"Kita berpisah hanya sementara, aku akan pergi ke Jakarta untuk mengejar cita-cita," ujar Yuda seraya melepaskan kancing baju seragam SMA Agista dan melucuti semua bajunya hingga tak ada selembar kain pun yang menempel di tubuh Agista.
Suasana rumah sang nenek yang sepi dan jauh dari penduduk lainnya membuat pertarungan ranjang mereka semakin panas dan banjir desahan asmara. Namun setelah mereka saling melepas rasa kepuasan, Agista menundukkan kepalanya dan bulir-bulir bening dari matanya mengalir deras karena menyesal mahkotanya sudah diserahkan begitu saja pada Yuda. "Kenapa kamu nangis sayang? Bukankah kamu mencintaiku dan kita sangat menikmatinya?" Yuda mengangkat dagu Agista, menatap matanya dan merangkai kata-kata rayuan. "Bagaimana jika aku hamil? Sedangkan kamu akan pergi jauh dari kampung ini," sanggah Agista sangat meragukan kesetiaan Yuda. "Aku akan kembali dan menikahi mu, percayalah aku sangat mencintaimu dan bertanggung jawab!" Yuda tak berhenti merayu Agista untuk memberikan kegadisannya dengan segudang janji manis.
Setelah puas Yuda segera beranjak pergi dan mengucapkan kata-kata perpisahan.
"Hilangnya mahkotamu akan ku balas dengan kesetiaan! Jangan takut!" Rayuan mautnya Yuda membuat Agista tak berdaya walau pun Agista tidak berhenti menangis.Agista dan Yuda berpacaran dari mulai mereka masuk SMA hingga akhirnya mereka sama-sama lulus dan merayakan kelulusannya itu dengan bercinta. Berulang kali Yuda mengkhianati tapi Agista selalu memaafkan, setiap tahun ajaran baru pasti ada saja murid baru yang didekati oleh Yuda. Berkali-kali Yuda mengkhianati berkali-kali pula Agista memaafkan. Hingga tibalah pada hari kelulusan Yuda merenggut paksa keperawanan Agista di rumah nenek Yuda. Kini Yuda dijemput sang ayah untuk berangkat ke Jakarta. Karena orang tua Yuda adalah keluarga terpandang Agista segan untuk mendekati mereka. Untuk melepas kepergian sang kekasih Agista hanya mampu bersembunyi dibalik pohon besar yang ada di pinggir danau. Tempat mereka berdua memadu kekasih jika pulang sekolah. Tak ada nomor telepon yang bisa dihubungi, tak ada pula alamat yang Yuda tinggalkan kepada Agista. Dia hanya ikhlas kepada takdir jika suatu hari nanti Yuda berkhianat. "Hai, Bunga teratai! Kini nasibku sama dengan dirimu," Setelah Yuda hilang dari pandangan mata Agista duduk termenung di tepi danau dan bicara pada bunga teratai yang tumbuh banyak di sana. "Kegadisanku sudah tidak ada, begitu pula dengan laki-laki yang aku cintai dan merenggutnya,"bulir-bulir bening pun yang mengalir di pipi manis Agista mengiringi setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Haruskah aku menyesal?" ucapan Agista seolah membuat bunga teratai pun ikut bersedih karena pada saat yang bersamaan banyak sekali yang layu. Bunga teratai itu cepat mekar dan indah namun cepat pula layu, tapi bunga teratai mampu bertahan tumbuh walau pun di genangan air yang kotor sekali pun. Mungkin itulah kenapa Agista lebih memilih berteman dengan bunga teratai jika dia memiliki masalah ketimbang curhat pada teman-temannya. "Tidak!" Agista menjawab pertanyaannya sendiri. Dia bersikukuh untuk tidak menyesal dengan perbuatan yang sudah dia lakukan dengan Yuda dan dia akan tetap setia dan cinta pada Yuda. Hari-hari pun ia lalui dengan membantu ibunya membuat kue kering untuk didagangkan ke pasar. Setiap hari Agista mengirim kue buatan ibunya ke pasar dengan naik sepeda. Setiap hari pula dia selalu tidak pernah lupa untuk meminum ramuan untuk mencegah kehamilan. Hingga pada suatu hari, dia mengalami sakit perut yang sangat hebat dan mengeluarkan banyak darah dari kemaluannya. Ibunya pun panik dan segera memanggil mantri kesehatan dari puskesmas terdekat. "Maaf Bu, anak ibu mengalami keguguran," jawaban sang mantri membuat ibu syok dan tensi darahnya langsung naik.
