Home / Romansa / Balada Asmara Biduan Dangdut / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Balada Asmara Biduan Dangdut: Chapter 21 - Chapter 30

146 Chapters

SI CALON MANAJER

Caffe Deu Luxury, Lantai 2 Table VIP, Hotel Rich Bintang Lima.Kupikir tadinya nama itu semacam nama-nama Prancis. Tapi keliru. Rupanya hotel mewah ini mempunyai gaya arsitektur Inggris kuno. Setidaknya begitulah yang dikatakan oleh pegawai hotel saat kami tiba di sana.Aku, Dewik dan Kang Bambang seperti orang kampungan yang nyaris tak  berkedip melihat mengkilatnya lantai marmer di bawah kaki. Lampu-lampu kuning terang. Dan musik klasik yang dimainkan secara live oleh seseorang di pojokan caffee.“Kupikir memainkan dangdut di sini pasti bisa bikin geger pengunjung.” Aku bercanda.Dewik mengangguk. “Musik klasik sangat membosankan. Tidak enak buat digoyang.”Kang Bambang cuma tertawa sambil geleng-geleng kepala.Kami bertiga duduk di sebuah kursi bundar dengan taplak dan ornamen berwarna serba putih. Meja VIP dengan tulisan “reserved” yang sangat seksi. Seumur hidup baru pertama kali aku datang ke si
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

KESEPAKATAN

Masih di Caffe Deu Luxury, Lantai 2 Table VIP, Hotel Rich Bintang Lima.“Lima puluh juta buat satu lagu? Gilak! Apa nggak bisa kurang?”Seketika Inces tertawa sambil memandangku. “Yaa ampun, tampan-tampan tapi bego! Ya emang harganya sudah segitu, Kir! Emangnya beli tempe ah kok mau ditawar-tawar.”Kang Bambang memijit-mijit jidatnya. Aku tahu ini merupakan harga yang fantastis.“Yaudah, pikirkanlah dulu kalian soal ini.” Inces mengambil tasnya dan berdiri. “Kalau deal, kalian calling aku, dan saat itu pula aku mau jadi manajer kalian buat ngurusin segala keperluan kalian.”“Lha kalau nggak deal, gimana?” tanyaku ragu.Inces mendekatkan mukanya ke telingaku. “Aku nggak mau jadi manajer kalian.”Alamak, gawat nih…“Yasona begindang aja. Inces mau capcus jali-jali cacamarica lekong.”(Yasudah begitu aja. Inces mau pergi jalan-jalan c
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

MALING?

Di rumah. Pukul 02.00 dini hari.Suasana sangat sepi. Pagi masih buta, belum ada cahaya matahari masuk ke jendela, juga belum dapat ditemui tanda-tanda kehidupan. Di saat seperti ini jelas saja aku tidur terlelap, memeluk guling dan bantal dan bersembunyi di balik selimut.   Namun tiba-tiba, emak membangunkanku!“Kirr…”Bukan dengan cara beteriak kencang ataupun menamparku seperti biasanya. Namun, kali ini emak hanya menyentuh-nyentuh kakiku dengan perlahan, menarik-narik tanganku, dan sesaat setelah aku terbangun emak berbisik setengah panik.“Kir, kayaknya ada maling.”“Apa?” Kaget aku mendengarnya. Cepat-cepat aku mengucek mata sembari mengumpulkan nyawa.“Maling?”“Iya. Sttt…”“Dimana, Mak?”“Di depan sana.” Jemari emak menunjuk ke arah depan. Suaranya masih lirih berbisik. Kepalanya celingak-celinguk s
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

