Share

CCTV

Author: Dentik
last update Last Updated: 2025-01-20 13:43:50

Aiden menahan napas sejenak, matanya berpindah antara orangtuanya di layar dan Dea yang sedang terbaring di ranjang, wajahnya masih pucat meskipun dokter telah mengobatinya. Ia merasa ada tekanan besar di dadanya, tetapi ia harus menjaga ketenangannya di depan orangtuanya. Mereka sudah cukup khawatir dengan keadaan mereka, dan Aiden tidak ingin menambah beban itu.

"Dea baik-baik saja, Pa," jawab Aiden dengan nada yang sedikit lebih keras dari biasanya, berusaha menunjukkan kepercayaan diri meskipun hatinya terasa berat. "Dia sedang beristirahat. Kami akan menghadapinya bersama-sama."

Kusuma menatap Aiden dengan mata tajam, mencoba membaca ekspresi putranya. "Aiden, jangan berpura-pura. Kami hanya ingin memastikan bahwa Dea baik-baik saja."

Rita ikut bicara dengan lembut, "Jangan sungkan untuk memberitahu kami jika ada yang bisa kami bantu."

Aiden mengangguk, meski sedikit terasa canggung. "Terima kasih, Ma, Pa. Tapi saya yakin kami bisa mengatasinya. Jangan terlalu khawatir. Dea sedan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • When I Start (Indonesia)   FORENSIK

    Pada malam yang sama, suasana di mansion terasa lebih sunyi dari biasanya. Aiden memastikan semua sistem keamanan telah diaktifkan tanpa menarik perhatian siapa pun di dalam rumah. Kamera tambahan dipasang dengan teknik tersembunyi, dan akses ke mansion mulai dibatasi. Namun, ketenangan itu terasa seperti badai yang menunggu meledak.Di ruang bawah tanah, Toni berdiri memimpin koordinasi tim kecil yang dikirim oleh Mr. Bad. Mereka bergerak seperti bayangan, memeriksa setiap sudut mansion, termasuk bagian-bagian yang selama ini tidak diperhatikan. Salah satu anggota tim, seorang ahli forensik teknologi bernama Lars, menemukan sesuatu yang mencurigakan di kabel yang disambungkan ke jendela kamar Dea.“Ini bukan hanya kabel biasa,” gumam Lars sambil membungkuk, memeriksa ujung kabel yang tersambung pada alat kecil berbentuk seperti pemancar. “Perangkat ini dirancang untuk mengirimkan sinyal. Mereka mungkin memantau pergerakan di dalam kamar.”Toni mengerutkan kening. "Apa mereka sudah ta

    Last Updated : 2025-01-20
  • When I Start (Indonesia)   GUDANG

    Toni segera melaporkan temuannya kepada Aiden. Kebetulan ruang bawah tanah dibuat terhubung dengan ruang kerja tuan rumah. Jadi pergerakan mereka tidak diketahui orang lain. Di ruang kerja, Aiden terlihat sedang memeriksa laporan lain ketika Toni masuk dengan wajah serius."Tuan Aiden," kata Toni, menyerahkan tablet dengan data terbaru. "Pelacakan mobil itu selesai. Anda perlu melihat ini."Aiden mengambil tablet itu dan membaca hasilnya. Matanya menyipit tajam ketika nama yang tertera di layar muncul."Wendy?" gumamnya penuh keterkejutan dan kemarahan yang terkendali.Toni mengangguk. "Betul, Tuan. Mobil itu terdaftar atas nama Wendy, tetapi ada kemungkinan besar dia menggunakan nama orang lain untuk menyembunyikan aktivitasnya. Berdasarkan rekaman yang kita miliki, dia orang yang menerima amplop dari Sinta tadi malam."Aiden memijit pelipisnya, mencoba meredam emosi yang membuncah. "Aku tidak percaya dia akan sejauh ini. Padahal aku sudah menyuruhnya untuk bersabar, kenapa dia begin

    Last Updated : 2025-01-21
  • When I Start (Indonesia)   TEBAK

    etelah semalam dirundung penemuan baru pelaku tragedi di massion. Aiden segera memanggil Nina dan Zoe untuk menghadap. Ia menanyakan dan memberikan bukti yang sudah didapatkan Toni. Sebelum melancarkan rencananya, Dea mengambil sedikit waktu untuk berpamitan."Aiden. Aku harus pergi," ujar Dea sembari mengemasi barang yang ia butuhkan."Ke mana?" Alis Aiden tertaut, ada segurat kekhawatiran dalam wajah pria itu. "Markas. Kami harus mempercepat pemindahan ke area baru." Dea menatap suaminya dengan lesu. Ia tahu Aiden ingin menahannya, tetapi wanita itu segera mengelus pipi suaminya. "Aku janji akan menjaga diriku sendiri. Ada Toni yang menemaniku."Pria itu hanya bisa mengangguk pasrah. "Aku tidak bisa menahanmu, De. Kabari aku jika terjadi sesuatu." Dea merespon permintaan suaminya dengan senyuman, kemudian ia mengecup pipi Aiden dengan lembut. "Pasti," sahut wanita itu, lalu keluar dari kamar.Aiden menatap punggung istrinya dengan sendu. Entah kenapa rasanya sangat berat membiar

