang menyokongnya.”“Lalu siapa dia? Siapa yang berani menyinggungku?” Banyak pertanyaan di kepalanya. Ia mengedipkan sebelah matanya. Akan tetapi pandangannya jatuh pada Christian yang telah bangun.   Saat dia terus menatapnya, Christian hanya menatapnya dengan tatapan kosong, saat ia berkedip, bulu matanya bergetar. Ia tidak bicara sepatah kata pun, setelah puas menatap Lukas dirinya segera memalingkan wajahnya ke arah lain. Di situ hati Lukas kembali hancur, dirinya telah kehilangan sosok anak yang begitu ceria di matanya. Di dalam hatinya yang terdalam ia tidak akan memaafkan siapa
Read more

Bab 158

   Di dalam ruang intensif Conan masih tidak sadarkan diri, wajahnya begitu pucat. Dari balik kaca yang tebal itu Clarisa tengah mengintip, wajahnya juga tak begitu baik, ia bagaikan mayat hidup saat ini. Bagaimana tidak? Dari suami hingga anak-anaknya berada di dalam perawatan rumah sakit.“Sayang bangunlah, kau sudah terlalu lama tidur.” Clarisa terus menatap Conan yang tengah berada di dalam ruangan, tampak alat-alat yang dingin itu terpasang di tubuh kecilnya untuk menopang kehidupannya. Betapa sakit hatinya kala menatap putra sulungnya yang kini tengah berjuang.Clarisa mengusap air matanya, ia sendirian terus-menerus menangis tanpa ada seorang pun yang bisa membuatnya tenang. Berusaha tegar dan tabah itu sangatlah sulit di lakukan. Setiap kali ia bertemu dengan tatapan kosong yang di berikan oleh Christian semakin membuatnya terluka. Anak yang tadinya begitu ceria kini ia kehilangan jiwanya. Tak ada lagi senyuman hangat yang selalu menghiasi
Read more

Bab 159

   Saat Lukas tengah memeluk Christian, tatapannya begitu hangat dirinya yang masih belum pulih sepenuhnya itu menjaga Christian selama Clarisa mengunjungi Conan di ruang perawatan Intensif. Dengan pelan dan lembut ia mengusap puncak kepala putranya, tersungging senyuman dari sudut bibirnya yang tipis, Christian selalu merasa tenang saat bersama Lukas, ia terlihat begitu damai dalam pelukannya.Drrrttt... Drrrttt... ponsel Lukas yang berada di atas nakas bergetar, tampak dari layar depan Marvel yang melakukan panggilan. Lukas pun menjawabnya.Terdengar suara yang tidak asing lagi dari seberang telepon. “Bos, ternyata ipar sepupumu terlibat dalam hal ini. Apa yang akan kau lakukan?” Marvel bertanya pada Lukas.Lukas mendengarkan semua penjelasan dari Marvel. Raut wajahnya seketika berubah, sorot matanya begitu tajam, napasnya memburu seakan dia ingin menelan orang hidup-hidup. Baginya tak peduli walau orang itu masih memiliki ikatan dengan k
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status