"Bagaimana bisa kamu keguguran, nikah pun belum? Siapa yang sudah merenggut kehormatan kamu nak?" Ayah Agista mencecar Agista dengan pertanyaan yang membuatnya tak mampu menjawab apa pun.
Mulut Agista tertutup rapat, namun wajahnya banjir dengan air mata.Setelah semua keadaan memungkinkan Agista pun memilih untuk bicara sejujurnya pada kedua orang tuanya.
Mendengar penuturan Agista kedua orang tuanya kembali dilanda kegelisahan karena Yuda adalah putra dari salah satu orang terpandang di kampungnya. Bagaimana caranya mereka bisa minta pertanggung jawaban? Apa yang bisa membuktikan jika Yuda lah yang sudah membuat Agista hamil dan akhirat keguguran. Setengah mati pun orang tua Agista tidak punya alasan untuk menemui keluarga Yuda apalagi meminta pertanggung jawaban mereka. Namun karena kedua orang tuanya Agista begitu sangat menyayangi anaknya, mereka tidak mau anaknya berharap lebih akan kesetiaan Yuda dan diperbudak oleh cinta. Kedua orang tuanya Agista berniat untuk menjodohkan Agista dengan anak dari sahabat mereka yang ada di kampung sebelah. "Nak, untuk menjaga harga diri keluarga kita. Menikahlah dengan Yusuf anak teman Ayah! Anaknya sudah dewasa dan bekerja di kantor Kepada Desa," tawar sang Ayah kepada Agista. Namun Agista bersikukuh tidak mau, dan akan tetap menunggu kedatangan Yuda untuk menikahinya. "Ayah sangat tahu siapa dan bagaimana keluarga Yuda, Ayahnya saja beristri empat. Jadi tidak menutup kemungkinan jika anaknya pun akan sama," jelas Ayahnya Agista. "Yuda tidak seperti itu Ayah, kami sudah tiga tahun berhubungan," Agista terus menyanggah pernyataan Ayahnya. Tanpa sepengetahuan Agista, Ayah dan Ibunya mengundang Yusuf dan orang tuanya untuk datang ke rumah. Mereka pun berkenalan, Agista hanya menunduk saja tidak mengucapkan kata-kata walau hanya sepatah kata pun.Namun Yusuf sangat bijak karena secara umur dia sudah dewasa, dan mengajak Agista untuk duduk di teras depan rumahnya agar bisa ngobrol berdua. Mereka saling bertukar nomor W******p dan saling bicara satu sama lain. "Kakak akan kecewa jika menikahi ku!" Agista langsung mengawali pembicaraannya dengan Yusuf. "Kenapa kamu langsung menghukumi seperti itu? saling kenal saja belum," sahut Yusuf seraya mengangkat bahunya bahunya. "Karena aku sudah tidak perawan lagi kak," dengan lantang Agista menyatakan hal yang sebenarnya pada Yusuf tanpa ada rasa sedikit pun malu. Karena bagi Agista kejujuran itu modal utama dalam hidup. Bukannya kecewa Yusuf malah bangga sama sikap Agista tersebut. Dia malah ingin lebih jauh mengenalnya. "Gis, aku tidak akan mencari perempuan yang masih perawan atau tidak. Aku hanya akan mencari perempuan yang bisa menerima aku apa adanya," jawaban Yusuf membuat Agista tercengang. Agista mengira kejujurannya akan membuat Yusuf mundur dari perjodohan tersebut, namun itu di luar ekspektasinya. Setiap hari Yusuf selalu mengirim pesan W******p walau hanya sekedar bertanya ,"Kamu sehat kan Gis?"
Sebaliknya Agista selalu merespon Yusuf dengan datar-datar saja. Seminggu sekali Yusuf selalu berkunjung ke rumahnya dengan selalu membawa buah-buahan kesukaan Ibu dan ayah Agista. Hingga pada bulan ke lima mereka saling mengenal, Yusuf nekad untuk menikahi Agista. Namun ....,Bersambung
***
Akan ada hal seru apa yang akan terjadi dengan kehidupan Agista? Apakah dia akan menerima Yusuf ? ataukah bertahan Yusuf Yuda?
