Home / Romansa / Teratai Yang Layu / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Teratai Yang Layu: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Menghapus Jejak Masa Lalu

Yuda dan Yuni sudah seminggu di Paris, mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdua tanpa ada seorang pun yang mengganggu termasuk keluarganya sendiri.    Bersikeras Yuda untuk melupakan Agista dengan terus menyetubuhi Yuni yang kini jadi istrinya, sekali pun Yuni sadar jika Yuda melakukannya tidak sepenuh hati.    Di lain kesempatan di kala Yuni terus berusaha memiliki hati Yuda sepenuhnya, diam-diam Yuda menemukan sebuah chat WhatsApp yang muncul di layar handphone Yuni.    Mungin Yuni lupa mengunci layar handphonenya sehingga Yuda begitu mudah membuka semua yang ada di handphone istrinya tersebut.    "Yuni sayang, bagaimana kesannya bulan madu dengan laki-laki yang bukan ayah kandung dari anakmu itu?"  Yuda tersentak hatinya untuk menghancurkan handphone Yuni, tapi ia urungkan. Isi chat WhatsApp tersebut dia kirimkan ke WhatsApp dia dan menghapus
Read more

Lembaran Baru

Brak Yuda menggebrak meja disebuah gudang kosong di kawasan Jakarta. Dia marah sang paman telah gagal mengikuti jejak Agista. Yuda sekarang tidak bisa mengetahui keberadaan Agista, termasuk nomor teleponnya karena sepertinya Agista sudah mengganti nomor jauh-jauh hari.  "Kenapa paman bisa selengah itu sih mencari informasi?" "Coba deh om tanya kembali ke orang yang membeli rumahnya Agista! Dia pasti tahu. Atau ke Yusuf laki-laki yang kata paman pernah mau dijodohkan sama Agista," Paman Ali adalah adik dari Bu Sukma, dengan senang hati dia jadi tim informasi pada Yuda.  Namun entah mengapa Agista cepat sekali untuk dikejar dari informasi."Tante, aku mau minta uang untuk daftar kuliah!" ujar Agista pada tante Rini. Dari mulai subuh  Agista sudah bersiap diri untuk  menjemput impian, dia semangat sekali untuk kuliah. Ketika cintanya h
Read more

Antara Bahagia Dan Cemas

 Di tengah kegalauan Yuda tentang nomor telepon misterius itu, tiba-tiba Yuda melihat mobil Yuni terparkir di sebuah kafe. Tanpa ingin berlama-lama cepat-cepatlah Yuda pun memarkir mobilnya  di tempat yang aman.  Yuda memakai masker wajah medis yang hanya kelihatan dua bola mata saja supaya tidak terlihat oleh Yuni.  Kursi Yuni pun sudah terlihat, dia tengah duduk bersama seorang laki-laki yang tidak dikenal oleh Yuda. Dari kejauhan, Yuni nampak menandatangani selembar kertas. Yuda tidak tahu persis kertas apa yang ditandatangani oleh Yuni tersebut. Namun dari ukurannya Yuda sepertinya tahu. "Itu seperti selembar cek, tapi untuk apa? Dan dia siapa?" gumam Yuda dalam batinnya. Lelaki itu nampak akrab sekali dengan Yuni, dia membelai rambutnya, mengusap wajahnya dan menyolek dagu Yuni dengan mesra.  "Apa mungkin itu lelaki pemilik nomor t
Read more

Menangis Lagi

"Aku tidak mau berpikir dulu tentang itu Gin, aku ingin fokus dulu kuliah dan kerja. Kamu tahu kan aku ini hidup sebatang kara?" jelas Agista pada Gino. Mendengar penjelasan dari Agista, Gino mengurungkan niatnya untuk mengungkapkan perasaannya. Gino terlampau bangga pada Agista yang tidak hanya cerdas tapi dia juga mandiri.  "Ngomong-ngomong ada apa dengan penampilanmu Gin?" Agista balik bertanya.  Gino tidak menjawab pertanyaan Agista, dia pura-pura tidak mendengarnya. Namun Agista kembali penasaran dan balik bertanya tapi dengan cara yang berbeda. "Oh ya Gin, dengan style kamu seperti ini pasti banyak cewek yang tertarik sama kamu," ungkap Agista.  Alih-alih ingin mendapat jawaban tapi Gino malah balik bertanya dan membuat Agista bingung. "Apa kamu juga tertarik demgan style ku ini?" Gino balik bertanya pada Agista.  Agis
Read more

Mungkin Jodoh

"Kalau boleh tahu mereka tadi itu siapa Gis?" tanya Gino sambil melajukan kembali setir mobilnya menuju rumah om dan tantenya Agista.  Agista tetap diam tidak menjawab, kedua tangannya menggesek-gesekkan ujung pakaiannnya.  "Stop!" Agista menyuruh Gino untuk menghentikan laju mobilnya. "Rumah om dan tanteku ada di depan sana, mobilnya nggak mungkin masuk Gin, jadi sampai sini saja yah!"  Gino memgangguk tapi dia tetap diam untuk memastikan jika Agista baik-baik saja sampai tiba di rumah om dan tantenya.  "Aku antar ke sana!" tawar Gino. "Nggak usah!" Agista melarangnya dan langsung berlalu dari hadapan Gino. "Tok tok tok!" Agista mengetuk pintu rumah om Dudi dan tante Rini. "Kamu kira rumah ini hotel, bisa datang dan pergi sesuka hatimu. Kamu habis jual diri yah!" ucap
Read more

