Pagi ini cuaca sangat cerah sekali, Agista memulai aktifitas di rumah Yuda dengan memasak di dapur membantu bi Tuti.
Dia melihat ada beberapa stok sayur di dalam kulkas, ketika tangannya ingin meraih beberapa sayuran dan bumbu-bumbu. Tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tangannya. Agista langsung membalikkan badannya dan segera melepaskan tangan itu. "Kamu!" suara Agista pelan namun matanya melotot tajam ke arah wajah Yuda yang tadi memegang tangannya. "Tanganmu sangat dingin, sedingin ruangan kulkas itu!" pekik Yuda dengan tatapan sinis. Agista tidak menghiraukan perkataan Yuda, dia terus melanjutkan niatnya untuk mengeksekusi resep masakan andalan ibunya di kampung. Yuda tidak beranjak dari tempat duduknya, dia terus memandang wajah polos Agista yang tengah memotong sayuran. "Kasihan wortel itu harus dipotong sangat tipis hingga terbagi sampai beberapa bagian," Agista tetap tenang mendengar celotehan Yuda yang maknanya seperti menyindir perasaan dia. "Awww ...., Tangan Agista teriris pisau hingga telunjuknya mengalir darah begitu deras. Yuda dengan spontan bangkit dari duduknya dan ingin segera menolong dia.Namun dengan tegas Agista menolaknya,"Luka di tanganku ini masih dan kuobati dengan cepat dan sakitnya tidak seberapa dibanding hati aku yang entah harus dengan cara apa untuk menyembuhkannya?"
Yuda menarik paksa badan Agista dan seraya berujar,"Aku masih menginginkanmu!"Tanpa mereka sadari bi Tuti dan Bu Sukma menangkap percakapan mereka dengan sangat jelas. Namun Bu Sukma memberi kode pada bi Tuti untuk tutup mulut.
Tak lama setelah itu, Yuni muncul dengan langsung memeluk Yuda di depan Agista.
Karena Yuni mendapati Yuda ada di dapur dan Agista ada di sana, Yuni menatap sinis Agista dan hampir mendorong Agista ke dekat kompor yang menyala. "Sayang, kamu kok ada di sini sih? Dari mulai masuk rumah kamu tapi tak ada satu orang pun yang menyahutnya," keluh Yuni dengan mengambil posisi duduk di atas paha Yuda dan memeluknya. Melihat pemandangan tersebut Agista tak bergeming dia tetap masak walau tangannya masih sakit karena teriris pisau, namun ketika Yuni menghampirinya. "Awww! Astaghfirullah!" teriak Agista. Gerakan cepat Yuda segera meraih tubuh Agista dengan menahan pinggangnya yang hampir kena kompor.Matanya mereka sejajar saling menatap tapi Agista segera menepisnya dengan segera berdiri tegak seperti semula. "Kamu sengaja yah! Pura-pura jatuh biar dapat pertolongan dari Yuda," mulut harimau Yuni segera menyambar Agista begitu tinggi. Yuda membantahnya,"Tadi kamu sengaja menyeretnya supaya dia terkena api kompor dan membakar tubuhnya!" Seribu cara Yuda membela Agista, tidak membuat dia besar kepala. Agista tetap rendah hati dan memposisikan dirinya layaknya pembantu di rumah itu. "Sebaiknya tuan muda dan non Yuni duduk di ruang tamu saja! Ini kan tempat pembantu," tegas Agista. Yuni tidak merasa nyaman diperintah oleh Agista yang menurut dia derajatnya jauh lebih rendah, lagi-lagi sikapnya kembali urakan dengan hampir menjambak rambut Agista yang hampir membuat kerudungnya terlepas. Bu Sukma segera datang membela,"Cukup Yuni! Sikap kamu sangat berlebihan," Bu Sukma lalu bertanya pada Agista,"Kamu nggak apa-apa nak?" Agista menjawab dengan lirih,"Nggak