Jawabannya akan kalian temukan di bab selanjutnya!
Namun Agista tetap pada pendiriannya, dia tidak menganggap jika dirinya seperti sampah. Setelah lulus SMA dan setelah Yuda merenggut mahkotanya, Agista lebih sering menghabiskan waktunya di tepi danau melihat dan ngajak ngobrol teratai - teratai yang ada di sana. Dan di sana pula dulu Agista dan Yuda sering memadu kasih. Sore itu teratai yang dilihat Agista kebanyakan sudah layu namun sebagian ada pula ada yang baru mekar. "Hai, teratai aku sudah jujur pada Yusuf. Tapi mengapa dia tetap ingin menikahi ku? Kenapa dia tidak merasa jijik dengan aku?" Agista bertanya pada bunga teratai yang dia anggap sebagai sahabatnya. "Wahai, teratai! Semakin dia menolak semakin ingin aku memilikinya," Yusuf datang tiba-tiba dan sama-sama bicara pada bunga teratai. Yusuf pun melangkahkan kakinya ke tepi danau dan memetik satu bunga teratai seraya berujar ke
"Sayang ayo kita pulang! Kamu lagi ngapain sih?" teriak Yuni. Yuni adalah perempuan yang kini dekat dengan Yuda, mereka bertunangan setelah perusahaan keluarga Yuda hampir bangkrut. "Kamu menginginkan aku untuk jauh dari kamu dan melupakan semua yang sudah terjadi dengan kita," ungkap Agista. "Kalau memang iya kenapa Gis? Aku sekarang punya kehidupan baru yang tidak mungkin bisa kamu pahami," sahut Yuda. Agista menahan mulutnya dengan tidak mengeluarkan kata-kata ketika sang perempuan yang tadi bermadu kasih dengan Yuda menghampirinya seraya berujar. "Sayang, dia siapa?" dengan wajah ketus Yuni mengelilingi tubuh Agista dan kembali menggandeng tangan dan mencium pipi Yuda. "Seharusnya aku yang harus bertanya seperti itu!" Namun kata-kata itu hanya terucap dalam hatinya.
Pagi ini cuaca sangat cerah sekali, Agista memulai aktifitas di rumah Yuda dengan memasak di dapur membantu bi Tuti. Dia melihat ada beberapa stok sayur di dalam kulkas, ketika tangannya ingin meraih beberapa sayuran dan bumbu-bumbu. Tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tangannya. Agista langsung membalikkan badannya dan segera melepaskan tangan itu. "Kamu!" suara Agista pelan namun matanya melotot tajam ke arah wajah Yuda yang tadi memegang tangannya. "Tanganmu sangat dingin, sedingin ruangan kulkas itu!" pekik Yuda dengan tatapan sinis. Agista tidak menghiraukan perkataan Yuda, dia terus melanjutkan niatnya untuk mengeksekusi resep masakan andalan ibunya di kampung. Yuda tidak beranjak dari tempat duduknya, dia terus memandang wajah polos Agista yang tengah memotong sayuran. &nbs
"Sepertinya kamu sudah paham dengan apa yang saya jelaskan barusan, saya akan membantumu semampunya namun kamu jangan berharap banyak karena yang menentukan hasil akhir dari sebuah usaha adalah do'a!" Bu Sukma menyimpulkan pertemuan mereka sudah cukup. Demikian pula dengan Agista, dia berniat untuk mengurungkan niatnya untuk menuntut Yuda tapi Bu Sukma terlanjur simpati pada Agista. "Bu, kalau begitu saya mohon pamit untuk pulang kampung saja. Percuma juga saya berlama-lama di sini, sekeras apa pun saya memohon tidak akan mengubah pendirian Yuda," keluh Agista. "Tidak, Kamu tidak boleh pergi dulu! Tunggu komando dari saya!" Bu Sukma mencegah Agista pulang. Bu Sukma lebih simpati pada Agista dari pada Yuni, namun Agista tidak tahu apa yang direncanakan Bu Sukma hingga menahannya untuk pergi. "Jika saya harus memilih antara kamu dan Yun
Nggak biasanya pak Handoko sepagi ini sudah rapi dan duduk di meja makan. Sedangkan Yuda masih terjaga dari tidurnya karena semalam benar-benar matanya tidak bisa terpejam meski hanya sedetik karena harus menjaga kamar Agista dari laki-laki mata keranjang yang tiada lain adalah papanya sendiri. "Pagi pah?" sapa Bu Sukma kepada pak Handoko dengan wajah cerianya. Namun pak Handoko tidak menjawab meski sepatah kata pun, dia asyik dengan benda pipih yang ada di tangannya. Namun ketika sang bunga teratai muncul dan menyuguhkan makanan di meja, seketika pak Handoko langsung melepaskan handphonenya dan menyapa nya dengan bahasa genitnya. "Sayang sekali wajah cantik mu harus ditutupi, berapa lama kamu pacaran sama anak saya?" tanya sang mata keranjang Handoko. Agista tidak menjawab dan langsung permisi ke dapur,"Maaf Pak, Bu, pekerjaan saya masih banyak. Saya permisi!"
