Home / CEO / MENIKAHI BILLIONAIRE / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of MENIKAHI BILLIONAIRE: Chapter 31 - Chapter 40

96 Chapters

TAK SABAR INGIN BERPISAH

"Jangan mengambil foto lagi," ujar Tang He seraya menghalangi para wartawan tersebut.  An Ran membuka kedua matanya, melihat ribut-ribut di dalam kamarnya An Ran nampak masih tenang, namun begitu melihat pria yang memakai selimut yang berdiri di depannya. Kedua Mata An Ran terbelalak.  "Mengapa itu bukan Zyan," pikirnya "Mengapa jadi begini," pikirnya.  An Ran menatap marah kepada Tang He, "bukankah dia bilang, Zyan berada di kamar ini," pikirnya lagi seraya mensusutkan tubuh dan wajahnya masuk kedalam selimut.  Tang He segera mendorong wartawan itu keluar dari kamar. Setelah mereka keluar, barulah An Ran bangkit dari ranjang, memunguti bajunya dan pergi ke kamar mandi. Setelah itu An Ran keluar dengan emosi berapi-api. 
Read more

FOTO

Tengah malam, Rui terbangun karena suara ponselnya berdering. Masih denhan suara yang setengah tertidur Rui pun menjawabnya.  "Rumah sakit," ujar Rui.  Rui segera berganti pakaian lalu bergegas pergi ke rumah sakit. Kakek Liu mengalami serangan jantung, dan sedang berada di IGD.  Hati Rui tak karuan, dalam keluarga Liu hanya Kakek Liu yang memperlakukannya dengan baik. "Bibi Ye, bagaimana dengan keadaan Kakek?" tanya Rui.  Bibi Ye hanya terdiam, tidak menjawab itu artinya keadaan Kakek Liu tidak baik.  Air mata kekhawatiran Rui pun mulai terjatuh.  Kakek Liu masih dalam ruang IGD, untuk masa observasi karena Kakek Liu telah kehilangan kesadarannya secara penuh. Rui menangis melihat banyak
Read more

SUDAH HILANG AKAL

Di hotel, Zyan membawa An Ran ke kamar VIP, Zyan duduk di depan An Ran. Semenjak berita yang viral kala itu tersebar, ini pertama kalinya mereka bertemu kembali. An Ran langsung saja, berhambur ingin memeluk Zyan.    "katakan apa yang ingin kau katakan!" ujar Zyan seraya mengibas-ngibaskan tangannya agar An Ran tidak mendekat.   "Aku sudah dijebak," jelas An Ran.    "Seseorang memberikan sesuatu kedalam minuman kami," jelas An Ran lagi.    "Aku …. maksudnya kami benar-benar tidak bisa menahan diri karena pengaruh obat tersebut," ujar An Ran.    "Kau harus mencari orang itu untuk-ku!" pinta An Ran.    "Tidak kah kau masih mencintaiku?" tanya An Ran mengiba.   
Read more

NERAKA

Rui "...."  Rui benar-benar ingin meledakan semua isi hatinya, dihadapan pria yang disebut suaminya ini.  "Aku Mu Tian Rui, tidak pernah melakukan hal serendah itu hanya untuk bisa tidur denganmu," jawab Rui sambil menahan tangisnya.  "Aku ingin bercerai," ujar Rui.  Zyan merasa kesal atas apa yang di dengarnya, Zyan berjalan mendekat kearah Rui, "bercerai mimpi saja, kecuali aku mati," jawab Zyan seraya pergi meninggalkan ruang kerjanya. Rui menatapi pintu yang baru saja di tutup itu dengan penuh kebencian.  Sementata An Ran bertambah senang ketika mengetahui jika selama ini Rui dan Zyan tidak tidur dalam satu kamar. An Ran semakin merasa kesempatannya untuk menyingkirkan Rui menjadi semakin besar.  
Read more

TANDA MERAH

Di rumah sakit, Rui mengambil selimut dari lamari lalu menatanya di sofa. Zyan melihat Kakek Liu sebentar, lalu keluar dari kamar Kakek Liu. Rui menoleh ketika mendengar pintu geser terbuka.  "Apa kau akan menginap disini?" tanya Rui.  "Tidak," jawab Zyan cepat.  Rui menggigit-gigit bibir bawahnya, berpikir ada An Ran di rumah mereka untuk apa Zyan memilih tidur di rumah sakit.  "Jika kau begitu mencintai An Ran, mengapa tidak melepaskanku?" tanya Rui.  Zyan berjalan mendekati Rui, lalu mendorong Rui ke dinding. Zyan melihat tulang selangka Rui yang terlihat indah. Zyan merasa tak tahan, lalu mulai mencium leher Rui dan turun ke tulang selangka Rui. Setelah  tanda merah di tulang selangka Rui terlihat barulah Zyan melepaskan Rui da
Read more