apa-apa Bu," Melihat calon mertuanya Yuni segera menarik tangan Yuda ke ruang tamu dan berujar,"Mama kamu lebih membela pembantu itu dari pada aku calon mantunya, sekali lagi keluargamu bersikap tidak nyaman sama aku! Aku jamin Keluarga kalian akan hancur sehancur-hancurnya!" Yuda mengerutkan dahinya, dia tidak berani berkutik yang ada dalam pikirannya hanyalah kesenangan yang diberikan oleh Yuni dan keluarganya. Dari Yuni Yuda bisa mendapatkan tubuhnya secara sukarela sekaligus harta dari orang tuanya. Namun Yuda pun tidak menarik jika hubungannya dengan Agista ada kenyamanan yang tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata. Di dapur, Bu Sukma mengajak Agista untuk pergi ke swalayan untuk membeli berbagai macam keperluan dapur dan menyuruh Bi Tuti yang melanjutkan pekerjaan masaknya. "Bi Tuti selesaikan masaknya yah, dan kamu ikut saya ke swalayan!" seru Bu Sukma. "Iya Bu!" jawabnya dengan nada rendah dan kepala merunduk. Bu Sukma dan Agista pun pergi ke swalayan dengan diantar oleh pak Budi. Setelah selesai belanja mereka istirahat sebentar di sebuah tempat makan. "Kita makan dulu ya! Kamu mau pesan apa?" tanya Bu Sukma. Rani memilih menu makanan dan minuman yang disuguhkan oleh pelayan yaitu jus jambu dan mpek- mpek Palembang.Bu Sukma memang sangatlah baik sekali pun sama pembantu, begitu pula dengan Agista dia tidak memperlakukan dia seperti pembantu. Apalagi setelah dia menangkap dengan jelas adegan anaknya Yuda yang sedang merayu Agista di dapur. "Apa ibu boleh bertanya sesuatu?"tanya Bu Sukma. Tanpa curiga apa-apa Agista mengiyakan dan membalasnya dengan senyuman hangat. "Boleh banget Bu, Ibu mau bertanya apa sama aku?"Agista balik bertanya pada Bu Sukma. "Apa kamu punya hubungan spesial dengan anak saya?" Jleb
Pertanyaan Bu Sukma membuat jantung Agista berdetak sangat kencang. Dia bingung harus jawab apa?.
"Tidak Bu, kami hanya pernah satu sekolah saja,"jawab Agista dengan sangat gugup yang membuat Bu Sukma sangat mampu membaca raut muka gelisah Agista dengan sangat jelas. "Agista saya ini seorang ibu, saya tidak bisa dibohongi dengan cara apa pun, bicaralah dengan tenang dan jujur! saya tidak akan marah," tegas Bu Sukma. Agista tertunduk diam dan meneteskan air mata, namun jiwa keibuan Bu Sukma mengundang dia untuk bersikap bijak. Dia menghampiri Agista dengan mengusap punggungnya, memeluknya dan bicara pelan namun seperti memaksa pada Agista untuk mengungkapkan sesuatu. "Bicarakan pada ibu! Apa yang sudah terjadi pada kalian selama sekolah," tanya Bu Sukma dengan sangat tenang supaya Agista tidak merasa tertekan.Agista pun mengusap air matanya dan mulai membuka mulutnya,"Kami berpacaran selama tiga tahun, di akhir kelulusan anak ibu meminta aku untuk memberi sesuatu yang sangat berharga dari tubuh ini dan dengan bodohnya aku pasrah dan mengikhlaskan. Tanpa Yuda tahu aku hamil dan keguguran, makanya aku ke sini untuk meminta pertanggungjawaban,"
Mungkin sekitar satu jam lebih Agista mengutarakan isi hatinya, dan Bu Sukma berhasil mengorek apa yang sudah terjadi diantara Agista dan anaknya. Atas nama anaknya Bu Sukma mohon maaf kepada Agista, dia akan berusaha untuk bicara pada anaknya.Bu Sukma pun menceritakan duduk persoalan kenapa anaknya dijodohkan pada Yuni.
