Beranda / Romansa / Teratai Yang Layu / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab Teratai Yang Layu: Bab 1 - Bab 10

35 Bab

Tragedi Putih Abu

"Kita berpisah hanya sementara, aku akan pergi ke Jakarta untuk mengejar cita-cita," ujar Yuda seraya melepaskan kancing baju seragam SMA Agista dan melucuti semua bajunya hingga tak ada selembar kain pun yang menempel di tubuh Agista.       Suasana rumah sang nenek yang sepi dan jauh dari penduduk lainnya membuat pertarungan ranjang   mereka semakin panas dan banjir desahan asmara.   Namun setelah mereka saling melepas rasa kepuasan, Agista menundukkan kepalanya dan bulir-bulir bening dari matanya mengalir deras karena menyesal mahkotanya sudah diserahkan begitu saja  pada Yuda.   "Kenapa kamu nangis sayang? Bukankah kamu mencintaiku dan kita sangat menikmatinya?" Yuda mengangkat dagu Agista, menatap matanya dan merangkai kata-kata rayuan.    "Bagaimana jika aku hamil? Sedangkan kamu akan pergi jauh dari kampung ini," sanggah Agista sangat meragukan kesetiaan Yuda.
Baca selengkapnya

Setia Tak Berbalas

Namun Agista tetap pada pendiriannya, dia tidak menganggap jika  dirinya seperti sampah.     Setelah lulus SMA dan setelah Yuda merenggut mahkotanya, Agista lebih sering menghabiskan waktunya di tepi danau melihat dan ngajak ngobrol teratai - teratai yang ada di sana. Dan di sana pula dulu Agista dan Yuda sering memadu kasih.     Sore itu teratai yang dilihat Agista kebanyakan sudah layu namun sebagian ada pula ada yang baru mekar.   "Hai, teratai aku sudah jujur pada Yusuf. Tapi mengapa dia tetap ingin menikahi ku? Kenapa dia tidak merasa jijik dengan aku?" Agista bertanya pada bunga teratai yang dia anggap sebagai sahabatnya.    "Wahai, teratai! Semakin dia menolak semakin ingin aku memilikinya," Yusuf datang tiba-tiba dan sama-sama bicara pada bunga teratai.     Yusuf pun melangkahkan kakinya ke tepi danau dan memetik satu bunga teratai seraya berujar ke
Baca selengkapnya

Ternyata Yuda?

"Sayang ayo kita pulang! Kamu lagi ngapain sih?" teriak Yuni.      Yuni adalah perempuan yang kini dekat dengan Yuda, mereka bertunangan setelah perusahaan keluarga Yuda hampir bangkrut.     "Kamu menginginkan aku untuk jauh dari kamu dan melupakan semua yang sudah terjadi dengan kita," ungkap Agista.      "Kalau memang iya kenapa Gis? Aku sekarang punya kehidupan baru yang tidak mungkin bisa kamu pahami," sahut Yuda.     Agista menahan mulutnya dengan tidak mengeluarkan kata-kata ketika sang perempuan yang tadi  bermadu kasih dengan Yuda menghampirinya seraya berujar.    "Sayang, dia siapa?"  dengan  wajah ketus  Yuni mengelilingi tubuh Agista dan kembali menggandeng tangan dan mencium pipi Yuda.    "Seharusnya aku yang harus bertanya seperti itu!" Namun kata-kata itu hanya terucap dalam hatinya.
Baca selengkapnya

Kecurigaan Sukma Beralasan

Pagi ini cuaca sangat cerah sekali, Agista memulai aktifitas di rumah Yuda dengan memasak di dapur membantu bi Tuti.     Dia melihat ada beberapa stok sayur di dalam kulkas, ketika tangannya ingin meraih beberapa sayuran dan bumbu-bumbu. Tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tangannya.    Agista langsung membalikkan badannya dan segera melepaskan tangan itu.     "Kamu!" suara Agista pelan namun matanya melotot tajam ke arah wajah Yuda yang tadi memegang tangannya.   "Tanganmu sangat dingin, sedingin ruangan kulkas itu!" pekik Yuda dengan tatapan sinis.    Agista tidak menghiraukan perkataan Yuda, dia terus melanjutkan niatnya untuk mengeksekusi resep masakan andalan ibunya di kampung.     Yuda tidak beranjak dari tempat duduknya, dia terus memandang wajah polos Agista yang tengah memotong sayuran.  &nbs
Baca selengkapnya

Handoko si Mata Keranjang

"Sepertinya kamu sudah paham dengan apa yang saya jelaskan barusan, saya akan membantumu semampunya namun kamu jangan berharap banyak karena yang menentukan hasil akhir dari sebuah usaha adalah do'a!" Bu Sukma menyimpulkan pertemuan mereka sudah cukup.    Demikian pula dengan Agista, dia berniat untuk mengurungkan niatnya untuk menuntut Yuda tapi Bu Sukma terlanjur simpati pada Agista.     "Bu, kalau begitu saya mohon pamit untuk pulang kampung saja. Percuma juga saya berlama-lama di sini, sekeras apa pun saya memohon tidak akan mengubah pendirian Yuda," keluh Agista.   "Tidak, Kamu tidak boleh pergi dulu! Tunggu komando dari saya!" Bu Sukma mencegah Agista pulang.    Bu Sukma lebih simpati pada Agista dari pada Yuni, namun Agista tidak tahu apa yang direncanakan Bu Sukma hingga menahannya untuk pergi.   "Jika saya harus memilih antara kamu dan Yun
Baca selengkapnya