    Last Updated : 2025-01-21
  • When I Start (Indonesia)   Titik Terang

    Aiden duduk di kursinya dengan wajah tegang, pendengarannya terlalu fokus pada sambungan teleponnya dengan Andi. Pagi ini dia mengabarkan jika terlambat masuk kantor, jadi untuk sementara waktu CEO itu meminta Andi dan Risa untuk menghandel pekerjaan dan meeting bersama manager. Di tengah pemberian informasi yang rumit, pikirannya teralihkan oleh kedatangan Triyo dan Jamono yang baru saja tiba di mansion. Keduanya, membawa kabar penting yang tidak bisa ditunda lagi. Kecemasan di dada Aiden semakin mencekam, namun ia mencoba tetap tenang, berusaha menyiapkan diri untuk apapun yang akan mereka katakan.Saat pintu ruangan terbuka, Triyo dan Jamono masuk dengan langkah cepat dan hati-hati. Mereka berdua mengenakan pakaian resmi, wajah mereka serius, mencerminkan betapa pentingnya laporan yang mereka bawa."Selamat pagi, Pak Aiden," sapa Triyo dengan suara tegas namun penuh kehati-hatian."Selamat pagi, Pak Aiden," sambung Jamono, sedikit lebih ringan, meskipun ekspresi mereka tetap terlih

    Last Updated : 2025-01-22
  • When I Start (Indonesia)   Hadang

    Dea dan Toni melaju di jalan raya yang sepi, menuju markas tempat mereka berencana untuk melanjutkan pemindahan ke area baru. Suasana pagi itu terasa berat, ditambah dengan perasaan was-was yang menghantui keduanya. Dea memandangi jalanan yang panjang dengan tatapan kosong, meskipun ia berusaha tetap tenang, ada kecemasan yang tak dapat disembunyikan.Toni, yang duduk di sampingnya, merasakan ketegangan yang sama. Sesekali ia melirik Dea, ingin memastikan bahwa semuanya baik-baik saja, tetapi ia tahu bahwa kondisi ini jauh dari aman. Markas yang mereka tuju, meskipun aman dari perhatian publik, tetap merupakan tempat yang penuh dengan potensi bahaya. Mereka berdua tahu betul bahwa mereka sedang berada di tengah permainan besar yang penuh intrik.Tiba-tiba, suasana tenang pecah. Lampu mobil yang mereka tumpangi menyala terang di malam gelap, tetapi seolah-olah ada sesuatu yang menghalangi jalan mereka. Dari kejauhan, sebuah mobil besar mendekat dengan kecepatan tinggi, diikuti oleh beb

    Last Updated : 2025-01-22
  • When I Start (Indonesia)   SEKAP

    Kesadaran Dea perlahan pulih. Pandangannya yang sebelumnya gelap kini mulai menangkap pemandangan di sekitarnya. Rasa nyeri menjalar dari pelipisnya, dan bau lembap khas ruang tertutup menusuk hidung. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, tetapi tangan dan kakinya terikat kuat pada kursi kayu yang dingin.Matanya terpaku pada sosok di depannya. Toni, dengan kepala tertunduk, tampak masih tidak sadarkan diri. Pakaian pria itu kusut, dan ada noda darah kering di pelipisnya, menandakan bahwa ia mungkin sempat melawan sebelum akhirnya dilumpuhkan."Ton... Toni?" Dea berbisik serak, mencoba memanggil, tetapi suaranya nyaris tak terdengar. Ia menggigit bibir, berusaha mengumpulkan kekuatannya untuk berbicara lebih keras. "Toni, bangun!"Toni bergerak sedikit, suara erangan pelan keluar dari bibirnya. Perlahan, pria itu mengangkat wajahnya, matanya yang sayu menatap Dea. "Nyonya! Anda baik-baik saja?" tanyanya lemah, mencoba fokus meskipun rasa sakit di kepalanya membuatnya sulit berpikir jernih

