"Aku tidak mau berpikir dulu tentang itu Gin, aku ingin fokus dulu kuliah dan kerja. Kamu tahu kan aku ini hidup sebatang kara?" jelas Agista pada Gino.
Mendengar penjelasan dari Agista, Gino mengurungkan niatnya untuk mengungkapkan perasaannya. Gino terlampau bangga pada Agista yang tidak hanya cerdas tapi dia juga mandiri."Ngomong-ngomong ada apa dengan penampilanmu Gin?" Agista balik bertanya.
Gino tidak menjawab pertanyaan Agista, dia pura-pura tidak mendengarnya. Namun Agista kembali penasaran dan balik bertanya tapi dengan cara yang berbeda.
"Oh ya Gin, dengan style kamu seperti ini pasti banyak cewek yang tertarik sama kamu," ungkap Agista.Alih-alih ingin mendapat jawaban tapi Gino malah balik bertanya dan membuat Agista bingung.
"Apa kamu juga tertarik demgan style ku ini?" Gino balik bertanya pada Agista.Agis
"Kalau boleh tahu mereka tadi itu siapa Gis?" tanya Gino sambil melajukan kembali setir mobilnya menuju rumah om dan tantenya Agista.Agista tetap diam tidak menjawab, kedua tangannya menggesek-gesekkan ujung pakaiannnya."Stop!"Agista menyuruh Gino untuk menghentikan laju mobilnya."Rumah om dan tanteku ada di depan sana, mobilnya nggak mungkin masuk Gin, jadi sampai sini saja yah!"Gino memgangguk tapi dia tetap diam untuk memastikan jika Agista baik-baik saja sampai tiba di rumah om dan tantenya."Aku antar ke sana!" tawar Gino."Nggak usah!" Agista melarangnya dan langsung berlalu dari hadapan Gino."Tok tok tok!"Agista mengetuk pintu rumah om Dudi dan tante Rini."Kamu kira rumah ini hotel, bisa datang dan pergi sesuka hatimu. Kamu habis jual diri yah!" ucap
Agista tabrakan dengan lelaki yang saat itu bersama Yuni sebelum datang Yuda ke kafe tempat yang sama Agista makan malam bersama Gino.Agista sangat ingat meski pun baru sekali dan itu dari jarak jauh pula. Namu lelaki itu tidak mengindahkan kejadian tersebut. Dia langsung masuk ke dalam restoran."Hati-hati dong Gis!" Gino mengingatkan."Iya Gin!"Gino dan Agista langsung masuk ke mobil dan lasngsung berangkat ke butik. Karena Agista harus kerja."Oh iya Gis, ini persaratan yang harus kamu tempuh untuk mendapatkan beasiswa itu!" Gino menyerahkan semua berkas-berkasnya ke Agista.Selama di perjalanan Agista mengingat-ingat jika lelaki tadi adalah orang yang bersama Yuni. Tapi dia menepismya karena menurutnya apa gunanya memikirkan seseorang yang tidak berhubungan dengan dia. "Oh iya Gis, aku mengingatkan minggu besok kita mulai
Sementara Agista ke kamar mandi untuk membersihkan mukanya Gino dicecar banyak pertanyaan oleh Mamanya."Apa kamu ada masalah dengan Agista?" tanya mamanya Gino.Gino hanya menggelengkan kepalanya, mulutnya tertutup rapat tanpa sepatah kata pun. Sampai Agista keluar dari kamar mandi wajahnya kembali cerah ceria tampak segar dan cantik alami tanpa make up.Gino berlalu pergi masuk ke rumahnya yang berhadapan langsung dengan butik milik mamanya. Begitu juga dengan Agista dia lanjut bekerja tanpa terlihat habis ada masalah."Gis, kamu pacaran yah sama Gino? tanya salah seorang karyawan butik."Kita cuma teman kok, nggak lebih," Agista menjawab pertanyaan sesama karyawan butik itu dengan datar dan santai.***Setelah pertemuan yang tidak disengaja antara Yuda dan Agista. Keduanya menjadi sama-sama gelisah.Apalagi Y