"Saya mengerti posisi kamu, namun ibu tidak mau janji manis. Karena kondisi keluarga kami tidak semanis yang orang kira," tutur Bu Sukma ingin mengurangi kegelisahan Agista. Bu Sukma adalah istri pertama dari pak Handoko dan memiliki satu orang putra yaitu Yuda. Bu Sukma menceritakan kisah hidupnya kepada Agista agar dia mempertimbangkan kembali niatnya untuk menuntut Yuda. "Saya ini istri pertama dari papanya Yuda, ketika saya mengidap penyakit kanker rahim papanya Yuda menikahi perempuan lain dengan alasan saya tidak bisa dipakai lagi," ungkap Bu Sukma. Bu Sukma merintis usaha konveksi dari nol dengan pak Handoko, ketika usaha maju godaan datang dari kiri dan kanan. Pak Handoko tertarik dengan wanita lain setelah Bu Sukma divonis kanker rahim oleh dokter. Yuda pun tumbuh menjadi anak pembangkang yang akhirnya dia harus diungsikan ke rumah neneknya yang ada di kampung dengan tujuan supaya pergaulan Yuda tidak terlalu liar. Istri kedua pak Handoko mengeruk hampir sebagian hartanya dan terancam bangkrut.Beruntunglah pak Handoko punya sahabat yang bernama Cokro dia membantu permodalan dengan jaminan Yuda harus menikah dengan Yuni.
Dari sanalah Agista paham jika Yuda harus memilih untuk mempertahankan keluarganya dari pada cintanya selain pada dasarnya Yuda memang play boy juga.
"Sepertinya kamu sudah paham dengan apa yang saya jelaskan barusan, saya akan membantumu semampunya namun kamu jangan berharap banyak karena yang menentukan hasil akhir dari sebuah usaha adalah do'a!" Bu Sukma menyimpulkan pertemuan mereka sudah cukup. Demikian pula dengan Agista, dia berniat untuk mengurungkan niatnya untuk menuntut Yuda tapi Bu Sukma terlanjur simpati pada Agista. "Bu, kalau begitu saya mohon pamit untuk pulang kampung saja. Percuma juga saya berlama-lama di sini, sekeras apa pun saya memohon tidak akan mengubah pendirian Yuda," keluh Agista. "Tidak, Kamu tidak boleh pergi dulu! Tunggu komando dari saya!" Bu Sukma mencegah Agista pulang. Bu Sukma lebih simpati pada Agista dari pada Yuni, namun Agista tidak tahu apa yang direncanakan Bu Sukma hingga menahannya untuk pergi. "Jika saya harus memilih antara kamu dan Yun
Nggak biasanya pak Handoko sepagi ini sudah rapi dan duduk di meja makan. Sedangkan Yuda masih terjaga dari tidurnya karena semalam benar-benar matanya tidak bisa terpejam meski hanya sedetik karena harus menjaga kamar Agista dari laki-laki mata keranjang yang tiada lain adalah papanya sendiri. "Pagi pah?" sapa Bu Sukma kepada pak Handoko dengan wajah cerianya. Namun pak Handoko tidak menjawab meski sepatah kata pun, dia asyik dengan benda pipih yang ada di tangannya. Namun ketika sang bunga teratai muncul dan menyuguhkan makanan di meja, seketika pak Handoko langsung melepaskan handphonenya dan menyapa nya dengan bahasa genitnya. "Sayang sekali wajah cantik mu harus ditutupi, berapa lama kamu pacaran sama anak saya?" tanya sang mata keranjang Handoko. Agista tidak menjawab dan langsung permisi ke dapur,"Maaf Pak, Bu, pekerjaan saya masih banyak. Saya permisi!"