HAMIL

Feng Chen melihat, Zyan keluar dari Ruang VIP. Mengikuti firasatnya, Feng Chen melangkah masuk. Feng Chen tertegun melihat rupa Rui yang berantakan, lalu segera menghampiri.  "Apa yang terjadi? apa si brengsek itu yang melakukannya?" tanya Feng Chen.  Baru saja Feng Chen berdiri, ingin mencari Zyan untuk membuat perhitungan, namun Rui menarik tangan Feng Chen.  "Pria brengsek itu adalah suamiku, Direktur Feng tidak usah memperhitungkan dengannya," ujar Rui.  Rui tak ingin ada ribut-ribut dan malah membuat hubungan Feng Chen dan Zyan semakin tidak baik.  Feng Chen menahan amarah dihatinya, "aku antar kau pulang," ujar Feng Chen.  "Beristirahatlah," ujar Feng Chen lagi. 
Read more

KEHILANGAN

Rui menguatkan hatinya dan melangkah pulang, Rui melihat Zyan dan An Ran sedang duduk di sofa. Rui menimang-nimang apakah akan memberitahu tentang kehamilannya ini. Baru saja ingin mengatakan, namun An Ran sudah mematahkan niat Rui.  An Ran menyandarkan kepalanya di bahu Zyan, dan mulai bersikap manja. Zyan mengusap lembut puncak kepala An Ran. Rui pun mengurungkan niatnya, dan berlalu pergi masuk ke kamarnya.  Rui tak tahan melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya. Betapa pun Rui tidak menginginkan pernikahan ini, namun Zyan adalah laki-laki pertama yang menyentuh dirinya, dan sekarang sebagian gen Zyan sedang bertumbuh di tubuhnya. Jadi tidak mungkin jika Rui tidak menaruh harapan pada Zyan, ada sekeping hati untuk Zyan, namun itu terasa menyakitkan.  Rui mengepak pakaiannya, Rui berencana tinggal di rumah sakit menemani Ka
Read more

AROMA TUBUHNYA

Assisten Fu juga sama terkejutnya ketika mendengarnya, Nyonya Muda Liu tengah hamil namun mereka tidak mengetahuinya sama sekali.  Perawat membawa Rui keluar ruangan IGD, Zyan mengikutinya. Zyan menatapi wajah Rui yang terpulas dan terlihat pucat itu. An Ran merasa senang, karena foto-foto yang Tang He kirimkan telah berhasil menprovokasi Zyan, bahkan membuat Rui kehilangan bayinya.  Tang He memiliki keahlian fotografi yang tinggi. Karena itu An Ran meminta bantuannya.   Tak ingin membuat Zyan menyalahkan dirinya dan berlaku baik kepada Rui, maka An Ran berpikir saatnya mengeluarkan foto yang ada di ponselnya.  An Ran datang ke rumah sakit, melihat Zyan sedang menjaga Rui, hatinya merasa iri. Selama ini, selama menjalin hubungan dengan Zyan. Jika dirinya zakit
Read more

SETIAP DETIK

Rui menghabiskan hari-harinya di Villa dalam kesendirian, bahkan Zyan tidak mengizinkannya menggunakan ponsel. Rui memutuskan menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang berharga. Rui meminta peralatan untuk merajut. Lalu Rui mulai merajut pakaian bayi, sepatu bayi dan yang lainnya bahkan tanpa sadar merajut sebuah syal untuk zyan.  Berbulan-bulan Zyan tidak datang, Hari ini  asisten Fu menjemput Rui. Pelayan menyiapkan satu set pakaian berwarna putih.  "Ada apa ini?" tanya Rui dengan hati was-was.  "Nyonya, saatnya pergi ke pemakaman," jawab Asisten Fu.  "Pemakaman?" tanya Rui.  "Tuan Mu,  akan dimakamkan," jawab Asisten Fu.  "Ayah …. ayah …. tidak mungkin," jawab Ru
Read more

TERBAKAR

"Direktur Feng," sapa Helen.  Feng Chen menoleh, dan mengambil tas yang Helen bawa, lalu bergegas ke kamar tamu untuk bersalin.  Helen pergi ke kamar Rui, Helen melihat Rui terduduk di ranjangnya dengan tatapan kosong.  "Rui," panggil Helen lembut.  "Helen," jawab Rui.  "Apa demamnya sudah turun?" tanya Helen.  "Ya aku baik-baik saja?" jawab Rui.  Helen pun memeluk Rui menenangkan Rui, "Tenanglah kau tidak sendirian" hibur Helen.  Feng Chen mengetuk pintu kamar Rui, "makanan sudah siap, ayo kita sarapan!" ujar Feng Chen.  "Kami akan segera kesana,"
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status