Nggak biasanya pak Handoko sepagi ini sudah rapi dan duduk di meja makan. Sedangkan Yuda masih terjaga dari tidurnya karena semalam benar-benar matanya tidak bisa terpejam meski hanya sedetik karena harus menjaga kamar Agista dari laki-laki mata keranjang yang tiada lain adalah papanya sendiri.
"Pagi pah?" sapa Bu Sukma kepada pak Handoko dengan wajah cerianya. Namun pak Handoko tidak menjawab meski sepatah kata pun, dia asyik dengan benda pipih yang ada di tangannya. Namun ketika sang bunga teratai muncul dan menyuguhkan makanan di meja, seketika pak Handoko langsung melepaskan handphonenya dan menyapa nya dengan bahasa genitnya. "Sayang sekali wajah cantik mu harus ditutupi, berapa lama kamu pacaran sama anak saya?" tanya sang mata keranjang Handoko. Agista tidak menjawab dan langsung permisi ke dapur,"Maaf Pak, Bu, pekerjaan saya masih banyak. Saya permisi!" Mendengar suara Agista dan pak Handoko di ruang makan, Yuda segera terbangun dan langsung duduk di meja makan. "Nak, cuci muka dulu dong!"seru Bu Sukma. Yuda langsung tegas menjawab,"Yuda itu diwarisi ganteng dari papa, jadi nggak perlu cuci muka apalagi jika situasi urgen," Pak Handoko menepuk bahu Yuda, seraya berkata,"Papa tidak akan mengambil jatah kamu," Rupanya anak dan bapak itu 'TST' alias Tahu Sama Tahu. Yuda pun senyum tipis pada papanya lalu menengok ke mamanya yang tengah melamun dengan pandangan kosong. "Mah!" Yuda memanggil Bu Sukma dengan melambaikan tangannya. "Iya nak!" Mamanya terperanjat dari lamunan kosongnya. "Untung syetan di sini akrab sama aku jadi nggak bakal tega gangguin mama yang lagi melamun," Yuda ngajak mamanya bercanda biar nggak sedih terus. Ketika keakraban hangat terbangun antara anak dan ibu, dalam waktu sekejap pak Handoko hilang dari pandangan mereka. Muka mereka langsung cemas dan lari berhamburan ke dapur dan kamar Agista. Wajah Yuda tambah tegang ketika tidak menemukan keberadaan Agista di dapur dan kamar. Begitu pula dengan Bu Sukma. Badan Yuda seperti capung yang harus lari ke sana dan ke sini mencari Agista, sampai harus menabrak bi Tuti. "Bi dimana Agista?" Nafas Yuda ngos-ngosan ketika menanyakan Agista pada bi Tuti. "Di pinggir kolam halaman belakang tuan," jawab bi Tuti dengan nada kaget juga. Ada sedikit tenang, namun Yuda tetap harus mencarinya. Namun ketika Agista sudah hampir sampai di depan matanya, dia tidak mampu mendekat. "Hai ikan, bolehkah aku bersahabat dengan mu? Di kampung aku punya bunga teratai yang selalu setia mendengarkan keluh kesah ku, namun di sini aku menemukan kamu," suara Agista terdengar lirih sambil bermain air di tepi kolam yang dibuat sengaja oleh papanya. Sang play boy teriris hatinya menyaksikan perempuan yang pernah dia tiduri dan ia tinggalkan. Lalu Bu Sukma muncul dari belakang Yuda dan berbisik,"Jujur mama lebih suka Agista dari pada Yuni," Yuda tak mampu berkata apa-apa mendengar pernyataan mamanya, dia hanya terdiam dan terus memandangi punggung Agista."Hai ikan! Andai saja kamu tahu betapa sakitnya hati ini harus melihat pengkhianatan cinta di depan mata kepalaku sendiri," Agista bicara pada ikan-ikan yang ada di kolam kecil milik keluarganya Yuda tersebut.
