Home / Romansa / When I Start (Indonesia) / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of When I Start (Indonesia): Chapter 51 - Chapter 60

79 Chapters

AKSES

Devano yang mendengar kabar sohibnya murka di kantor segera meluncur. "Apa ada sesuatu yang perlu kubantu?" tanya pria itu setelah membuka pintu ruang kerja CEO tersebut.Aiden menghela lega mendapati sahabatnya berkunjung. Namun, ada perasaan bersalah untuk masalah pribadi. CEO itu segera menggelengkan kepala. "Untuk sementara belum ada."Devano duduk di sofa yang panjang, sembari membuka laptop. Alisnya berkerut sembali jari sibuk menyentuh layar tablet miliknya. Kemudia pria itu mengode empu perusahaan untuk mendekat. Aiden yang penasaran pun langsung duduk di sampingnya."Bon yang dibuang ke tempat sampah. Setelah sekian lama, setingg-tingginya tupai melompat akan jatuh juga," ucap Devano sembari menggeser bukti bon yang ia temukan di tempat sampah. "Semua bukti ada di rumahku. Terus ini laporan jika meruntut dari penghasilan perhari swalayan yang kamu buka di salah satu kota."Napas Aiden menghembus layaknya banteng yang siap menubruk matador. Sementara itu, di rumah, Dea masih
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Nightmare

Dea mencoba menenangkan dirinya dengan secangkir teh hangat. Namun, pikirannya terus berputar, memikirkan kemungkinan bahwa Andre, kakak ipar yang selama ini dianggapnya sebagai sosok pendukung utama adiknya dan tak mau mencampuri urusan perusahan sedikipun, ternyata menyimpan niat jahat. Entah ini benar atau tidak, tetapi kecurigaan terhadap Andre sulit dialihkan. Ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Andre memiliki akses dan cukup alasan untuk menjatuhkan Aiden baik dari sisi bisnis maupun pribadi.Ponselnya berbunyi, mengalihkan perhatian Dea. Sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal:"Hati-hati dengan siapa kau percaya. Semua orang punya rahasia, termasuk mereka yang paling dekat."Dea membaca pesan itu berulang kali, jantungnya berdegup kencang. Pesan itu terasa seperti peringatan sekaligus ancaman. Ia mencoba melacak nomor tersebut, tetapi hasilnya nihil. Rasa cemas semakin menguasai dirinya."Apa ini ada hubungannya dengan Andre?" gumamnya pelan.Dea segera memanggil Toni me
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

INTERRUPTION

Aiden segera bangkit dari kursinya, panik melihat Dea yang terjatuh dari kursinya sambil memegang lehernya. Cairan merah yang keluar dari mulutnya jelas bukan anggur. Devano sigap berlari ke dapur, mencari sesuatu untuk membantu, sementara Aiden memeluk Dea yang terlihat mulai kehilangan kesadaran."Dea, bertahanlah! Aku akan membawamu ke rumah sakit!" Aiden berkata dengan nada putus asa, wajahnya memucat saat ia melihat darah di tangan dan bibir Dea.Devano kembali dengan segelas air hangat. "Mungkin dia keracunan! Kita harus segera tahu apa yang ia konsumsi terakhir!""Tidak ada waktu untuk itu sekarang! Kita ke rumah sakit dulu!" balas Aiden sambil mengangkat tubuh Dea. Ia segera memerintahkan Asih, kepala pelayan yang setia bekerja di rumahnya selama lebih dari satu dekade, untuk menjaga situasi di rumah."Asih, panggil Toni ke sini sekarang dan sterilkan semua orang dari ruangan ini! Pastikan dia memeriksa semua yang ada di ruang makan dan dapur. Jangan biarkan siapa pun menyentu
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Extruded