SI BAYI MUNGIL

Aku tak tahu siapa nama bayi mungil ini, darimana asalnya, dan siapa orang tuanya? Tapi yang jelas aku jengkel sekali rasanya! Sebab, padahal di luar sana banyak orang menginginkan mempunyai momongan, bahkan tetanggaku sampai ada yang belasan tahun menunggu mempunyai buah hati, dan bahkan mengusahakan segala macam cara dari cara jalur medis hingga sampai pengobatan alternatif, hingga akhirnya mereka memutuskan bercerai di tahun ke lima belas sebab salah satu di antara mereka terbukti mandul.Sehingga sekarang sangat wajar jika aku merasa jengkel bukan main! Sebab di hadapanku ada seorang bayi mungil tak berdosa yang telah dibuang oleh seseorang begitu saja! Apa  mungkin yang membuang itu orang tuanya sendiri? Apa mungkin ini adalah bayi hasil hubungan terlarang? Entahlah! Tapi yang jelas, yang telah membuangnya sudah melanggar UUD 45, sebab tidak berperikemanusiaan dan perikeadilan!“Apa itu, Kir?” Emak membuyarkan lamunanku.Aku menoleh. Menata
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

NAMA BAYI

“Waalaikumsallam…”Seorang gadis berpakaian sederhana dengan jilbab merah muda datang. Matanya heran menatap kami, tapi sedetik kemudian dia menundukkan pandangan. Ada dua senyum yang lekas mengembang, dari bibirnya, dan juga bibirku. Soal bibir, gadis itu mempunyai bibir tipis yang alami berwarna merah muda, tanpa memakai gincu. Alisnya yang tebal itu segera melengkung bak busur.Aisyah, matahariku! Di mataku, Aisyah adalah sekumpulan bait-bait puisi yang hidup.“Lho, kok ada Emak, Mas Cukir juga?” tanyanya seketika. Pandangannya masih menunduk malu-malu.“Iya ini, Nduk, ada keperluan sama Abah Yai.” Emak yang menanggapi.Kemudian Aisyah duduk bersama kami setelah membuat empat gelas teh hangat. Sebelum bertanya mengenai bayi di gendongan abahnya, terlebih dulu emak menjelaskan kepadanya segala sesuatu yang baru saja terjadi.“Tadi malam dini hari Emak dan Cukir yang menemukan bayi ini di hal
last updateLast Updated : 2021-11-25
Read more

SITI

Siangnya, setelah bakda sholat zuhur, dibawalah Temu menemui Siti di rumahnya. Abah Yai dan Siti dan sopirnya menjemputku di depan rumah memakai mobil. Aku yang sudah mandi dan wangi pun segera masuk ke dalam mobil tersebut.“Assalamualaikum,” kataku menyapa.“Waalaikumsallam. Waah, ganteng sekali Nak Cukir.” Abah Yai tertawa.“Alhamdulillah,” jawabku spontan. “Sudah bawaan dari lahir, Yai.”Abah Yai tertawa. Sang supir juga tertawa. Dan Aisyah yang duduk di depan juga tertawa, meski tanpa mengeluarkan suara. Aku tahu sebab kulihat pundaknya yang bergerak naik-turun.“Yawes. Yuk jalan, Pak. Keburu bayinya lapar.” Abah Yai meyuruh sang supir menancap gas.“Sendiko dawuh, Yai.”Sepanjang jalan Abah Yai tak henti menendangkan lagu-lagu salawat Nabi. Temu terlelap di gendongnya. Aku yang duduk di sampingnya sesekali melirik. Kadang-kadang ke arah Temu yang terlelap, j
last updateLast Updated : 2021-11-25
Read more

KESEPAKATAN

Pasar ini sangat ramai meski letaknya tak berada di tengah kota. Ini adalah pasar kecamatan, tapi karena letaknya yang strategis berada di perbatasan 3 kabupaten sekaligus, maka tak heran jika sepanjang waktu ia dikerubuti oleh pedagang dan pembeli. Sejak sebelum subuh hingga sampai tengah malam, hampir 24 jam non stop para pedagang berbodndong menjajakan dagangannya secara bergantian. Pagi hari kebanyakan diisi oleh pedagang sayur mayur, ikan, dan juga aneka daging segar. Siang hari lebih banyak didominasi oleh lapak-lapak yang menjual kebutuhan rumah tangga. Sedangkan malam hari banyak terlihat tenda-tenda yang menjual berbagai macam makanan, seperti nasi goreng, kwetiau, dan juga warung kopi.Tak hanya pedagang, namun para supir angkot dan becak juga ikut mengais rezeki di tempat ini. Kebanyakan mereka adalah warga lokal. Sedangkan boss-boss mereka (si pemilik angkot tersebut) adalah kaum tionghoa.Dan, yang harus kuceritakan juga bahwa di pasar ini jug
last updateLast Updated : 2021-11-25
Read more

