Home / CEO / Istri Kedua CEO / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Istri Kedua CEO: Chapter 141 - Chapter 150

227 Chapters

141. Kejutan di Pagi Hari

Cara mengerjabkan mata perlahan ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Kening gadis itu berkerut dalam ketika mendapati Alvaro sudah tidak ada di sampingnya. Cara merenggangkan otot tubuhnya yang terasa kaku sebelum mendudukkan diri di atas tempat tidur.Ibu kandung Mello itu sontak menoleh ketika mendengar pintu kamarnya terbuka. Alvaro masuk ke dalam kamar sambil membawa sebuah nampan berisi segelas susu dan setangkup roti bakar."Selamat pagi, Istriku." Alvaro mengecup bibir Cara sekilas sebelum meletakkan nampan tersebut di meja kecil samping tempat tidur."Bagaimana tidurmu semalam? Nyenyak?" tanyanya seraya mendudukkan diri di samping Cara."Nyenyak sekali," jawab Cara. "Kamu nggak kerja?" tanya gadis itu setelah melihat jam yang menempel di dinding kamar mereka. Ternyata sekarang sudah hampir jam setengah sembilan pagi.
Read more

142. Anakku Tidak Mati!

"Long time no see, katamu?" sengit Mama dengan mata melotot. Sebelah tangan wanita paruh baya itu refleks memukul belakang kepala Alvaro dengan cukup keras untuk melampiaskan kekesalan.Mama benar-benar kesal karena Alvaro tidak memberi tahu kalau cucunya sudah lahir ke dunia. Padahal dia sudah menanti kehadiran Mello sejak lama."Aduh!" Alvaro meringis sambil mengusap belakang kepalanya yang sakit. "Kenapa Mama memukul kepalaku?" sengitnya tidak terima."Kenapa kamu tidak memberi tahu kalau cucu Mama sudah lahir, Alvaro?" geram Mama terdengar kesal. "Bik Arum tadi bilang kalau Mello sudah berumur satu bulan. Kamu ini benar-benar ...."Mama geleng-geleng kepala. Kali ini dia merasa sangat kecewa dengan Alvaro.Alvaro terus mengusap belakang kepalanya sambil memikirkan alasan agar Mama tidak semakin marah dan curiga kalau Mello sebenarnya anak kandung Cara, bukan Angela."A
Read more

143. Ceraikan Istrimu!

Cara sontak melirik Alvaro yang berdiri di depan pintu kamarnya sambil menggendong Mello. Penyesalan dan rasa bersalah terpancar jelas dari kedua sorot mata lelaki itu.Alvaro merasa sangat bersalah sudah mengatakan pada Mama jika anak Cara sudah meninggal. Dia benar-benar bingung mencari jawaban yang tepat saat Mama bertanya di mana anak Cara tadi"Sorry ...," ucapnya tanpa suara pada Cara.Wajah Cara sontak mengeras, amarah dan kekecewaan tergambar jelas di wajah cantiknya. Alvaro benar-benar keterlaluan mengatakan pada Mama jika anak kandungnya sudah meninggal.Padahal Mello masih hidup sampai sekarang. Malaikat kecilnya itu bahkan tumbuh dengan sangat baik dan sehat. Apa Alvaro tidak bisa memilih alasan lain untuk membohongi Mama?Kenapa lelaki itu mengatakan kalau anak kandungnya sudah meninggal?Astaga!Helaan napas panjang keluar dari bibir manis Ca
Read more

144. Kejutan Untuk Allendra

Tempat itu sangat ramai. Semua kursi terisi penuh oleh orang-orang yang ingin melihat balap motor nomor satu di dunia. Kebanyakan dari mereka memakai baju berwarna kuning dan membawa bendera kecil dengan nomor 46. Termasuk Angela dan Allendra.   Mereka sekarang sedang berada di sirkuit Le Mans. Mumpung ada di Paris, Allendra dan Angela tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melihat Moto GP yang diadakan di sana. Lagi pula besok lusa mereka harus kembali ke Indonesia untuk melanjutkan rencana mereka yang sempat tertunda karena visa Angela bermasalah. Pertandingan berlangsung sangat seru. Para pembalap memacu kuda besinya dengan kecepatan maksimal yang mereka mampu agar bisa tiba di garis finish paling depan. Angela tanpa sadar menahan napas saat pembalap favoritnya beradu kecepatan dengan pembalap lain di tikungan. Jantungnya nyaris saja
Read more

145. Apa Aku Bukan Anakmu?

Allendra sontak menatap makanan yang terbuat dari hati angsa yang dibakar dengan saus khas sehingga rasanya menjadi sangat lezat dan segelas cocktail yang terbuat dari aneka campuran champagne dan minuman alkohol bercita rasa blackberry. Allendra sangat menyukai Kir Royale karena minuman tersebut memiliki rasa buah beri yang cukup kuat dan segar."Kenapa kamu diam saja, Allendra? Apa kamu tidak suka dengan makanan yang Mama pesan?" Mama menatap Allendra dengan alis terangkat sebelah karena putra kandungnya itu hanya menatap makanan yang dia pesan.Allendra menggeleng pelan karena Foie Gras memang menjadi salah satu makanan favoritnya selama tinggal di Paris. Dia bahkan biasa makan hati angsa yang dibakar itu sampai tiga kali dalam seminggu. Namun, selezat apa pun makanan tersebut tidak akan mampu menandingi lezatnya masakan buatan Mama. Sampai sekarang pun masakan Mama masih menempati urutan pertama makanan paling enak yang pernah Allendra mak
Read more