Bu Sukma mendekatinya,"Nak, yang namanya jodoh itu kita tidak akan pernah tahu. Siapa, dimana dan bagaimana," "Kamu wanita baik pasti akan dipertemukan dengan laki-laki yang baik pula!" sambung Bu Sukma sambil mengangkat dagu Agista yang lancip dan wajahnya yang sudah basah dengan bulir-bulir kesedihan.Yuda terus berdiri tanpa mau mendekat, namun batin Yuda sangat bahagia ketika mamanya begitu sangat menyayangi Agista.
"Sayang, jika kita memang ditakdirkan jodoh. Seperti apa pun rintangannya Allah pasti akan pertemukan dengan cara apa pun," gerutu Yuda dalam batinnya.Yuda melihat Bu Sukma memeluk Agista dan mengusap air matanya, dia merasa terwakili karena dia nggak berani melakukannya karena sudah mengkhianatinya.
Yuda kembali ke kamarnya, dan berdiri di depan cermin lalu memukulnya sampai bercucuran darah.
"Sebodoh ini kah aku melupakan wanita sebaik Agista?" teriak Yuda. "Apa yang kamu lakukan nak?" Bu Sukma punya firasat buruk terhadap anaknya maka dari itu dia langsung menuju kamar Yuda setelah berusaha menenangkan perasaan Agista. Bu Sukma memeluk erat tubuh anaknya dan memohon maaf atas kondisinya yang mengharuskan dia mengorbankan kebahagiaannya. "Maafkan ibu nak, gara-gara ibu kamu terpaksa jadi budak dari ambisi papamu," Bu Sukma menangis histeris di kamar putranya."Tidak mah, papa yang salah. Gara-gara keserakahan istri muda papa hidup kita jadi begini," jawab Yuda sambil memeluk ibunya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Tuti!"
Suara teriakan pak Handoko membuat Bu Sukma dan Yuda segera keluar kamar.
"Iya tuan!" jawab bi Tuti dengan badan yang gemetar karena ketakutan. Kedua pasang mata ibu dan anak memerah setelah mendengar teriakan pak Handoko sekaligus pemandangan jika dia membawa istri mudanya yang ke empat. "Aku tidak peduli kamu beristri empat atau sepuluh pun silahkan saja, tapi kenapa harus dibawa ke sini?" Bu Sukma marah pada pak Handoko. Namun percuma saja Bu Sukma marah dengan cara apa pun juga tidak akan membuat hati pak Handoko gentar, dia malah sengaja menyuruh Bi Tuti untuk membereskan kamar untuk mereka bermalam di rumah.Siska wanita berusia 25 tahun, dengan wajah tanpa dosa merangkul tubuh pak Handoko dan menariknya agar segera ke kamar.
"Ayo sayang kita rayakan kebersamaan ini dengan penuh sukacita!" Tangan tinju yang terkepal di kiri dan kanan paha Yuda siap menonjok wajah papanya yang sudah membuat mamanya menangis dan sakit tiada obatnya, namun Agista lari tergopoh-gopoh dan membantu Bu Sukma untuk bangkit dari lantai. "Cepat bawa mama kamu ke kamarnya Yud!" Agista menyeru Yuda untuk memapah mamanya. Setelah mereka membantu Bu Sukma untuk istirahat, Agista berbisik pada Yuda. "Hatiku sama dengan hati mamamu, hancur sehancur-hancurnya!" setelah mengeluarkan kata-kata pada telinga Yuda, Agista berlalu ke kamarnya kembali.Yuda meraih benda pipih yang ada di atas nakas yang dia simpan di samping tempat tidur mamanya. Melihat-lihat galeri foto Agista yang kala itu rambutnya masih terurai dan belum ditutupi kerudung.
"Agista benar, sakit yang dirasakan mama sama dengan ketika dia menyaksikan aku bermesraan dengan Yuni apalagi ketika dia melihat pakaian dalam Yuni tercecer di atas ranjang kamarku," Yuda bicara pada dirinya sendiri sambil memandangi foto Agista lalu memandangi wajah ibunya yang diam terbaring sambil meneteskan air mata. Yuda tak sadar gerutunya didengar oleh mamanya karena dia duduk persis di tempat tidur Bu Sukma. Bu Sukma pun menyahutnya, sontak Yuda terkaget dan langsung mengusap air mata mamanya dan mencium kening mamanya. "Panggilkan Agista!" seru Bu Sukma pada Yuda."Tapi Mah!" jawab Yuda.