"Yud, benarkah apa yang kau katakan itu?" Agista seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya, karena dari pertama dia ke Jakarta. Hanya pengkhianatan dan pengkhianatan yang dia lihat. "Aku bicara jujur di depan mama, bagaimana kamu bisa meragukan itu?" Yuda menjawab dengan sedikit mengangkat bahunya. Reaksi Bu Sukma pun tersenyum bahagia, dan memberi semangat pada anaknya untuk memperjuangkan apa yang menjadi haknya. "Nak, kamu berhak bahagia," ucap Bu Sukma. "Yuda akan bahagia hidup bersama aku Tante!" Yuni datang dan menyanggah pernyataan Bu Sukma. Yuda,Agista dan Bu Sukma terkejut dengan kedatangan Yuni yang secara tiba-tiba. "Kenapa kalian terkejut?" tanya Yuni. "Bukankah itu benar sayang?" Yuni langsung bert
Di dalam mobil Agista tidak bicara sepatah kata pun, meski Yusuf sebatas bertanya. "Apakah kamu sehat?" Agista tidak bergeming, dia hanya diam dengan pandangan kosong lalu meneteskan air mata. Yusuf pun paham dan mencoba mengikuti alurnya dia. Mungkin Agista ingin merasakan ketenangan meski hanya sejenak. Lama kelamaan Agista tertidur lelap, dan dia tidak sadar kepalanya jatuh di bahu Yusuf. Yusuf senyum dan hanya mengusap kepalanya berharap Agista bangun dalam keadaan bahagia. "Tidurlah! Temukan ketenangan meski hanya lewat mimpi!" ucap Yusuf sambil mengelus kepala Agista. Bahu Yusuf sudah sangat pegal, namun dia tidak tega untuk membangunkan Agista. Dia memarkirkan mobil ke pinggir jalan yang dia rasa aman untuk sekedar menghilangkan sedikit rasa pegal. Diangkatnya kepala Agista secara perlahan dari ba
Setelah melaksanakan pernikahan mewah, Yuda dan Yuni akan segera pergi ke Paris Perancis untuk bulan madu. Namun tak seperti pasangan suami istri lainnya yang sangat bahagia menikmati momen bahagia ini. Wajah Yuda nampak muram, yang ada di memorinya cuma Agista. Dia merasa benci pada dirinya sendiri, di saat dia membutuhkan seseorang untuk menyandarkan kesedihan dia malah bahagia di atas penderitaannya. Yuda tahu jika kini, Agista tengah berduka atas meninggalnya kedua orang tuanya. Walau pun dia sudah sedikit mambantu meringankan beban biaya rumah sakit namun sesungguhnya Agista membutuhkan lebih dari sekedar materi. Yuni segera mengalihkan perhatian Yuda agar terfokus hanya pada dia seorang. "Sayang, coba pegang perutku! Di sini ada buah cinta kamu!" Yuni memegang tangan Yuda lalu menemp
Yuda dan Yuni sudah seminggu di Paris, mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdua tanpa ada seorang pun yang mengganggu termasuk keluarganya sendiri. Bersikeras Yuda untuk melupakan Agista dengan terus menyetubuhi Yuni yang kini jadi istrinya, sekali pun Yuni sadar jika Yuda melakukannya tidak sepenuh hati. Di lain kesempatan di kala Yuni terus berusaha memiliki hati Yuda sepenuhnya, diam-diam Yuda menemukan sebuah chat WhatsApp yang muncul di layar handphone Yuni. Mungin Yuni lupa mengunci layar handphonenya sehingga Yuda begitu mudah membuka semua yang ada di handphone istrinya tersebut. "Yuni sayang, bagaimana kesannya bulan madu dengan laki-laki yang bukan ayah kandung dari anakmu itu?" Yuda tersentak hatinya untuk menghancurkan handphone Yuni, tapi ia urungkan. Isi chat WhatsApp tersebut dia kirimkan ke WhatsApp dia dan menghapus