146. Jauh Dari Kebahagiaan

Angela memasuki loby hotel tempatnya menginap bersama Allendra dengan senyum cerah karena pembalap favoritnya keluar menjadi juara. Rasa kesal karena Allendra pergi meninggalkannya di tengah pertandingan untuk bertemu dengan Mama akhirnya terbayar sudah. Sebelum pulang dia mampir ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa kaleng minuman berakohol dan makanan ringan karena ingin merayakan kemenangan pembalap favoritnya bersama Allendra. Rasanya pasti sangat seru dan menyenangkan.Angela menekan tombol lift yang ada di hadapan. Seringaian kecil muncul di bibirnya melihat sepasang kekasih sedang asyik berciuman tanpa malu saat pintu lift di hadapannya tersebut terbuka.Dengan santai dia masuk ke dalam lift mengabaikan kedua orang yang sedang bercumbu tersebut. Mereka masih asyik berciuman, bahkan saling melumat dan bertukar saliva tanpa memedulikan kehadirannya karena hal seperti ini sudah dianggap wajar di negara mereka.An
Read more

147. Permintaan Maaf

Alvaro sangat panik karena Cara malah menangis tersedu-sedu. Dia pun menuntun gadis itu duduk di gazebo yang berhadapan langsung dengan kolam renang. "Apa yang terjadi, Sayang? Kenapa kamu menangis?" tanya Alvaro terdengar khawatir. "A-aku takut sekali, Alva ...," jawab Cara di sela isak tangisnya. "Apa yang kamu takutkan, Sayang?" Alvaro mendekat, dengan penuh pegertian dia mengusap air mata yang membasahi pipi Cara. "Apa lelaki berengsek itu menemuimu lagi?" Alvaro mengedarkan pandang ke sekitar mencari keberadaan Jafier. Dia bersumpah akan membunuh lelaki itu dengan kedua tangannya sendiri jika berani menyentuh Cara. Cara menggeleng pelan membuat Alvaro bertanya-tanya hal apa yang membuat istri keduanya itu menangis te
Read more

148. Perempuan Berhati Besar

"Kak Alexandra, jangan seperti ini ...." Cara mendesah panjang. Dia tidak pernah menyangka Alexandra rela bersimpuh di kakinya demi mendapatkan kata maaf darinya."Jafier sudah mendapat hukuman atas perbuatannya. Tolong maafkan Jafier, Caramell." Setitik air mata jatuh membasahi pipi Alexandra karena teringat dengan Jafier yang masih terbaring tidak sadarkan diri rumah sakit sampai sekarang.Jafier mengalami gagar otak karena Alvaro memukul belakang kepalanya lumayan keras. Dia sempat pingsan selama tiga jam dan muntah-muntah sebelum akhirnya tidak sadarkan diri sampai sekarang.Sang kakek bahkan menarik kartu debit dan mencabut semua fasilitas yang selama ini Jafier dapatkan sebagai hukuman karena berani melawan perintahnya dan membuat keluarga besar Mahendra malu."Kak Alexandra, Cara mohon. Tolong berdirilah.""Kamu mau maafin Jafier, kan?" Alexandra menatap Cara dengan penuh harap. Dia
Read more

149. Wanita Paling Cantik

"Alva, bagaimana penampilanku. Apa aku terlihat cantik?"Alvaro pun memperhatikan penampilan Cara dari atas sampai bawah. Malam ini Cara memakai gaun berwarna merah muda yang memiliki belahan sampai sebatas paha dari George Chakra. Serta satu set perhiasan emas dari Stone Hange dan sepasang sitletto dari Jimmy Cho yang membuat ibu kandung Mello tersebut terlihat cantik dan anggun."Cantik," jawab Alvaro."Benarkah?""Iya, Sayang. Apa pun yang kamu pakai pasti terlihat cantik."Pipi Cara bersemu merah. Alvaro selalu saja bisa membuatnya tersipu malu. "Terima kasih," ucapnya terdengar lucu."Apa aku terlihat seperti Bunda Shim Soo Ryeon?" tanya Cara sambil mengayunkan gaunnya ke kiri dan ke kanan seperti anak kecil."Shim Soo Ryeon?" gumam Alvaro tidak mengerti. "Apa dia tetangga baru kita?"
Read more

150. Kejutan Dari Tuan Arogan

Sifat arogan dan pemarah yang Alvaro tunjukkan membuat ayah satu anak itu terlihat sangat menyeramkan saat marah. Apa lagi pelayan itu sudah membuat baju perempuan yang dicintainya kotor. Padahal dia sudah memesan gaun indah untuk Cara tersebut sejak jauh hari. Akan tetapi kecerobohan pelayan itu telah mengacaukan segalanya. Pelayan itu harus mendapat hukuman setimpal atas perbuatannya."M-maafkan saya, Tuan," ucap pelayan perempuan tersebut terbata-bata karena merasa sangat takut dengan Alvaro. Tatapan tajam lelaki itu seolah-olah mampu mencabik-cabik tubuhnya menjadi potongan-potongan kecil."Saya benar-benar tidak sengaja. Tolong maafkan saya Tuan, Nyonya," ucapnya memohon belas kasih Alvaro. "Siapa namamu?" tanya Alvaro terdengar dingin membuat buli kuduk siapa pun yang mendengar pasti merinding.Pelayan tersebut meremas kesepuluh jemari tangannya yang  basah. "Na-nama saya, Adisty, Tuan," jawabnya takut-takut.Seringaian kecil muncu
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
23
DMCA.com Protection Status