"Jangan membantah! Jika kamu sayang mama tolong panggil Agista! Mama butuh dia," jelas Bu Sukma kepada Yuda yang seperti enggan memanggil Agista karena malu.Yuda pun melangkahkan kakinya menuju kamar Agista walau pun dia berat dan bingung apa maksud mamanya harus memanggil dia.
"Tok tok tok," Yuda mengetuk pintu kamar Agista. Agista pun membuka pintunya, dan sangat jelas terlihat oleh Yuda matanya sangat sembab mungkin karena habis menangis. "Aku disuruh mama untuk memanggil kamu!" seru Yuda. Tanpa menjawab Agista langsung menutup pintu kamarnya dan melangkah menuju kamar Bu Sukma. "Cek lek," suara pintu kamar yang dibuka pelan oleh Agista. Yuda dan Agista sudah ada di hadapan Bu Sukma. "Tutup pintunya nak!" seru Bu Sukma pada Yuda. Dipeluknya Yuda dan Agista oleh Bu Sukma, dan memberi banyak nasihat pada sepasang kekasih ini. "Nak, bagi mama harta itu adalah kebahagiaan kamu. Jangan pikirkan mama! Harta itu bisa dicari lagi, kalian sebaiknya menikah ya!" Mendengar Bu Sukma bicara seperti itu Agista menangis terharu, dia tidak menyangka begitu baiknya dia. Namun berbeda dengan Yuda, dia malah membantah. "Hutang papa kepada perusahaan keluarga Yuni tak akan lunas. Sekali pun kita menyerahkan semua aset kita termasuk rumah ini mah!" bantah Yuda. "Harus dengan cara apa aku menghidupi Agista jika aku tak punya apa-apa?" Yuda menyanggah pernyataan mamanya sambil membalikkan badan karena tak sanggup melihat wajah Agista. Mamanya berhenti bicara karena apa yang diutarakan Yuda ada benarnya juga, tapi dia sendiri merasa tersiksa dengan pak Handoko suaminya. Jangankan berpikir bayar hutang, dia malah menikah sampai empat kali yang akibatnya semakin menambah beban pengeluaran. Sehingga Bu Sukma harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri meski badannya terus digerogoti penyakit yang mematikan. Di depan Bu Sukma Yuda mengutarakan isi hati yang sebenarnya pada Agista."Agista, sejujurnya aku masih mencintaimu,"
Mendengar Yuda bicara seperti itu, Agista mengangkat wajahnya dan menghampiri Yuda yang sedari tadi terus membelakanginya seraya berkata. "Yud ....,!"Yud, benarkah apa yang kau katakan itu?" Agista seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya, karena dari pertama dia ke Jakarta. Hanya pengkhianatan dan pengkhianatan yang dia lihat. "Aku bicara jujur di depan mama, bagaimana kamu bisa meragukan itu?" Yuda menjawab dengan sedikit mengangkat bahunya. Reaksi Bu Sukma pun tersenyum bahagia, dan memberi semangat pada anaknya untuk memperjuangkan apa yang menjadi haknya. "Nak, kamu berhak bahagia," ucap Bu Sukma. "Yuda akan bahagia hidup bersama aku Tante!" Yuni datang dan menyanggah pernyataan Bu Sukma. Yuda,Agista dan Bu Sukma terkejut dengan kedatangan Yuni yang secara tiba-tiba. "Kenapa kalian terkejut?" tanya Yuni. "Bukankah itu benar sayang?" Yuni langsung bert
Di dalam mobil Agista tidak bicara sepatah kata pun, meski Yusuf sebatas bertanya. "Apakah kamu sehat?" Agista tidak bergeming, dia hanya diam dengan pandangan kosong lalu meneteskan air mata. Yusuf pun paham dan mencoba mengikuti alurnya dia. Mungkin Agista ingin merasakan ketenangan meski hanya sejenak. Lama kelamaan Agista tertidur lelap, dan dia tidak sadar kepalanya jatuh di bahu Yusuf. Yusuf senyum dan hanya mengusap kepalanya berharap Agista bangun dalam keadaan bahagia. "Tidurlah! Temukan ketenangan meski hanya lewat mimpi!" ucap Yusuf sambil mengelus kepala Agista. Bahu Yusuf sudah sangat pegal, namun dia tidak tega untuk membangunkan Agista. Dia memarkirkan mobil ke pinggir jalan yang dia rasa aman untuk sekedar menghilangkan sedikit rasa pegal. Diangkatnya kepala Agista secara perlahan dari ba