    Last Updated : 2025-01-22
  • When I Start (Indonesia)   LORONG

    Toni terus menggeser kursinya guna mengikis jarak benda yang ingin ia gapai. Setiap gerakan kecil mengeluarkan suara derit yang membuat mereka berdua semakin tegang. Dea tetap waspada, pandangannya tak lepas dari pintu baja. Ia tahu bahwa waktu mereka sangat terbatas."Sedikit lagi, Toni," bisik Dea, berusaha memberikan dorongan semangat.Toni akhirnya berhasil mendekati pecahan kaca di lantai. Dengan hati-hati, ia meregangkan tubuhnya, mencoba meraih kaca itu dengan ujung jarinya. Setelah beberapa kali percobaan, ia akhirnya berhasil menjepit pecahan kaca tersebut. Ia segera memposisikannya di antara kedua tangannya yang terikat."Nyonya, saya akan mencoba memotong tali ini. Tetap tenang," kata Toni dengan suara rendah namun penuh keyakinan.Dea mengangguk, meskipun hatinya terus berdebar. Ia memandangi anak buahnya yang mulai menggesekkan pecahan kaca itu pada tali di pergelangan tangannya. Setiap goresan menghasilkan suara lembut, cukup untuk membuat keduanya makin gelisah.Waktu t

    Last Updated : 2025-01-23
  • When I Start (Indonesia)   GUDANG

    Toni berhenti melangkah begitu mendengar majikannya bergumam. Ia menoleh, melihat Dea memegang map dengan tulisan nama itu di sampulnya. Ekspresi wajah wanita itu berubah, campuran antara keterkejutan dan kecemasan."Apa itu, Nyonya?" tanya Toni dengan berbisik, kemudian mendekati majikannya perlahan.Dea membuka map tersebut dengan tangan bergetar, menemukan tumpukan dokumen di dalamnya. Matanya membaca cepat setiap halaman. Foto-foto, catatan transaksi, dan sebuah daftar nama yang mencolok di tengah dokumen itu. Nama Airon tercantum, dengan keterangan tambahan: "Target utama pengacara, ancaman hukum.""Ini daftar klien mereka, Toni," gumam Dea dengan suara serak. "Nama-nama yang memesan mereka untuk menyergap seseorang dan di sini, Airon adalah targetnya."Toni mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kebetulan. "Airon? Maksud Anda mantan tunangan Anda? Kenapa dia ada di daftar ini?"Dea menelan ludah, mencoba mencerna informasi itu. "Airon adalah pengacara

    Last Updated : 2025-01-24

Latest chapter

  • When I Start (Indonesia)   Persidangan

    Ruang sidang dipenuhi dengan suara bisik-bisik dan tatapan tajam yang tertuju pada satu sosok di tengah ruangan, Wendy. Wanita itu duduk di kursi terdakwa dengan tangan yang terborgol, tetapi ekspresinya tetap penuh keangkuhan.Hakim mengetukkan palunya, menandakan persidangan dimulai."Saudari Wendy, Anda didakwa atas berbagai tuduhan, termasuk percobaan pembunuhan terhadap Nyonya Dea, persekongkolan untuk menghancurkan perusahaan Tuan Aiden, serta keterlibatan dalam berbagai tindakan ilegal lainnya. Apakah Anda mengakui dakwaan ini?" tanya Hakim dengan suara tegas.Wendy tersenyum miring. "Saya mengakui semuanya," jawabnya santai, membuat riuh kecil di dalam ruang sidang.Aiden, yang duduk di kursi saksi bersama pengacaranya, menatap Wendy dengan rahang mengatup rapat. Dea, yang masih dalam pemulihan, hadir dalam persidangan dengan wajah pucat tetapi sorot mata tajam.Jaksa kemudian berdiri dan mulai berbicara. "Bisa Anda jelaskan motif Anda melakukan semua ini? Apa alasan Anda ingi

  • When I Start (Indonesia)   BALASAN

    Insiden penyekapan berjalan dengan cepat hingga semua pelaku dikumpulkan dalam persidangan Sayangnya ada satu orang yang disinyalir menreh luka mendalam untuk keluarga Aiden, yakni Andre. Pria itu mendapat panggilan dari pihak kepolisian, tetapi dia sudah terbang ke luar negeri.Rita dan Kusuma tidak bisa menghubungi anak sulung mereka. Wajah keduanya tampak pias ketika melihat Aiden. "Sampai sekarang Mama dan Papa tidak bisa menghubungi Andre," ujar Rita pada putranya. "Tidak bisakah kamu melepaskan, Andre? Bagaimanapun dia adalah Kakakmu." Wanita itu tampak tak berdaya merasakan dilema di dalam hatinya. Pada akhirnya, Kusuma yang sedari tadi membisu mulai angkat bicara. "Biar Papa yang menghukum Kakakmu, Nak. Sebagai gantinya, sebagian warisan yang akan kami turunkan pada Andre kini kualihkan ke kamu, Aiden." Aiden hanya diam mendengarkan ucapan orangtuanya. Tak berselang lama, ia memilih pergi tanpa memberikan jawaban. Helaan napas terdengar dari mulutnya. Entah bagaimana, ia me