Yuda dan Yuni sudah seminggu di Paris, mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdua tanpa ada seorang pun yang mengganggu termasuk keluarganya sendiri. Bersikeras Yuda untuk melupakan Agista dengan terus menyetubuhi Yuni yang kini jadi istrinya, sekali pun Yuni sadar jika Yuda melakukannya tidak sepenuh hati. Di lain kesempatan di kala Yuni terus berusaha memiliki hati Yuda sepenuhnya, diam-diam Yuda menemukan sebuah chat WhatsApp yang muncul di layar handphone Yuni. Mungin Yuni lupa mengunci layar handphonenya sehingga Yuda begitu mudah membuka semua yang ada di handphone istrinya tersebut. "Yuni sayang, bagaimana kesannya bulan madu dengan laki-laki yang bukan ayah kandung dari anakmu itu?" Yuda tersentak hatinya untuk menghancurkan handphone Yuni, tapi ia urungkan. Isi chat WhatsApp tersebut dia kirimkan ke WhatsApp dia dan menghapus
BrakYuda menggebrak meja disebuah gudang kosong di kawasan Jakarta. Dia marah sang paman telah gagal mengikuti jejak Agista.Yuda sekarang tidak bisa mengetahui keberadaan Agista, termasuk nomor teleponnya karena sepertinya Agista sudah mengganti nomor jauh-jauh hari."Kenapa paman bisa selengah itu sih mencari informasi?""Coba deh om tanya kembali ke orang yang membeli rumahnya Agista! Dia pasti tahu. Atau ke Yusuf laki-laki yang kata paman pernah mau dijodohkan sama Agista,"Paman Ali adalah adik dari Bu Sukma, dengan senang hati dia jadi tim informasi pada Yuda. Namun entah mengapa Agista cepat sekali untuk dikejar dari informasi."Tante, aku mau minta uang untuk daftar kuliah!" ujar Agista pada tante Rini.Dari mulai subuh Agista sudah bersiap diri untuk menjemput impian, dia semangat sekali untuk kuliah. Ketika cintanya h
Berita tentang rencana pernikahan Agista sampai juga di telinga Yuda, dia ingin sekali menggagalkan pernikahannya namun dia punya cukup bukti jika anak yang dikandung Yuni bukanlah darah dagingnya."Gue bisa gila jika Agista nikah sama Gino, gue cari bukti ke mana lagi yah jika Yuni sudah jebak aku!" Yuda bicara pada dirinya sendiri."Sayang!" bisik Yuni sambil memeluk Yuda dari belakang dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Yuda.Bibirnya melumat daun telinga Yuda dan kedua tangannya membelai dada bidangnya. Setelah itu badannya berputar ke depan hingga berhadapan dengan wajah Yuda.Yuda yang tengah duduk di atas kursi putar ruang kerjanya merasa jengah dengan sikap Yuni yang terus menguasai dirinya."Kamu ngaku saja jika kamu sudah bayar orang untuk mrnjebak Agista, supaya Agista tercoreng namanya!" sarkas Yuda.Yuni sangat murka dengan pertanyaan Yuda, semua benda
"Mah!" panggil Gino pada ibu Monika.Monika yang sedang tidur dengan posisi miring ke kiri segera membalikkan posisi badannya ke arah sumber suara."Kenapa kamu bawa wanita murahan ini ke hadapan Mama Gino?" Monika malah tak terima jika Agista ada di depannya.Gino meraih tangan Monika lalu menciumnya, lalu berujar."Aku membawa bukti jika Agista sudah dijebak oleh seseorang! Mama tolong lihat dulu! Aku mohon Mah aku sangat sayang pada Agista aku ingin segera menikahinya!" bujuk rayu Gino pada Monika sang Mama, wanita yang sama-sama disayangi oleh Gino.Meski agak lama menunggu Monika pun mau melihat video Andika yang dia rekam."Coba Mama lihat!" seru Monika dengan mengubah posisinya menjadi duduk.Kurang lebih lima menit video itu diputar, Monika luluh dan akhirnya mau menerima Agista sebagai menantunya."Kala