"Yud, benarkah apa yang kau katakan itu?" Agista seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya, karena dari pertama dia ke Jakarta. Hanya pengkhianatan dan pengkhianatan yang dia lihat. "Aku bicara jujur di depan mama, bagaimana kamu bisa meragukan itu?" Yuda menjawab dengan sedikit mengangkat bahunya. Reaksi Bu Sukma pun tersenyum bahagia, dan memberi semangat pada anaknya untuk memperjuangkan apa yang menjadi haknya. "Nak, kamu berhak bahagia," ucap Bu Sukma. "Yuda akan bahagia hidup bersama aku Tante!" Yuni datang dan menyanggah pernyataan Bu Sukma. Yuda,Agista dan Bu Sukma terkejut dengan kedatangan Yuni yang secara tiba-tiba. "Kenapa kalian terkejut?" tanya Yuni. "Bukankah itu benar sayang?" Yuni langsung bert
Di dalam mobil Agista tidak bicara sepatah kata pun, meski Yusuf sebatas bertanya. "Apakah kamu sehat?" Agista tidak bergeming, dia hanya diam dengan pandangan kosong lalu meneteskan air mata. Yusuf pun paham dan mencoba mengikuti alurnya dia. Mungkin Agista ingin merasakan ketenangan meski hanya sejenak. Lama kelamaan Agista tertidur lelap, dan dia tidak sadar kepalanya jatuh di bahu Yusuf. Yusuf senyum dan hanya mengusap kepalanya berharap Agista bangun dalam keadaan bahagia. "Tidurlah! Temukan ketenangan meski hanya lewat mimpi!" ucap Yusuf sambil mengelus kepala Agista. Bahu Yusuf sudah sangat pegal, namun dia tidak tega untuk membangunkan Agista. Dia memarkirkan mobil ke pinggir jalan yang dia rasa aman untuk sekedar menghilangkan sedikit rasa pegal. Diangkatnya kepala Agista secara perlahan dari ba
Setelah melaksanakan pernikahan mewah, Yuda dan Yuni akan segera pergi ke Paris Perancis untuk bulan madu. Namun tak seperti pasangan suami istri lainnya yang sangat bahagia menikmati momen bahagia ini. Wajah Yuda nampak muram, yang ada di memorinya cuma Agista. Dia merasa benci pada dirinya sendiri, di saat dia membutuhkan seseorang untuk menyandarkan kesedihan dia malah bahagia di atas penderitaannya. Yuda tahu jika kini, Agista tengah berduka atas meninggalnya kedua orang tuanya. Walau pun dia sudah sedikit mambantu meringankan beban biaya rumah sakit namun sesungguhnya Agista membutuhkan lebih dari sekedar materi. Yuni segera mengalihkan perhatian Yuda agar terfokus hanya pada dia seorang. "Sayang, coba pegang perutku! Di sini ada buah cinta kamu!" Yuni memegang tangan Yuda lalu menemp
Berita tentang rencana pernikahan Agista sampai juga di telinga Yuda, dia ingin sekali menggagalkan pernikahannya namun dia punya cukup bukti jika anak yang dikandung Yuni bukanlah darah dagingnya."Gue bisa gila jika Agista nikah sama Gino, gue cari bukti ke mana lagi yah jika Yuni sudah jebak aku!" Yuda bicara pada dirinya sendiri."Sayang!" bisik Yuni sambil memeluk Yuda dari belakang dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Yuda.Bibirnya melumat daun telinga Yuda dan kedua tangannya membelai dada bidangnya. Setelah itu badannya berputar ke depan hingga berhadapan dengan wajah Yuda.Yuda yang tengah duduk di atas kursi putar ruang kerjanya merasa jengah dengan sikap Yuni yang terus menguasai dirinya."Kamu ngaku saja jika kamu sudah bayar orang untuk mrnjebak Agista, supaya Agista tercoreng namanya!" sarkas Yuda.Yuni sangat murka dengan pertanyaan Yuda, semua benda