Masih Sama-sama Cinta

Nggak biasanya pak Handoko sepagi ini sudah rapi dan duduk di meja makan. Sedangkan Yuda masih terjaga dari tidurnya karena semalam benar-benar matanya tidak bisa terpejam meski hanya sedetik karena harus menjaga kamar Agista dari laki-laki mata keranjang yang tiada lain adalah papanya sendiri.     "Pagi pah?" sapa Bu Sukma kepada pak Handoko dengan wajah cerianya.    Namun pak Handoko tidak menjawab meski sepatah kata pun, dia asyik dengan benda pipih yang ada di tangannya. Namun ketika sang bunga teratai muncul dan menyuguhkan makanan di meja, seketika pak Handoko langsung melepaskan handphonenya dan  menyapa nya dengan bahasa genitnya.     "Sayang sekali wajah cantik mu harus ditutupi, berapa lama kamu pacaran sama anak saya?" tanya sang mata keranjang Handoko.    Agista tidak menjawab dan langsung permisi ke dapur,"Maaf Pak, Bu, pekerjaan saya masih banyak. Saya permisi!" 
Baca selengkapnya

Terjebak Pilihan Berat

"Yud, benarkah apa yang kau katakan itu?"    Agista seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya, karena dari pertama dia ke Jakarta. Hanya pengkhianatan dan pengkhianatan yang dia lihat.    "Aku bicara jujur di depan mama, bagaimana kamu bisa meragukan itu?" Yuda menjawab dengan sedikit mengangkat bahunya.     Reaksi Bu Sukma pun tersenyum bahagia, dan memberi semangat pada anaknya untuk memperjuangkan apa yang menjadi haknya.    "Nak, kamu berhak bahagia," ucap Bu Sukma.   "Yuda akan bahagia hidup bersama aku Tante!" Yuni datang dan menyanggah pernyataan Bu Sukma.       Yuda,Agista dan Bu Sukma terkejut dengan kedatangan Yuni yang secara tiba-tiba.     "Kenapa kalian terkejut?" tanya Yuni.     "Bukankah itu benar sayang?" Yuni langsung bert
Baca selengkapnya

Sakit Berlapis

Di dalam mobil Agista tidak bicara sepatah kata pun, meski Yusuf  sebatas bertanya.   "Apakah kamu sehat?"   Agista tidak bergeming, dia hanya diam dengan pandangan kosong lalu meneteskan air mata. Yusuf pun paham dan mencoba mengikuti alurnya dia. Mungkin Agista ingin merasakan ketenangan meski hanya sejenak.    Lama kelamaan Agista tertidur lelap, dan dia tidak sadar kepalanya jatuh di bahu Yusuf. Yusuf senyum dan hanya mengusap kepalanya berharap Agista bangun dalam keadaan bahagia.    "Tidurlah! Temukan ketenangan meski hanya lewat mimpi!" ucap Yusuf sambil mengelus kepala Agista.    Bahu Yusuf sudah sangat pegal, namun dia tidak tega untuk membangunkan Agista. Dia memarkirkan mobil ke pinggir jalan yang dia rasa aman untuk sekedar menghilangkan sedikit  rasa pegal.     Diangkatnya kepala Agista secara perlahan dari ba
Baca selengkapnya

Bulan Madu Yang Kelabu

Setelah melaksanakan pernikahan mewah, Yuda dan Yuni akan segera pergi ke Paris Perancis untuk bulan madu.     Namun tak seperti pasangan suami istri lainnya yang sangat bahagia menikmati momen bahagia ini.     Wajah Yuda nampak muram, yang ada di memorinya cuma Agista. Dia merasa benci pada dirinya sendiri, di saat dia membutuhkan seseorang untuk menyandarkan kesedihan dia malah bahagia di atas penderitaannya.     Yuda tahu jika kini, Agista tengah berduka atas meninggalnya kedua orang tuanya. Walau pun dia sudah sedikit mambantu meringankan beban biaya rumah sakit namun sesungguhnya Agista membutuhkan lebih dari sekedar materi.     Yuni segera mengalihkan perhatian Yuda agar terfokus hanya pada dia seorang.     "Sayang, coba pegang perutku! Di sini ada buah cinta kamu!"    Yuni memegang tangan Yuda lalu menemp
Baca selengkapnya

Kecurigaan Mulai Datang

Yuda dan Yuni sudah seminggu di Paris, mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdua tanpa ada seorang pun yang mengganggu termasuk keluarganya sendiri.    Bersikeras Yuda untuk melupakan Agista dengan terus menyetubuhi Yuni yang kini jadi istrinya, sekali pun Yuni sadar jika Yuda melakukannya tidak sepenuh hati.    Di lain kesempatan di kala Yuni terus berusaha memiliki hati Yuda sepenuhnya, diam-diam Yuda menemukan sebuah chat WhatsApp yang muncul di layar handphone Yuni.    Mungin Yuni lupa mengunci layar handphonenya sehingga Yuda begitu mudah membuka semua yang ada di handphone istrinya tersebut.    "Yuni sayang, bagaimana kesannya bulan madu dengan laki-laki yang bukan ayah kandung dari anakmu itu?"  Yuda tersentak hatinya untuk menghancurkan handphone Yuni, tapi ia urungkan. Isi chat WhatsApp tersebut dia kirimkan ke WhatsApp dia dan menghapus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status