Setelah melaksanakan pernikahan mewah, Yuda dan Yuni akan segera pergi ke Paris Perancis untuk bulan madu. Namun tak seperti pasangan suami istri lainnya yang sangat bahagia menikmati momen bahagia ini. Wajah Yuda nampak muram, yang ada di memorinya cuma Agista. Dia merasa benci pada dirinya sendiri, di saat dia membutuhkan seseorang untuk menyandarkan kesedihan dia malah bahagia di atas penderitaannya. Yuda tahu jika kini, Agista tengah berduka atas meninggalnya kedua orang tuanya. Walau pun dia sudah sedikit mambantu meringankan beban biaya rumah sakit namun sesungguhnya Agista membutuhkan lebih dari sekedar materi. Yuni segera mengalihkan perhatian Yuda agar terfokus hanya pada dia seorang. "Sayang, coba pegang perutku! Di sini ada buah cinta kamu!" Yuni memegang tangan Yuda lalu menemp
Yuda dan Yuni sudah seminggu di Paris, mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdua tanpa ada seorang pun yang mengganggu termasuk keluarganya sendiri. Bersikeras Yuda untuk melupakan Agista dengan terus menyetubuhi Yuni yang kini jadi istrinya, sekali pun Yuni sadar jika Yuda melakukannya tidak sepenuh hati. Di lain kesempatan di kala Yuni terus berusaha memiliki hati Yuda sepenuhnya, diam-diam Yuda menemukan sebuah chat WhatsApp yang muncul di layar handphone Yuni. Mungin Yuni lupa mengunci layar handphonenya sehingga Yuda begitu mudah membuka semua yang ada di handphone istrinya tersebut. "Yuni sayang, bagaimana kesannya bulan madu dengan laki-laki yang bukan ayah kandung dari anakmu itu?" Yuda tersentak hatinya untuk menghancurkan handphone Yuni, tapi ia urungkan. Isi chat WhatsApp tersebut dia kirimkan ke WhatsApp dia dan menghapus
Yuda dan Yuni sudah seminggu di Paris, mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdua tanpa ada seorang pun yang mengganggu termasuk keluarganya sendiri. Bersikeras Yuda untuk melupakan Agista dengan terus menyetubuhi Yuni yang kini jadi istrinya, sekali pun Yuni sadar jika Yuda melakukannya tidak sepenuh hati. Di lain kesempatan di kala Yuni terus berusaha memiliki hati Yuda sepenuhnya, diam-diam Yuda menemukan sebuah chat WhatsApp yang muncul di layar handphone Yuni. Mungin Yuni lupa mengunci layar handphonenya sehingga Yuda begitu mudah membuka semua yang ada di handphone istrinya tersebut. "Yuni sayang, bagaimana kesannya bulan madu dengan laki-laki yang bukan ayah kandung dari anakmu itu?" Yuda tersentak hatinya untuk menghancurkan handphone Yuni, tapi ia urungkan. Isi chat WhatsApp tersebut dia kirimkan ke WhatsApp dia dan menghapus