  • When I Start (Indonesia)   HOSPITAL

    Sesampainya di rumah sakit, Wijaya dengan panik membawa Dea yang tak sadarkan diri ke ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat dengan sigap membawa Dea ke dalam, meninggalkan Wijaya yang berdiri di luar ruang tindakan dengan wajah tegang.“Pak Wijaya, kami akan melakukan yang terbaik. Mohon tenang,” kata salah satu dokter sebelum pintu ruang tindakan tertutup rapat.Wijaya hanya bisa menatap pintu itu dengan perasaan campur aduk. Tangan kirinya mengepal, berusaha menenangkan dirinya sendiri. Namun, rasa khawatir terus menghantui pikirannya. Dea adalah harapan besar baginya dan melihatnya terluka parah seperti ini menghancurkan hatinya.Tak lama, Kusuma dan Rita tiba di rumah sakit setelah dihubungi oleh asistennya. Wajah keduanya menunjukkan kepanikan yang sama. Kusuma segera menghampiri Wijaya, menggenggam lengannya dengan kuat. “Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Dea?” tanyanya dengan suara bergetar.Wijaya menghela napas panjang, mencoba menenangkan sahabat sekaligus besannya

  • When I Start (Indonesia)   Father

    Tiba-tiba, suara dentuman keras mengguncang udara. Mobil yang mereka tumpangi berguncang hebat sebelum terlempar ke sisi jalan. Dea berteriak kaget, tubuhnya menghantam kursi depan sementara kaca mobil pecah berkeping-keping.Di depan mereka, sebuah truk tronton besar terlihat menghantam bagian depan mobil, membuatnya terguling hingga akhirnya berhenti di bahu jalan. Asap mengepul dari kap mesin, dan suara klakson tronton terdengar terus-menerus, seolah pengemudinya sengaja menekan klakson sebagai bentuk peringatan."Lars! Toni!" Dea memanggil dengan panik, tubuhnya terasa berat karena sabuk pengaman yang menahan pergerakannya. Rasa sakit di lengannya semakin terasa, ditambah serpihan kaca menusuk beberapa area wajahnya, tetapi itu bukan prioritasnya sekarang. "Apa kalian baik-baik saja?"Lars yang berada di kursi pengemudi tampak memegangi kepala, darah mengalir di dahinya. " Saya tidak apa-apa, Nyonya," jawabnya dengan suara parau, meskipun jelas ia sedang menahan rasa sakit.Toni,

  • When I Start (Indonesia)   Go Home

    Sony menggeram marah, matanya menyipit penuh kecurigaan. "Apa yang sedang terjadi di luar?!" Ia melirik anak buahnya yang kembali berlari ke dalam dengan wajah panik."Bos! Ada serangan! Mereka bersenjata lengkap dan bergerak cepat. Kami kewalahan!" teriak salah satu anak buahnya. Semua mafia yang langsung berubah mode serius.Dea tak ingin menyia-nyiakan waktu. Wendy tampak panik apalagi saat Dea berusaha kabur. "Dia kabur, Pa!" kejar Wendy. Ia bahkan mengeluarkan pisau tangan dan berusaha menusuk Dea. Sayangnya ujung pisau tersebut hanya merobek lengan targetnya. "Akh!" ringin Dea tetapi kakinya tetap berlari ke luar, tempat ledakan itu berasal. "Toni!" teriak Dea. Namun, matanya terbelalak karena sosok yang dipanggil tidak ada justru yang dia temukan adalah Devano."Cepat keluar, Dea!" sambut Devano dengan senyum merekah. Kemudian di sampingnya ada Pak Hando sosok yang selama ini selalu ia kunjungi. "Syukurlah aku menemukanmu, Nak. Ayahmu pasti senang."Sayangnya di belakang, te