"Kamu makan dulu, biar aku suapi yah!" tawar Gino sambil menyodorkan satu sendok nasi goreng ke mulut Agista.Agista terharu mendapat perlakuan spesial dari Gino. Perhatiannya membuat Agista benar-benar membunuh rasa cintanya pada Yuda."Gin, terimakasih yah!" lirih Agista."Kamu jangan bicara apapun selain fokus makan, aku tidak mau kamu sakit!" respon Gino yang terlalu fokus nyuapi Agista karena sudah lama menahan lapar.Agista pun diam dan fokus menghabiskan nasi gorengnya sampai habis."Maafkan aku Gis, aku tidak mau memperlihatkan rekaman kedua Andika tentang jebakan Yuni pada Yuda. Aku takut kehilanganmu jika kamu kembali simpati pada Yuda," Gino bergumam dalam batinnya.Makan telah usai, Agista dan Gino segera bersiap untuk berangkat ke rumah ibu Monika. Dengan hati yang masih belum stabil, Agista pasrah karena Gino sudah berhasil meyakinkan dirinya jika dengan rekama
"Oke gue mau jujur, tapi aku minta tambahkan nominalnya!" tawar Andika."Lo belum buka tabir itu meski sekata pun, lantas sekarang lo minta gue tambahin! Lo anggap gue sebodoh itu!""Jika kejujuran itu lo ungkapin ke media sosial, image lo juga bakal bersih! Jadi terserah lo, lebih memilih gue lapor polisi atau bicara jujur?"Andika memang jiwa penipunya sangat handal, namun Gino sangat cerdas dan tidak mau dikelabuhi begitu saja. Dia sangat ingin Agista jadi miliknya tanpa bayangan image buruk."Gue disuruh oleh seseorang untuk mengerjai Agista seolah-olah Agista sudah gue tiduri, padahal aku sumpah demi ibuku jika aku tidak menyentuhnya. Aku hanya mengambil scan foto memeluknya tapi tidak lebih itu,"Gino merekam pernyataan Andika untuk barang bukti."Siapa yang memyuruh lo?" Gino masih penasaran."Tambahkan dulu nominalnya! Baru gue bicara!" p
Gino segera menyusul ke rumah sakit, karena asisten Monika sigap mengantarnya ke sana. "Dok, Mama saya kenapa?" tanya Gino pada dokter yang ada di IGD. "Ibu anda mengalami tekanan darah tinggi, setelah sadar anda boleh membawanya pulang kembali! Saya kasih resep obat tapi anda harus tetap mengawasi ibu anda agar tidak menemukan tekanan pikiran yang berat yang memicu hypertensinya kembali naik!" ungkap dokter. Gino tak mampu berkata-kata. Monika pingsan karena tekanan berpikir tentang hubungannya dengan Agista. Dia kembali ke ruang IGD untuk melihat perkembangan selanjutnya. "Mah, aku sayang Mama tapi aku juga tidak mau kehilangan Agista. Agista adalah hidupku!" lirih Gino sambil memegang tangan Monika. Agista merasa bersalah dengan kondisi kesehatan Monika. Dia naik taksi untuk menemui sekaligus mohon maaf. "Gis! Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Agista. "Kenap