"Mah!" panggil Gino pada ibu Monika.Monika yang sedang tidur dengan posisi miring ke kiri segera membalikkan posisi badannya ke arah sumber suara."Kenapa kamu bawa wanita murahan ini ke hadapan Mama Gino?" Monika malah tak terima jika Agista ada di depannya.Gino meraih tangan Monika lalu menciumnya, lalu berujar."Aku membawa bukti jika Agista sudah dijebak oleh seseorang! Mama tolong lihat dulu! Aku mohon Mah aku sangat sayang pada Agista aku ingin segera menikahinya!" bujuk rayu Gino pada Monika sang Mama, wanita yang sama-sama disayangi oleh Gino.Meski agak lama menunggu Monika pun mau melihat video Andika yang dia rekam."Coba Mama lihat!" seru Monika dengan mengubah posisinya menjadi duduk.Kurang lebih lima menit video itu diputar, Monika luluh dan akhirnya mau menerima Agista sebagai menantunya."Kala
"Kamu makan dulu, biar aku suapi yah!" tawar Gino sambil menyodorkan satu sendok nasi goreng ke mulut Agista.Agista terharu mendapat perlakuan spesial dari Gino. Perhatiannya membuat Agista benar-benar membunuh rasa cintanya pada Yuda."Gin, terimakasih yah!" lirih Agista."Kamu jangan bicara apapun selain fokus makan, aku tidak mau kamu sakit!" respon Gino yang terlalu fokus nyuapi Agista karena sudah lama menahan lapar.Agista pun diam dan fokus menghabiskan nasi gorengnya sampai habis."Maafkan aku Gis, aku tidak mau memperlihatkan rekaman kedua Andika tentang jebakan Yuni pada Yuda. Aku takut kehilanganmu jika kamu kembali simpati pada Yuda," Gino bergumam dalam batinnya.Makan telah usai, Agista dan Gino segera bersiap untuk berangkat ke rumah ibu Monika. Dengan hati yang masih belum stabil, Agista pasrah karena Gino sudah berhasil meyakinkan dirinya jika dengan rekama
"Oke gue mau jujur, tapi aku minta tambahkan nominalnya!" tawar Andika."Lo belum buka tabir itu meski sekata pun, lantas sekarang lo minta gue tambahin! Lo anggap gue sebodoh itu!""Jika kejujuran itu lo ungkapin ke media sosial, image lo juga bakal bersih! Jadi terserah lo, lebih memilih gue lapor polisi atau bicara jujur?"Andika memang jiwa penipunya sangat handal, namun Gino sangat cerdas dan tidak mau dikelabuhi begitu saja. Dia sangat ingin Agista jadi miliknya tanpa bayangan image buruk."Gue disuruh oleh seseorang untuk mengerjai Agista seolah-olah Agista sudah gue tiduri, padahal aku sumpah demi ibuku jika aku tidak menyentuhnya. Aku hanya mengambil scan foto memeluknya tapi tidak lebih itu,"Gino merekam pernyataan Andika untuk barang bukti."Siapa yang memyuruh lo?" Gino masih penasaran."Tambahkan dulu nominalnya! Baru gue bicara!" p
Gino segera menyusul ke rumah sakit, karena asisten Monika sigap mengantarnya ke sana. "Dok, Mama saya kenapa?" tanya Gino pada dokter yang ada di IGD. "Ibu anda mengalami tekanan darah tinggi, setelah sadar anda boleh membawanya pulang kembali! Saya kasih resep obat tapi anda harus tetap mengawasi ibu anda agar tidak menemukan tekanan pikiran yang berat yang memicu hypertensinya kembali naik!" ungkap dokter. Gino tak mampu berkata-kata. Monika pingsan karena tekanan berpikir tentang hubungannya dengan Agista. Dia kembali ke ruang IGD untuk melihat perkembangan selanjutnya. "Mah, aku sayang Mama tapi aku juga tidak mau kehilangan Agista. Agista adalah hidupku!" lirih Gino sambil memegang tangan Monika. Agista merasa bersalah dengan kondisi kesehatan Monika. Dia naik taksi untuk menemui sekaligus mohon maaf. "Gis! Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Agista. "Kenap