PERKELAHIAN

“Kemarin dari mana saja kamu, Mas?” Seprot Dewik tiba-tiba begitu aku sampai di markas.“Iya nih, seharian kita telponin HP-mu tapi nggak diangkat.” Kang Bambang ikut menimpali.“Aduh maaf nih, soalnya kemarin ada hal penting yang nggak bisa aku tinggalin,” kataku merasa bersalah. Aku tahu jika seharusnya 10 hari ini akan digunakan buat fokus latihan lagu ciptaan kami. Tapi masalah Temu kemarin benar-benar harus memakan waktuku seharian.“Kamu masih serius mau latihan kan, Kir?” Kang bambang tampak kesal sekali. Baru kali ini kulihat dia berperilaku seperti ini.“Maaf, Kang, tapi—”“Maksudku begini, Kir. Kalau kamu nggak bisa datang latihan yap ling enggak bilang dulu dong. Kabarin kek. Apa kek. Jangan tahu-tahu hilang gitu. Capek lah nungguin orang nggak jelas gitu. Dan kamu tahu nggak, Dewik nungguin kamu di markas sampai larut malam. Kasihan dia!”“Udah, K
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

KADO ISTIMEWA

Malamnya, latihan telah selesai, lalu kami mengemasi alat-alat dan kembali memasukannya ke dalam markas. Dewik datang dengan 2 gelas kopi panas, untukku dan untuk Kang Bambang.“Terima kasih,” kataku.“Ah, nggak perlu berterima kasih,” jawab Dewik tanpa beban. Lalu betina itu berkata, “Maaf ya Mas soal kejadian tadi.”“Iya, Kir. Aku juga minta maaf kalau bercandanya kelewat batas.” Kang Bambang tertawa.Aku menggeleng. “Enggak perlu minta maaf kok. Malahan aku senang ada yang masih mengingat ulang tahunku. Bahkan aku saja lupa. Dan aku yakin jika Emak pun pasti lupa tak peduli padahal dia yang melahirkanku.”Kami semua tertawa.“Nah, tapi kalian ngasih kejutan begini apa nggak ada yang ngasih kado apa?” tanyaku menggoda. Sontak itu membuat Kang Bambang dan Dewik tertawa, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.“Sebenarnya ada kok. Nggak mungkinlah di hari spe
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

KABAR BURUK

“Minggu depan kita batal ke Ibu Kota, Kang.”“Apa??” Sontak kami syok! Dewik sampai menganga mulutnya.“Jangan main-main kamu, Inces!” Kang Bambang marah. Tangannya menggebrak-gebrak meja. “Kita udah punya kesepakatan, kan? Bagaimana mungkin bisa gagal?”Suara Inces terdengar tenang di sebrang. Dengan aksen kebencong-bencongan dia berkata, “Ya beginilah dunia hiburan. Semua menganut hokum rimba. Siapa yang punya kekuatan, dia yang akan menang.”“Aku nggak paham maksudmu!” jawab Kang Bambang.Terdengar Inces menyulut rokok dan mengembuskan asapnya ke HP. “Jadi begini, Kang. Aku memang udah buat janji sama temenku yang punya studio. Tapi masalahnya kita kalah di DP! Di dunia hiburan, jangan pernah percaya kepada siapa pun! Itu rumusnya. Dan masalah janji nggak akan ada artinya tanpa adanya pengikat.”“Apa pengikatnya?”“Tentu saja uang!
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status