BrakYuda menggebrak meja disebuah gudang kosong di kawasan Jakarta. Dia marah sang paman telah gagal mengikuti jejak Agista.Yuda sekarang tidak bisa mengetahui keberadaan Agista, termasuk nomor teleponnya karena sepertinya Agista sudah mengganti nomor jauh-jauh hari."Kenapa paman bisa selengah itu sih mencari informasi?""Coba deh om tanya kembali ke orang yang membeli rumahnya Agista! Dia pasti tahu. Atau ke Yusuf laki-laki yang kata paman pernah mau dijodohkan sama Agista,"Paman Ali adalah adik dari Bu Sukma, dengan senang hati dia jadi tim informasi pada Yuda. Namun entah mengapa Agista cepat sekali untuk dikejar dari informasi."Tante, aku mau minta uang untuk daftar kuliah!" ujar Agista pada tante Rini.Dari mulai subuh Agista sudah bersiap diri untuk menjemput impian, dia semangat sekali untuk kuliah. Ketika cintanya h
Di tengah kegalauan Yuda tentang nomor telepon misterius itu, tiba-tiba Yuda melihat mobil Yuni terparkir di sebuah kafe. Tanpa ingin berlama-lama cepat-cepatlah Yuda pun memarkir mobilnya di tempat yang aman.Yuda memakai masker wajah medis yang hanya kelihatan dua bola mata saja supaya tidak terlihat oleh Yuni.Kursi Yuni pun sudah terlihat, dia tengah duduk bersama seorang laki-laki yang tidak dikenal oleh Yuda.Dari kejauhan, Yuni nampak menandatangani selembar kertas. Yuda tidak tahu persis kertas apa yang ditandatangani oleh Yuni tersebut. Namun dari ukurannya Yuda sepertinya tahu."Itu seperti selembar cek, tapi untuk apa? Dan dia siapa?" gumam Yuda dalam batinnya.Lelaki itu nampak akrab sekali dengan Yuni, dia membelai rambutnya, mengusap wajahnya dan menyolek dagu Yuni dengan mesra."Apa mungkin itu lelaki pemilik nomor t
"Aku tidak mau berpikir dulu tentang itu Gin, aku ingin fokus dulu kuliah dan kerja. Kamu tahu kan aku ini hidup sebatang kara?" jelas Agista pada Gino.Mendengar penjelasan dari Agista, Gino mengurungkan niatnya untuk mengungkapkan perasaannya. Gino terlampau bangga pada Agista yang tidak hanya cerdas tapi dia juga mandiri."Ngomong-ngomong ada apa dengan penampilanmu Gin?" Agista balik bertanya.Gino tidak menjawab pertanyaan Agista, dia pura-pura tidak mendengarnya. Namun Agista kembali penasaran dan balik bertanya tapi dengan cara yang berbeda."Oh ya Gin, dengan style kamu seperti ini pasti banyak cewek yang tertarik sama kamu," ungkap Agista.Alih-alih ingin mendapat jawaban tapi Gino malah balik bertanya dan membuat Agista bingung."Apa kamu juga tertarik demgan style ku ini?" Gino balik bertanya pada Agista.Agis
Berita tentang rencana pernikahan Agista sampai juga di telinga Yuda, dia ingin sekali menggagalkan pernikahannya namun dia punya cukup bukti jika anak yang dikandung Yuni bukanlah darah dagingnya."Gue bisa gila jika Agista nikah sama Gino, gue cari bukti ke mana lagi yah jika Yuni sudah jebak aku!" Yuda bicara pada dirinya sendiri."Sayang!" bisik Yuni sambil memeluk Yuda dari belakang dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Yuda.Bibirnya melumat daun telinga Yuda dan kedua tangannya membelai dada bidangnya. Setelah itu badannya berputar ke depan hingga berhadapan dengan wajah Yuda.Yuda yang tengah duduk di atas kursi putar ruang kerjanya merasa jengah dengan sikap Yuni yang terus menguasai dirinya."Kamu ngaku saja jika kamu sudah bayar orang untuk mrnjebak Agista, supaya Agista tercoreng namanya!" sarkas Yuda.Yuni sangat murka dengan pertanyaan Yuda, semua benda