"Sayang, aku udah bayar kosan kamu untuk tiga bulan pertama. Semoga semuanya dimudahkan jadi kamu nggak usah mikirin biaya kosan yah! Yang paling utama kamu nyaman di sini!" ungkap Gino.Fasilitas kosan tersebut lumayan agak mewah karena ada Ac, sping bad, WC, dapur mini, sofa dan CCTV.Gino duduk terlebih dahulu di tepi ranjang sembari menunggu Agista merapikan barang-barangnya."Sayang, hari ini kita nggak ada jadwal kuliah. Jadi kamu bisa santai-santai!" ujar Gino sambil tiduran di sofa."Tapi Gin, aku harus ke butik!" timpal Gino.Baru saja Gino rebahan di atas sofa sambil nungguin Agista beres-beres, notifikasi ponsel dari aplikasi WA berbunyi.Timbunan beberapa pesan chat dari WA grup kampus yang membuat mata Gino tersulut emosi kembali.Beberapa foto dan video adegan mesra antara Agista dan Andika juga dengan dirinya.Kemaraha
"Aku percaya kamu!" Gino bicara dengan nada pelan tapi dengan posisi kepala dan tangan menunduk ke setir mobil.Agista yang mendengar hal itu langsung tersenyum dan mengangkat bahu Gino agar dia bangkit dari posisinya."Gin!" panggil Agista.Setelah posisi Gino duduk tegap kedua pasang mata kekasih itu saling bertatapan, Gino mengelus wajah Agista dan mengusap air matanya."Gis!""Bolehkah aku mencium keningmu!" pinta Gino.Agista mengangguk dan bibir Gino pun mendarat untuk yang pertama kalinya dengan manis di dahi Agista.Setelah Gino mencium dahi Gino, bibirnya seperti magnet untuk turun ke bibir Agista. Namun Agista menahan bibir Gino dengan kelima jarinya."Aku mohon jangan dulu Gin, aku belum siap!"Gino tidak bisa memaksanya, Gino sangat mencintai Agista dari pertama kali berjumpa. Gino
"Kamu sudah diberi uang tapi belum ada aksi apa pun, coba kamu hubungi Mona tingkat 1 mungkin bisa kerjasama dengan kamu!" Yuni ngomel sama Andika karena tidak ada aksi sama sekali meski sudah diberi imbalan. "Sayang, aku itu baru diangkat jadi ketua BEM dua bulan lalu. Jadi aku benar-benar harus hati-hati!" jawab Andika. *** "Gue menyimpulkan jika Gino itu pura-pura culun, padahal dia sebenarnya punya banyak modal untuk membuat style dia untuk semenarik mungkin. Kok Agista yang kucel itu bisa jadi pacarnya juga, duh gue jadi bsnyak PR begini sih," gerutu Mona. "Padahal gue cantik, tinggi, styleku juga oke. Gue dong yang harusnya jadi pacar Gino!" dengan melenggak lenggokan tubuhnya di depan cermin Mona bicara sendiri. "Ya gue harus jadi pacar Gino!" Mona meyakinkan dirinya jika Gino bakal balik arah pada Mona. Keesokan harinya seperti biasa, Mona sudah ada di kelas dengan mempersia
Ketika Wini sedang menyimak apa yang diterangkan oleh Agista tentang style fashionnya. Gino tiba-tiba menghampiri Agista untuk mengajaknya makan siang."Sayang, kamu belum makan nih," ujar Gino sambil menempelkan dagu di bahunya Agista.Sontak semua karyawan dibikin baper dengan kelakuan Gino termasuk Wini sendiri."Aku kerja dulu Gin," Agista menolak ajakan Gino dengan nada pelan karena malu sama Wini.Agista tidak sadar jika ponsel Wini mengabadikan momen manis Gino dan Agista tersebut untuk bahan laporan pada Mona."Bang Gino nih nakal banget kalau ada Mamanya pasti udah dijewer!" celoteh salah satu karyawan Bu Monika.Wini mencuri kesempatan untuk cari informasi tentang posisi Gino itu siapa di butik itu."Mba itu yang lagi ngobrol mesra sama cowok itu siapa sih?" tanya Wini."Itu si cowok anak yang punya butik ini, dan kar