Aiden merasa darahnya mendidih. "Siapa pelayan itu, Asih? Kita tidak bisa membiarkan seseorang seperti itu bebas berkeliaran di rumah ini."Asih menyebutkan nama pelayan yang dimaksud. "Zoe. Dia baru bekerja di sini selama beberapa bulan, dan tidak banyak yang tahu tentang latar belakangnya."Aiden mengangguk, otaknya berputar cepat. "Zoe? Kita harus segera mencari tahu lebih banyak tentang dia. Toni, pastikan pelayan itu diinterogasi dan ditahan sementara waktu. Jangan biarkan dia kabur."Toni mengangguk tegas. "Saya akan segera mengatur semuanya, Tuan."~Kembali ke rumah sakit, Dea akhirnya menunjukkan tanda-tanda pemulihan, meski masih lemah. Aiden duduk di samping ranjangnya, memegang tangan Dea, menatapnya dengan penuh perhatian. Dea membuka matanya perlahan, melihat suaminya yang tampak lelah namun penuh perhatian."Aiden," suara Dea terdengar lirih.Aiden tersenyum tipis, meskipun wajahnya terlihat sangat cemas. "Dea, kamu baik-baik saja. Kamu selamat. Aku hampir kehilanganmu.
last updateLast Updated : 2025-01-19
Read more

Tense

Di dalam mansion, Dea sedang berada di kamar mandi, mencoba menenangkan diri setelah serangkaian kejadian yang mengguncang. Pikirannya penuh dengan pertanyaan dan rasa cemas tentang siapa yang bisa saja menjadi musuh di balik semua serangan yang terjadi. Meskipun tubuhnya masih lemah, ia merasa perlu untuk meresapi semua yang terjadi. Namun, tanpa disadari, sebuah bahaya baru mengintai.Ketika Dea berdiri di dekat wastafel, tangannya menggenggam tepi keramik dengan tubuh yang sedikit terhuyung. Tiba-tiba, lampu kamar mandi berkelip-kelip beberapa kali, dan hawa dingin yang aneh menyelimuti udara. Tanpa peringatan, aliran listrik dari salah satu perangkat listrik di sekitar wastafel mulai berdengung dan memancar. Sumber arus tiba-tiba mengalir melalui keran, menciptakan sebuah medan listrik yang berbahaya mengelilingi seluruh ruang kecil itu.Dea yang terkejut langsung merasakan sensasi kesemutan yang kuat di telapak tangannya. Sebelum bisa berpikir lebih jauh, tubuhnya tersentak. Rasa
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

CCTV

Aiden menahan napas sejenak, matanya berpindah antara orangtuanya di layar dan Dea yang sedang terbaring di ranjang, wajahnya masih pucat meskipun dokter telah mengobatinya. Ia merasa ada tekanan besar di dadanya, tetapi ia harus menjaga ketenangannya di depan orangtuanya. Mereka sudah cukup khawatir dengan keadaan mereka, dan Aiden tidak ingin menambah beban itu."Dea baik-baik saja, Pa," jawab Aiden dengan nada yang sedikit lebih keras dari biasanya, berusaha menunjukkan kepercayaan diri meskipun hatinya terasa berat. "Dia sedang beristirahat. Kami akan menghadapinya bersama-sama."Kusuma menatap Aiden dengan mata tajam, mencoba membaca ekspresi putranya. "Aiden, jangan berpura-pura. Kami hanya ingin memastikan bahwa Dea baik-baik saja."Rita ikut bicara dengan lembut, "Jangan sungkan untuk memberitahu kami jika ada yang bisa kami bantu."Aiden mengangguk, meski sedikit terasa canggung. "Terima kasih, Ma, Pa. Tapi saya yakin kami bisa mengatasinya. Jangan terlalu khawatir. Dea sedan
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

FORENSIK

Pada malam yang sama, suasana di mansion terasa lebih sunyi dari biasanya. Aiden memastikan semua sistem keamanan telah diaktifkan tanpa menarik perhatian siapa pun di dalam rumah. Kamera tambahan dipasang dengan teknik tersembunyi, dan akses ke mansion mulai dibatasi. Namun, ketenangan itu terasa seperti badai yang menunggu meledak.Di ruang bawah tanah, Toni berdiri memimpin koordinasi tim kecil yang dikirim oleh Mr. Bad. Mereka bergerak seperti bayangan, memeriksa setiap sudut mansion, termasuk bagian-bagian yang selama ini tidak diperhatikan. Salah satu anggota tim, seorang ahli forensik teknologi bernama Lars, menemukan sesuatu yang mencurigakan di kabel yang disambungkan ke jendela kamar Dea.“Ini bukan hanya kabel biasa,” gumam Lars sambil membungkuk, memeriksa ujung kabel yang tersambung pada alat kecil berbentuk seperti pemancar. “Perangkat ini dirancang untuk mengirimkan sinyal. Mereka mungkin memantau pergerakan di dalam kamar.”Toni mengerutkan kening. "Apa mereka sudah ta
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