"Mah!" panggil Gino pada ibu Monika.Monika yang sedang tidur dengan posisi miring ke kiri segera membalikkan posisi badannya ke arah sumber suara."Kenapa kamu bawa wanita murahan ini ke hadapan Mama Gino?" Monika malah tak terima jika Agista ada di depannya.Gino meraih tangan Monika lalu menciumnya, lalu berujar."Aku membawa bukti jika Agista sudah dijebak oleh seseorang! Mama tolong lihat dulu! Aku mohon Mah aku sangat sayang pada Agista aku ingin segera menikahinya!" bujuk rayu Gino pada Monika sang Mama, wanita yang sama-sama disayangi oleh Gino.Meski agak lama menunggu Monika pun mau melihat video Andika yang dia rekam."Coba Mama lihat!" seru Monika dengan mengubah posisinya menjadi duduk.Kurang lebih lima menit video itu diputar, Monika luluh dan akhirnya mau menerima Agista sebagai menantunya."Kala
"Kamu makan dulu, biar aku suapi yah!" tawar Gino sambil menyodorkan satu sendok nasi goreng ke mulut Agista.Agista terharu mendapat perlakuan spesial dari Gino. Perhatiannya membuat Agista benar-benar membunuh rasa cintanya pada Yuda."Gin, terimakasih yah!" lirih Agista."Kamu jangan bicara apapun selain fokus makan, aku tidak mau kamu sakit!" respon Gino yang terlalu fokus nyuapi Agista karena sudah lama menahan lapar.Agista pun diam dan fokus menghabiskan nasi gorengnya sampai habis."Maafkan aku Gis, aku tidak mau memperlihatkan rekaman kedua Andika tentang jebakan Yuni pada Yuda. Aku takut kehilanganmu jika kamu kembali simpati pada Yuda," Gino bergumam dalam batinnya.Makan telah usai, Agista dan Gino segera bersiap untuk berangkat ke rumah ibu Monika. Dengan hati yang masih belum stabil, Agista pasrah karena Gino sudah berhasil meyakinkan dirinya jika dengan rekama
"Oke gue mau jujur, tapi aku minta tambahkan nominalnya!" tawar Andika."Lo belum buka tabir itu meski sekata pun, lantas sekarang lo minta gue tambahin! Lo anggap gue sebodoh itu!""Jika kejujuran itu lo ungkapin ke media sosial, image lo juga bakal bersih! Jadi terserah lo, lebih memilih gue lapor polisi atau bicara jujur?"Andika memang jiwa penipunya sangat handal, namun Gino sangat cerdas dan tidak mau dikelabuhi begitu saja. Dia sangat ingin Agista jadi miliknya tanpa bayangan image buruk."Gue disuruh oleh seseorang untuk mengerjai Agista seolah-olah Agista sudah gue tiduri, padahal aku sumpah demi ibuku jika aku tidak menyentuhnya. Aku hanya mengambil scan foto memeluknya tapi tidak lebih itu,"Gino merekam pernyataan Andika untuk barang bukti."Siapa yang memyuruh lo?" Gino masih penasaran."Tambahkan dulu nominalnya! Baru gue bicara!" p
Gino segera menyusul ke rumah sakit, karena asisten Monika sigap mengantarnya ke sana. "Dok, Mama saya kenapa?" tanya Gino pada dokter yang ada di IGD. "Ibu anda mengalami tekanan darah tinggi, setelah sadar anda boleh membawanya pulang kembali! Saya kasih resep obat tapi anda harus tetap mengawasi ibu anda agar tidak menemukan tekanan pikiran yang berat yang memicu hypertensinya kembali naik!" ungkap dokter. Gino tak mampu berkata-kata. Monika pingsan karena tekanan berpikir tentang hubungannya dengan Agista. Dia kembali ke ruang IGD untuk melihat perkembangan selanjutnya. "Mah, aku sayang Mama tapi aku juga tidak mau kehilangan Agista. Agista adalah hidupku!" lirih Gino sambil memegang tangan Monika. Agista merasa bersalah dengan kondisi kesehatan Monika. Dia naik taksi untuk menemui sekaligus mohon maaf. "Gis! Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Agista. "Kenap