  • When I Start (Indonesia)   Pelaku

    Ketua mafia menghela napas, dan berucap, "Bawa mereka masuk." Setelah mengucapkan itu, tanpa diduga dia melepaskan tali yang mengikat tubuh targetnya.Dea terperangah mendapati sikap orang yang dari tadi sangat nafsu ingin menghajarnya. "Kenapa?" Wanita itu tak bisa menahan diri untuk bertanya. "Sedikit kelonggaran untuk wanita semenarik dirimu. Aku sangat menyukai keberanianmu, Dea. Kalau saja bukan karena profesionalitas aku tidak akan memberikanmu pada mereka," uar ketua mafia dengan senyum licik. 'apa maksudnya?' batin Dea yang semakin bingung. Tak berselang lama, beberapa orang memasuki ruangan. Dan pada saat itu pula mata Dea berubah tajam saat seseorang berdiri angkuh di hadapannya.Wendy melangkah masuk dengan anggun, mengenakan setelan blazer mahal berwarna hitam yang memancarkan aura percaya diri dan keangkuhan. Senyum tipis menghiasi wajahnya, tetapi matanya dipenuhi dengan kepuasan yang sulit disembunyikan. Di sampingnya, seorang pria paruh baya bertubuh besar dengan wa

  • When I Start (Indonesia)   Pisah

    "Tidak. Nyonya!" teriak Toni, suaranya penuh kepanikan dan amarah ketika Dea ditarik semakin jauh dari pandangannya. Ia meronta sekuat tenaga, tetapi tali yang mengikat tangannya terlalu kuat, dan dua pria berbadan besar menahan tubuhnya dengan kasar. Toni hanya bisa melihat punggung Dea yang semakin menjauh, diiringi suara langkah kaki berat dari pria yang membawanya.Namun, sebelum Dea benar-benar menghilang di balik bayangan, Toni melihat gerakan bibir majikannya. Dea mengucapkan sesuatu, tanpa suara, tetapi Toni tahu persis apa yang dikatakannya. "Pergi. Bawa tim, lalu selamatkan aku."Pesan itu menancap tajam di benak Toni. Tubuhnya gemetar, bukan hanya karena rasa takut atau frustrasi, tetapi karena ia tahu Dea sedang mempertaruhkan segalanya untuk memberinya peluang. Namun, bagaimana mungkin ia meninggalkan Dea di tangan ketua mafia yang jelas-jelas berbahaya? Toni mengepalkan tangan, rasa bersalah dan tekad bercampur dalam pikirannya.Sementara itu, Dea dibawa melalui lorong y

  • When I Start (Indonesia)   Chip

    Titik merah itu bergerak perlahan, nyaris tidak terlihat jika tidak diperhatikan dengan saksama. Lars segera memperbesar tampilan di layar. "Apa itu?" tanya Aiden, yang kini berdiri di belakang Lars dengan wajah penuh ketegangan. Lars menyipitkan mata, menganalisis pola gerakan titik merah tersebut. "Titik ini berbeda. Ini bukan sinyal telepon atau alat biasa. Ini seperti…" Pria itu menimang diagnosisnya. "chip pelacak." Aiden terkejut. "Chip pelacak? Siapa yang punya chip itu?" Lars mengetik cepat di tablet-nya, mencoba mencocokkan sinyal dengan database internal mereka. Setelah beberapa detik, wajahnya berubah serius. "Ini dari Toni. Chip ini tertanam di kaki prostetiknya. Sepertinya dia masih hidup, dan dia bergerak." Mata Aiden membelalak. "Toni? Kau yakin itu dia?" "Ya," Lars menjawab tegas. "Chip itu dirancang khusus untuk situasi darurat seperti ini. Dia mungkin sadar bahwa kita sedang melacaknya." Mr. Bad mendengar percakapan itu melalui headset. "Jika chip itu ak

  • When I Start (Indonesia)   GUDANG

    Toni berhenti melangkah begitu mendengar majikannya bergumam. Ia menoleh, melihat Dea memegang map dengan tulisan nama itu di sampulnya. Ekspresi wajah wanita itu berubah, campuran antara keterkejutan dan kecemasan."Apa itu, Nyonya?" tanya Toni dengan berbisik, kemudian mendekati majikannya perlahan.Dea membuka map tersebut dengan tangan bergetar, menemukan tumpukan dokumen di dalamnya. Matanya membaca cepat setiap halaman. Foto-foto, catatan transaksi, dan sebuah daftar nama yang mencolok di tengah dokumen itu. Nama Airon tercantum, dengan keterangan tambahan: "Target utama pengacara, ancaman hukum.""Ini daftar klien mereka, Toni," gumam Dea dengan suara serak. "Nama-nama yang memesan mereka untuk menyergap seseorang dan di sini, Airon adalah targetnya."Toni mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kebetulan. "Airon? Maksud Anda mantan tunangan Anda? Kenapa dia ada di daftar ini?"Dea menelan ludah, mencoba mencerna informasi itu. "Airon adalah pengacara

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status