Jadwal OSPEK pun tiba, Agista sangat bingung karena harus berabgkat sangat pagi. Dengan cara apa dia berangkat ke kampus jika dengan jalan kaki.Namun lagi-lagi Gino yang mampu jadi penolong, dia sudah stand by memarkirkan mobilnya di sebrang jalan rumahnya untuk menjemput Agista."Itu Gino!" gumam Agista.Gino langsung keluar dan membukakan pintu mobil dan mempersilakan Agista masuk.Setelah masuk dan duduk di samping jok mobil Agista mengucapkan terima kasih dengan penuh haru."Gin, terima kasih ya kamu selalu ada saat aku butuh pertolongan," nada Agista lirih memancing Gino untuk menoleh ke samping untuk melihat wajah Agista."Gis!" panggil Gino.Agista pun menolahnya, Gino memberinya tisu untuk mengelap air matanya. Agista pun meraihnya dan segera mengelap air matanya."Uang hasil penjualan rumah di kampung tidak bisa aku nilmati
"Aku jilatin nih bekas bibir kamu, biar aku jatuh cinta!"Agista menantang Gino dengan sengaja menjilat bekas bibirnya dibagian atas botol.Gino pun tertawa renyah melihat tingkah Agista yang lucu tersebut."Ammin Yarobal Alamin!"Gino lanjut balas mengaminkan ucapan Agista tersebut sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajah culun dia."Ucapan adalah do'a!" sambung Gino dengan menyalakan kembali mobilnya dan melaju ke arah kampus.Gino tak hentinya senyum-senyum sendiri karena tingkah Agista.Hingga sampai di area parkir kampus, Gino segera mencari tempat kosong untuk memastikan mobilnya aman terkendali."Ayo turun!" ajak Gino.Gino dan Agista terlambat lima menit, mereka langsung lari berhamburan ke aula kampus.Sebuah pemandangan yang sangat di luar dugaan Agista, ternyata ketua panitia ospek di k
"Apa nggak ada ancaman yang lebih manis dari pada ini?" Agista balik bertanya sambil mendekatkan wajahnya pada Gino, lalu Agista membalikkan badannya setelah menerima dua lembar uang untuk ongkos ojeg online.Namun ketika tangan kanan Agista memegang pintu mobil dan hampir membukanya. Gino memegang tangan Agista dan menerima tantangan Agista seraya berkata."Ancaman aku akan lebih manis jika kamu menerima aku sebagai pacarmu!""Gin tolong hentikan kekonyolan ini!"Gino tidak menghiraukan seruan Agista, Gino malah mencium punggung tangan Agista dengan penuh kelembutan.Pintu mobil terbuka sedikit, tangan Agista spontan terlepas gara-gara suara mamanya Gino memanggilnya."Gis!""Iya buk!" jawab Agista dengan segera membuka lebar pintu mobil Gino dan mencium tangan mamanya Gino.Gino pun ikut keluar dan segera mencium pipi mamanya dan merangkul mamanya di depa
Ibu Monika melihat-lihat hasil dari jepretan Om Ridwan dan memperlihatkan pula pada Agista."Lihat, kalian serasi banget tahu!""Aamin Yarobal Alamin,"Gino menyahut ungkapan ibu Monika dengan mengaminkan ucapannya.Ibu Monika pun tersenyum merekah karena melihat aura bahagia di wajah putranya tersebut."Gin, kita,berhenti di depan!"Ibu Monika kembali menyerukan Gino untuk parkir di sebuah tempat yang akan dia singgahi lagi."Tapi Bu, saya kan harus kerja di butik Ibu?" sergah Agista."Pemotretan tadi itu adalah bagian dari pekerjaan kamu, dan ini bayarannya!"Ibu Monika memberinya amplop kuning berisi uang, yang dia lihat langsung."Apa ibu tidak salah hitung? Ini jumlahnya banyak sekali Bu!" wajah Agista seketika pucat pasi karena uang yang ada di amplop banyak sekali.