"Sayang, aku udah bayar kosan kamu untuk tiga bulan pertama. Semoga semuanya dimudahkan jadi kamu nggak usah mikirin biaya kosan yah! Yang paling utama kamu nyaman di sini!" ungkap Gino.Fasilitas kosan tersebut lumayan agak mewah karena ada Ac, sping bad, WC, dapur mini, sofa dan CCTV.Gino duduk terlebih dahulu di tepi ranjang sembari menunggu Agista merapikan barang-barangnya."Sayang, hari ini kita nggak ada jadwal kuliah. Jadi kamu bisa santai-santai!" ujar Gino sambil tiduran di sofa."Tapi Gin, aku harus ke butik!" timpal Gino.Baru saja Gino rebahan di atas sofa sambil nungguin Agista beres-beres, notifikasi ponsel dari aplikasi WA berbunyi.Timbunan beberapa pesan chat dari WA grup kampus yang membuat mata Gino tersulut emosi kembali.Beberapa foto dan video adegan mesra antara Agista dan Andika juga dengan dirinya.Kemaraha
"Aku percaya kamu!" Gino bicara dengan nada pelan tapi dengan posisi kepala dan tangan menunduk ke setir mobil.Agista yang mendengar hal itu langsung tersenyum dan mengangkat bahu Gino agar dia bangkit dari posisinya."Gin!" panggil Agista.Setelah posisi Gino duduk tegap kedua pasang mata kekasih itu saling bertatapan, Gino mengelus wajah Agista dan mengusap air matanya."Gis!""Bolehkah aku mencium keningmu!" pinta Gino.Agista mengangguk dan bibir Gino pun mendarat untuk yang pertama kalinya dengan manis di dahi Agista.Setelah Gino mencium dahi Gino, bibirnya seperti magnet untuk turun ke bibir Agista. Namun Agista menahan bibir Gino dengan kelima jarinya."Aku mohon jangan dulu Gin, aku belum siap!"Gino tidak bisa memaksanya, Gino sangat mencintai Agista dari pertama kali berjumpa. Gino
"Kamu sudah diberi uang tapi belum ada aksi apa pun, coba kamu hubungi Mona tingkat 1 mungkin bisa kerjasama dengan kamu!" Yuni ngomel sama Andika karena tidak ada aksi sama sekali meski sudah diberi imbalan. "Sayang, aku itu baru diangkat jadi ketua BEM dua bulan lalu. Jadi aku benar-benar harus hati-hati!" jawab Andika. *** "Gue menyimpulkan jika Gino itu pura-pura culun, padahal dia sebenarnya punya banyak modal untuk membuat style dia untuk semenarik mungkin. Kok Agista yang kucel itu bisa jadi pacarnya juga, duh gue jadi bsnyak PR begini sih," gerutu Mona. "Padahal gue cantik, tinggi, styleku juga oke. Gue dong yang harusnya jadi pacar Gino!" dengan melenggak lenggokan tubuhnya di depan cermin Mona bicara sendiri. "Ya gue harus jadi pacar Gino!" Mona meyakinkan dirinya jika Gino bakal balik arah pada Mona. Keesokan harinya seperti biasa, Mona sudah ada di kelas dengan mempersia
Ketika Wini sedang menyimak apa yang diterangkan oleh Agista tentang style fashionnya. Gino tiba-tiba menghampiri Agista untuk mengajaknya makan siang."Sayang, kamu belum makan nih," ujar Gino sambil menempelkan dagu di bahunya Agista.Sontak semua karyawan dibikin baper dengan kelakuan Gino termasuk Wini sendiri."Aku kerja dulu Gin," Agista menolak ajakan Gino dengan nada pelan karena malu sama Wini.Agista tidak sadar jika ponsel Wini mengabadikan momen manis Gino dan Agista tersebut untuk bahan laporan pada Mona."Bang Gino nih nakal banget kalau ada Mamanya pasti udah dijewer!" celoteh salah satu karyawan Bu Monika.Wini mencuri kesempatan untuk cari informasi tentang posisi Gino itu siapa di butik itu."Mba itu yang lagi ngobrol mesra sama cowok itu siapa sih?" tanya Wini."Itu si cowok anak yang punya butik ini, dan kar