Home / Romansa / Teratai Yang Layu / Chapter 31 - Chapter 35

All Chapters of Teratai Yang Layu: Chapter 31 - Chapter 35

35 Chapters

Agista Dan Gino Menyatu.

Gino segera menyusul ke rumah sakit, karena asisten Monika sigap mengantarnya ke sana.  "Dok, Mama saya kenapa?" tanya Gino pada dokter yang ada di IGD.  "Ibu anda mengalami tekanan darah tinggi, setelah sadar anda boleh membawanya pulang kembali! Saya kasih resep obat tapi anda harus tetap mengawasi ibu anda agar tidak menemukan tekanan pikiran yang berat yang memicu hypertensinya kembali naik!" ungkap dokter.  Gino tak mampu berkata-kata. Monika pingsan karena tekanan berpikir tentang hubungannya dengan Agista. Dia kembali ke ruang IGD untuk melihat perkembangan selanjutnya. "Mah, aku sayang Mama tapi aku juga tidak mau kehilangan Agista. Agista adalah hidupku!" lirih Gino sambil memegang tangan Monika.  Agista merasa bersalah dengan kondisi kesehatan Monika. Dia naik taksi untuk menemui sekaligus mohon maaf.  "Gis! Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Agista.  "Kenap
Read more

Mulai Ada Solusi

"Oke gue mau jujur, tapi aku minta tambahkan nominalnya!" tawar Andika. "Lo belum buka tabir itu meski  sekata pun, lantas sekarang lo minta gue tambahin! Lo anggap gue sebodoh itu!" "Jika kejujuran itu lo ungkapin ke media sosial, image lo juga bakal bersih! Jadi terserah lo, lebih memilih  gue lapor polisi atau bicara jujur?" Andika memang jiwa penipunya sangat handal, namun Gino sangat cerdas dan tidak mau dikelabuhi begitu saja. Dia sangat ingin Agista jadi miliknya tanpa bayangan image buruk. "Gue disuruh oleh seseorang untuk mengerjai Agista seolah-olah Agista sudah gue tiduri, padahal aku sumpah demi ibuku jika aku tidak menyentuhnya. Aku hanya mengambil scan foto memeluknya tapi tidak lebih itu," Gino merekam pernyataan Andika untuk barang bukti. "Siapa yang memyuruh lo?" Gino masih penasaran. "Tambahkan dulu nominalnya! Baru gue bicara!" p
Read more

Misi Yuni Gagal

"Kamu makan dulu, biar aku suapi yah!" tawar Gino sambil menyodorkan satu sendok nasi goreng ke mulut Agista. Agista terharu mendapat perlakuan spesial dari Gino. Perhatiannya membuat Agista benar-benar membunuh rasa cintanya pada Yuda. "Gin, terimakasih yah!" lirih Agista."Kamu jangan bicara apapun selain fokus makan, aku tidak mau kamu sakit!" respon Gino yang terlalu fokus nyuapi Agista karena sudah lama menahan lapar.Agista pun diam dan fokus menghabiskan nasi gorengnya sampai habis. "Maafkan aku Gis, aku tidak mau memperlihatkan rekaman kedua Andika tentang jebakan Yuni pada Yuda. Aku takut kehilanganmu jika kamu kembali simpati pada Yuda," Gino bergumam dalam batinnya.  Makan telah usai, Agista dan Gino segera bersiap untuk berangkat ke rumah ibu Monika. Dengan hati yang masih belum stabil, Agista pasrah karena Gino sudah berhasil meyakinkan dirinya jika dengan rekama
Read more

Restu Penuh Dari Monika

"Mah!" panggil Gino pada ibu Monika.Monika yang sedang tidur dengan posisi miring ke  kiri segera membalikkan posisi badannya ke arah sumber suara. "Kenapa kamu bawa wanita murahan ini ke hadapan Mama Gino?" Monika malah tak terima jika Agista ada di depannya.  Gino meraih tangan Monika lalu menciumnya, lalu berujar.  "Aku membawa bukti jika Agista sudah dijebak oleh seseorang! Mama tolong lihat dulu! Aku mohon Mah aku sangat sayang pada Agista aku ingin segera  menikahinya!" bujuk rayu Gino pada Monika sang Mama, wanita yang sama-sama  disayangi oleh Gino. Meski agak lama menunggu Monika pun mau melihat video Andika  yang dia rekam. "Coba Mama lihat!" seru Monika dengan mengubah posisinya menjadi duduk. Kurang lebih lima menit video itu diputar, Monika luluh dan akhirnya mau menerima Agista sebagai menantunya. "Kala
Read more

Sakit Sebelum Nikah

Berita tentang rencana pernikahan Agista sampai juga di telinga Yuda, dia ingin sekali menggagalkan pernikahannya namun dia punya cukup bukti jika anak yang dikandung Yuni bukanlah darah dagingnya. "Gue bisa gila jika Agista nikah sama Gino, gue cari bukti ke mana lagi yah jika Yuni sudah jebak aku!" Yuda bicara pada dirinya sendiri. "Sayang!" bisik Yuni sambil memeluk Yuda dari belakang dan mengalungkan kedua tangannya ke leher Yuda. Bibirnya melumat daun telinga Yuda dan kedua tangannya membelai dada bidangnya. Setelah itu badannya berputar ke depan hingga berhadapan dengan wajah Yuda. Yuda yang tengah duduk di atas kursi putar ruang kerjanya merasa jengah dengan sikap Yuni yang terus menguasai dirinya. "Kamu ngaku saja jika kamu sudah bayar orang untuk mrnjebak Agista, supaya Agista tercoreng namanya!" sarkas Yuda. Yuni sangat murka dengan pertanyaan Yuda, semua benda
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status