"Ambil baju ini dan segera coba! Keluar sebentar karena aku ingin melihatnya,"Tanpa basa basi lagi Agista menuju kamar pas, dia mencoba pakaian kaos lengan panjang dengan kardigan tanpa lengan berbahan jeans.Agista keluar sebentar untuk memperlihatkan ke Gino."Gin! Bagaimana nih?"Gino mengacungkan jempol sambil melempar senyum manis."Wajah pacar Mas itu cantik dengan postur tubuhnya yang tidak terlalu tinggi tidak pendek juga, memakai baju apa pun sangat menarik. Meski pun memakai hijab, penampilannya tetap modis karena perpaduan celana jeans dan kardigan berbahan jeans juga," ungkap kasir yang berada di samping Gino.Gino tersenyum penuh bahagia ketika kasir tersebut menyangka jika mereka pacaran. Gino membalas kasir tersebut dengan sebuah kata."Perfect!"Setelah mencoba beberapa potong baju yang semuanya bermodel sporty
Berita tentang rencana pernikahan Agista sampai juga di telinga Yuda, dia ingin sekali menggagalkan pernikahannya namun dia punya cukup bukti jika anak yang dikandung Yuni bukanlah darah dagingnya."Gue bisa gila jika Agista nikah sama Gino, gue cari bukti ke mana lagi yah jika Yuni sudah jebak aku!" Yuda bicara pada dirinya sendiri."Sayang!" bisik Yuni sambil memeluk Yuda dari belakang dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Yuda.Bibirnya melumat daun telinga Yuda dan kedua tangannya membelai dada bidangnya. Setelah itu badannya berputar ke depan hingga berhadapan dengan wajah Yuda.Yuda yang tengah duduk di atas kursi putar ruang kerjanya merasa jengah dengan sikap Yuni yang terus menguasai dirinya."Kamu ngaku saja jika kamu sudah bayar orang untuk mrnjebak Agista, supaya Agista tercoreng namanya!" sarkas Yuda.Yuni sangat murka dengan pertanyaan Yuda, semua benda
"Mah!" panggil Gino pada ibu Monika.Monika yang sedang tidur dengan posisi miring ke kiri segera membalikkan posisi badannya ke arah sumber suara."Kenapa kamu bawa wanita murahan ini ke hadapan Mama Gino?" Monika malah tak terima jika Agista ada di depannya.Gino meraih tangan Monika lalu menciumnya, lalu berujar."Aku membawa bukti jika Agista sudah dijebak oleh seseorang! Mama tolong lihat dulu! Aku mohon Mah aku sangat sayang pada Agista aku ingin segera menikahinya!" bujuk rayu Gino pada Monika sang Mama, wanita yang sama-sama disayangi oleh Gino.Meski agak lama menunggu Monika pun mau melihat video Andika yang dia rekam."Coba Mama lihat!" seru Monika dengan mengubah posisinya menjadi duduk.Kurang lebih lima menit video itu diputar, Monika luluh dan akhirnya mau menerima Agista sebagai menantunya."Kala
"Kamu makan dulu, biar aku suapi yah!" tawar Gino sambil menyodorkan satu sendok nasi goreng ke mulut Agista.Agista terharu mendapat perlakuan spesial dari Gino. Perhatiannya membuat Agista benar-benar membunuh rasa cintanya pada Yuda."Gin, terimakasih yah!" lirih Agista."Kamu jangan bicara apapun selain fokus makan, aku tidak mau kamu sakit!" respon Gino yang terlalu fokus nyuapi Agista karena sudah lama menahan lapar.Agista pun diam dan fokus menghabiskan nasi gorengnya sampai habis."Maafkan aku Gis, aku tidak mau memperlihatkan rekaman kedua Andika tentang jebakan Yuni pada Yuda. Aku takut kehilanganmu jika kamu kembali simpati pada Yuda," Gino bergumam dalam batinnya.Makan telah usai, Agista dan Gino segera bersiap untuk berangkat ke rumah ibu Monika. Dengan hati yang masih belum stabil, Agista pasrah karena Gino sudah berhasil meyakinkan dirinya jika dengan rekama
"Oke gue mau jujur, tapi aku minta tambahkan nominalnya!" tawar Andika."Lo belum buka tabir itu meski sekata pun, lantas sekarang lo minta gue tambahin! Lo anggap gue sebodoh itu!""Jika kejujuran itu lo ungkapin ke media sosial, image lo juga bakal bersih! Jadi terserah lo, lebih memilih gue lapor polisi atau bicara jujur?"Andika memang jiwa penipunya sangat handal, namun Gino sangat cerdas dan tidak mau dikelabuhi begitu saja. Dia sangat ingin Agista jadi miliknya tanpa bayangan image buruk."Gue disuruh oleh seseorang untuk mengerjai Agista seolah-olah Agista sudah gue tiduri, padahal aku sumpah demi ibuku jika aku tidak menyentuhnya. Aku hanya mengambil scan foto memeluknya tapi tidak lebih itu,"Gino merekam pernyataan Andika untuk barang bukti."Siapa yang memyuruh lo?" Gino masih penasaran."Tambahkan dulu nominalnya! Baru gue bicara!" p