Nggak Bisa Move On

Agista tabrakan dengan lelaki yang saat itu bersama Yuni sebelum datang Yuda ke kafe tempat yang sama Agista makan malam bersama Gino.  Agista sangat ingat meski pun baru sekali dan itu dari jarak jauh pula. Namu lelaki itu tidak mengindahkan kejadian tersebut. Dia langsung masuk ke dalam restoran.  "Hati-hati dong Gis!" Gino mengingatkan. "Iya Gin!" Gino dan Agista langsung masuk ke mobil dan lasngsung berangkat ke butik. Karena Agista harus kerja. "Oh iya Gis, ini persaratan yang harus kamu tempuh untuk mendapatkan beasiswa itu!" Gino menyerahkan semua berkas-berkasnya ke Agista. Selama di perjalanan Agista mengingat-ingat jika lelaki tadi adalah orang yang bersama Yuni. Tapi dia menepismya karena menurutnya apa gunanya memikirkan seseorang yang tidak berhubungan dengan dia.   "Oh iya Gis, aku mengingatkan minggu besok kita mulai
Read more

Cemburu

 Sementara Agista  ke kamar mandi untuk membersihkan mukanya Gino dicecar banyak pertanyaan oleh Mamanya. "Apa kamu ada masalah dengan Agista?" tanya mamanya Gino. Gino hanya menggelengkan kepalanya, mulutnya tertutup rapat tanpa sepatah kata pun. Sampai Agista keluar dari kamar mandi wajahnya kembali cerah ceria tampak segar dan cantik alami tanpa make up.  Gino berlalu pergi masuk ke rumahnya yang berhadapan langsung dengan butik milik mamanya. Begitu juga dengan Agista dia lanjut bekerja tanpa terlihat habis ada masalah. "Gis, kamu pacaran yah sama  Gino? tanya salah seorang karyawan butik. "Kita cuma teman kok, nggak lebih," Agista menjawab pertanyaan sesama karyawan butik itu dengan datar dan santai. ***Setelah pertemuan yang tidak disengaja antara Yuda dan Agista. Keduanya menjadi sama-sama gelisah. Apalagi Y
Read more

Gino Cari Perhatian

Jadwal OSPEK pun tiba, Agista sangat bingung karena harus berabgkat sangat pagi. Dengan cara apa dia berangkat ke kampus jika dengan jalan kaki. Namun lagi-lagi Gino yang mampu jadi penolong, dia sudah stand by memarkirkan mobilnya di sebrang jalan rumahnya untuk menjemput Agista. "Itu Gino!" gumam Agista. Gino langsung keluar dan membukakan pintu mobil dan mempersilakan Agista masuk. Setelah masuk dan duduk di samping jok mobil Agista mengucapkan terima kasih dengan penuh haru."Gin, terima kasih ya kamu selalu  ada saat aku butuh pertolongan," nada Agista lirih memancing Gino untuk menoleh ke samping untuk melihat wajah Agista. "Gis!" panggil Gino. Agista pun menolahnya, Gino memberinya tisu untuk mengelap air matanya. Agista pun meraihnya dan segera mengelap air matanya. "Uang hasil penjualan rumah di kampung tidak bisa aku nilmati
Read more

Ternyata Andika Namanya

"Aku jilatin nih bekas bibir kamu, biar aku jatuh cinta!" Agista menantang Gino dengan sengaja menjilat bekas bibirnya dibagian atas botol. Gino pun tertawa renyah melihat tingkah Agista yang lucu tersebut. "Ammin Yarobal Alamin!" Gino lanjut balas mengaminkan ucapan Agista tersebut sambil mengusapkan kedua tangannya ke wajah culun dia.  "Ucapan adalah do'a!" sambung Gino dengan menyalakan kembali mobilnya dan melaju ke arah kampus. Gino tak hentinya senyum-senyum sendiri karena tingkah Agista. Hingga sampai di area parkir kampus,  Gino segera mencari tempat kosong untuk memastikan mobilnya aman terkendali."Ayo turun!" ajak Gino. Gino dan Agista terlambat lima menit, mereka langsung lari berhamburan ke aula kampus. Sebuah pemandangan yang sangat di luar dugaan Agista, ternyata ketua panitia ospek di k
Read more

Acara Dadakan

"Apa nggak ada ancaman yang lebih manis dari pada ini?" Agista balik bertanya sambil mendekatkan wajahnya pada Gino, lalu Agista membalikkan badannya setelah menerima dua lembar uang untuk ongkos ojeg online. Namun ketika tangan kanan Agista memegang pintu mobil dan hampir membukanya. Gino memegang tangan Agista dan menerima tantangan Agista seraya berkata."Ancaman aku akan lebih manis jika kamu menerima aku sebagai pacarmu!" "Gin tolong hentikan kekonyolan ini!" Gino tidak menghiraukan seruan Agista, Gino malah mencium punggung tangan Agista dengan penuh kelembutan. Pintu mobil terbuka sedikit, tangan Agista spontan terlepas gara-gara suara mamanya Gino memanggilnya. "Gis!" "Iya buk!" jawab Agista dengan segera membuka lebar pintu mobil Gino dan mencium tangan mamanya Gino.Gino pun ikut keluar dan segera mencium pipi mamanya dan merangkul mamanya di depa
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status