"Sayang, aku udah bayar kosan kamu untuk tiga bulan pertama. Semoga semuanya dimudahkan jadi kamu nggak usah mikirin biaya kosan yah! Yang paling utama kamu nyaman di sini!" ungkap Gino.Fasilitas kosan tersebut lumayan agak mewah karena ada Ac, sping bad, WC, dapur mini, sofa dan CCTV.Gino duduk terlebih dahulu di tepi ranjang sembari menunggu Agista merapikan barang-barangnya."Sayang, hari ini kita nggak ada jadwal kuliah. Jadi kamu bisa santai-santai!" ujar Gino sambil tiduran di sofa."Tapi Gin, aku harus ke butik!" timpal Gino.Baru saja Gino rebahan di atas sofa sambil nungguin Agista beres-beres, notifikasi ponsel dari aplikasi WA berbunyi.Timbunan beberapa pesan chat dari WA grup kampus yang membuat mata Gino tersulut emosi kembali.Beberapa foto dan video adegan mesra antara Agista dan Andika juga dengan dirinya.Kemaraha
"Aku percaya kamu!" Gino bicara dengan nada pelan tapi dengan posisi kepala dan tangan menunduk ke setir mobil.Agista yang mendengar hal itu langsung tersenyum dan mengangkat bahu Gino agar dia bangkit dari posisinya."Gin!" panggil Agista.Setelah posisi Gino duduk tegap kedua pasang mata kekasih itu saling bertatapan, Gino mengelus wajah Agista dan mengusap air matanya."Gis!""Bolehkah aku mencium keningmu!" pinta Gino.Agista mengangguk dan bibir Gino pun mendarat untuk yang pertama kalinya dengan manis di dahi Agista.Setelah Gino mencium dahi Gino, bibirnya seperti magnet untuk turun ke bibir Agista. Namun Agista menahan bibir Gino dengan kelima jarinya."Aku mohon jangan dulu Gin, aku belum siap!"Gino tidak bisa memaksanya, Gino sangat mencintai Agista dari pertama kali berjumpa. Gino
"Kamu sudah diberi uang tapi belum ada aksi apa pun, coba kamu hubungi Mona tingkat 1 mungkin bisa kerjasama dengan kamu!" Yuni ngomel sama Andika karena tidak ada aksi sama sekali meski sudah diberi imbalan. "Sayang, aku itu baru diangkat jadi ketua BEM dua bulan lalu. Jadi aku benar-benar harus hati-hati!" jawab Andika. *** "Gue menyimpulkan jika Gino itu pura-pura culun, padahal dia sebenarnya punya banyak modal untuk membuat style dia untuk semenarik mungkin. Kok Agista yang kucel itu bisa jadi pacarnya juga, duh gue jadi bsnyak PR begini sih," gerutu Mona. "Padahal gue cantik, tinggi, styleku juga oke. Gue dong yang harusnya jadi pacar Gino!" dengan melenggak lenggokan tubuhnya di depan cermin Mona bicara sendiri. "Ya gue harus jadi pacar Gino!" Mona meyakinkan dirinya jika Gino bakal balik arah pada Mona. Keesokan harinya seperti biasa, Mona sudah ada di kelas dengan mempersia
Ketika Wini sedang menyimak apa yang diterangkan oleh Agista tentang style fashionnya. Gino tiba-tiba menghampiri Agista untuk mengajaknya makan siang."Sayang, kamu belum makan nih," ujar Gino sambil menempelkan dagu di bahunya Agista.Sontak semua karyawan dibikin baper dengan kelakuan Gino termasuk Wini sendiri."Aku kerja dulu Gin," Agista menolak ajakan Gino dengan nada pelan karena malu sama Wini.Agista tidak sadar jika ponsel Wini mengabadikan momen manis Gino dan Agista tersebut untuk bahan laporan pada Mona."Bang Gino nih nakal banget kalau ada Mamanya pasti udah dijewer!" celoteh salah satu karyawan Bu Monika.Wini mencuri kesempatan untuk cari informasi tentang posisi Gino itu siapa di butik itu."Mba itu yang lagi ngobrol mesra sama cowok itu siapa sih?" tanya Wini."Itu si cowok anak yang punya butik ini, dan kar