GUDANG

Toni segera melaporkan temuannya kepada Aiden. Kebetulan ruang bawah tanah dibuat terhubung dengan ruang kerja tuan rumah. Jadi pergerakan mereka tidak diketahui orang lain. Di ruang kerja, Aiden terlihat sedang memeriksa laporan lain ketika Toni masuk dengan wajah serius."Tuan Aiden," kata Toni, menyerahkan tablet dengan data terbaru. "Pelacakan mobil itu selesai. Anda perlu melihat ini."Aiden mengambil tablet itu dan membaca hasilnya. Matanya menyipit tajam ketika nama yang tertera di layar muncul."Wendy?" gumamnya penuh keterkejutan dan kemarahan yang terkendali.Toni mengangguk. "Betul, Tuan. Mobil itu terdaftar atas nama Wendy, tetapi ada kemungkinan besar dia menggunakan nama orang lain untuk menyembunyikan aktivitasnya. Berdasarkan rekaman yang kita miliki, dia orang yang menerima amplop dari Sinta tadi malam."Aiden memijit pelipisnya, mencoba meredam emosi yang membuncah. "Aku tidak percaya dia akan sejauh ini. Padahal aku sudah menyuruhnya untuk bersabar, kenapa dia begin
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

TEBAK

etelah semalam dirundung penemuan baru pelaku tragedi di massion. Aiden segera memanggil Nina dan Zoe untuk menghadap. Ia menanyakan dan memberikan bukti yang sudah didapatkan Toni. Sebelum melancarkan rencananya, Dea mengambil sedikit waktu untuk berpamitan."Aiden. Aku harus pergi," ujar Dea sembari mengemasi barang yang ia butuhkan."Ke mana?" Alis Aiden tertaut, ada segurat kekhawatiran dalam wajah pria itu. "Markas. Kami harus mempercepat pemindahan ke area baru." Dea menatap suaminya dengan lesu. Ia tahu Aiden ingin menahannya, tetapi wanita itu segera mengelus pipi suaminya. "Aku janji akan menjaga diriku sendiri. Ada Toni yang menemaniku."Pria itu hanya bisa mengangguk pasrah. "Aku tidak bisa menahanmu, De. Kabari aku jika terjadi sesuatu." Dea merespon permintaan suaminya dengan senyuman, kemudian ia mengecup pipi Aiden dengan lembut. "Pasti," sahut wanita itu, lalu keluar dari kamar.Aiden menatap punggung istrinya dengan sendu. Entah kenapa rasanya sangat berat membiar
last updateLast Updated : 2025-01-21
Read more

Titik Terang

Aiden duduk di kursinya dengan wajah tegang, pendengarannya terlalu fokus pada sambungan teleponnya dengan Andi. Pagi ini dia mengabarkan jika terlambat masuk kantor, jadi untuk sementara waktu CEO itu meminta Andi dan Risa untuk menghandel pekerjaan dan meeting bersama manager. Di tengah pemberian informasi yang rumit, pikirannya teralihkan oleh kedatangan Triyo dan Jamono yang baru saja tiba di mansion. Keduanya, membawa kabar penting yang tidak bisa ditunda lagi. Kecemasan di dada Aiden semakin mencekam, namun ia mencoba tetap tenang, berusaha menyiapkan diri untuk apapun yang akan mereka katakan.Saat pintu ruangan terbuka, Triyo dan Jamono masuk dengan langkah cepat dan hati-hati. Mereka berdua mengenakan pakaian resmi, wajah mereka serius, mencerminkan betapa pentingnya laporan yang mereka bawa."Selamat pagi, Pak Aiden," sapa Triyo dengan suara tegas namun penuh kehati-hatian."Selamat pagi, Pak Aiden," sambung Jamono, sedikit lebih ringan, meskipun ekspresi mereka tetap terlih
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status