Gino segera menyusul ke rumah sakit, karena asisten Monika sigap mengantarnya ke sana. "Dok, Mama saya kenapa?" tanya Gino pada dokter yang ada di IGD. "Ibu anda mengalami tekanan darah tinggi, setelah sadar anda boleh membawanya pulang kembali! Saya kasih resep obat tapi anda harus tetap mengawasi ibu anda agar tidak menemukan tekanan pikiran yang berat yang memicu hypertensinya kembali naik!" ungkap dokter. Gino tak mampu berkata-kata. Monika pingsan karena tekanan berpikir tentang hubungannya dengan Agista. Dia kembali ke ruang IGD untuk melihat perkembangan selanjutnya. "Mah, aku sayang Mama tapi aku juga tidak mau kehilangan Agista. Agista adalah hidupku!" lirih Gino sambil memegang tangan Monika. Agista merasa bersalah dengan kondisi kesehatan Monika. Dia naik taksi untuk menemui sekaligus mohon maaf. "Gis! Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Agista. "Kenap
"Sayang, aku udah bayar kosan kamu untuk tiga bulan pertama. Semoga semuanya dimudahkan jadi kamu nggak usah mikirin biaya kosan yah! Yang paling utama kamu nyaman di sini!" ungkap Gino.Fasilitas kosan tersebut lumayan agak mewah karena ada Ac, sping bad, WC, dapur mini, sofa dan CCTV.Gino duduk terlebih dahulu di tepi ranjang sembari menunggu Agista merapikan barang-barangnya."Sayang, hari ini kita nggak ada jadwal kuliah. Jadi kamu bisa santai-santai!" ujar Gino sambil tiduran di sofa."Tapi Gin, aku harus ke butik!" timpal Gino.Baru saja Gino rebahan di atas sofa sambil nungguin Agista beres-beres, notifikasi ponsel dari aplikasi WA berbunyi.Timbunan beberapa pesan chat dari WA grup kampus yang membuat mata Gino tersulut emosi kembali.Beberapa foto dan video adegan mesra antara Agista dan Andika juga dengan dirinya.Kemaraha
"Aku percaya kamu!" Gino bicara dengan nada pelan tapi dengan posisi kepala dan tangan menunduk ke setir mobil.Agista yang mendengar hal itu langsung tersenyum dan mengangkat bahu Gino agar dia bangkit dari posisinya."Gin!" panggil Agista.Setelah posisi Gino duduk tegap kedua pasang mata kekasih itu saling bertatapan, Gino mengelus wajah Agista dan mengusap air matanya."Gis!""Bolehkah aku mencium keningmu!" pinta Gino.Agista mengangguk dan bibir Gino pun mendarat untuk yang pertama kalinya dengan manis di dahi Agista.Setelah Gino mencium dahi Gino, bibirnya seperti magnet untuk turun ke bibir Agista. Namun Agista menahan bibir Gino dengan kelima jarinya."Aku mohon jangan dulu Gin, aku belum siap!"Gino tidak bisa memaksanya, Gino sangat mencintai Agista dari pertama kali berjumpa. Gino
"Kamu sudah diberi uang tapi belum ada aksi apa pun, coba kamu hubungi Mona tingkat 1 mungkin bisa kerjasama dengan kamu!" Yuni ngomel sama Andika karena tidak ada aksi sama sekali meski sudah diberi imbalan. "Sayang, aku itu baru diangkat jadi ketua BEM dua bulan lalu. Jadi aku benar-benar harus hati-hati!" jawab Andika. *** "Gue menyimpulkan jika Gino itu pura-pura culun, padahal dia sebenarnya punya banyak modal untuk membuat style dia untuk semenarik mungkin. Kok Agista yang kucel itu bisa jadi pacarnya juga, duh gue jadi bsnyak PR begini sih," gerutu Mona. "Padahal gue cantik, tinggi, styleku juga oke. Gue dong yang harusnya jadi pacar Gino!" dengan melenggak lenggokan tubuhnya di depan cermin Mona bicara sendiri. "Ya gue harus jadi pacar Gino!" Mona meyakinkan dirinya jika Gino bakal balik arah pada Mona. Keesokan harinya seperti biasa, Mona sudah ada di kelas dengan mempersia
Ketika Wini sedang menyimak apa yang diterangkan oleh Agista tentang style fashionnya. Gino tiba-tiba menghampiri Agista untuk mengajaknya makan siang."Sayang, kamu belum makan nih," ujar Gino sambil menempelkan dagu di bahunya Agista.Sontak semua karyawan dibikin baper dengan kelakuan Gino termasuk Wini sendiri."Aku kerja dulu Gin," Agista menolak ajakan Gino dengan nada pelan karena malu sama Wini.Agista tidak sadar jika ponsel Wini mengabadikan momen manis Gino dan Agista tersebut untuk bahan laporan pada Mona."Bang Gino nih nakal banget kalau ada Mamanya pasti udah dijewer!" celoteh salah satu karyawan Bu Monika.Wini mencuri kesempatan untuk cari informasi tentang posisi Gino itu siapa di butik itu."Mba itu yang lagi ngobrol mesra sama cowok itu siapa sih?" tanya Wini."Itu si cowok anak yang punya butik ini, dan kar