Home / Romansa / Nasib calon menantu salah alamat / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Nasib calon menantu salah alamat : Chapter 1 - Chapter 10

72 Chapters

Prolog

Only your voice sounds so loud to meI can’t hear anything elseOnly your eyes look so big to meAm I going crazy?All day, I only thought of youMaybe something’s wrong with my headDo I like you now?Or am I just crazy?You keep going like this and thatShaking me upYou keep coming back and forthConfusing meI keep seeing you, even in my dreamsI see you, even when I try to avoid youWherever I am, you’re there, even when I close my eyesYour heartOnly my eyes can seeOnly my eyes can seeOnly your voice sounds so loud to meI can’t hear anything elseOnly your eyes look so big to meAm I going crazy?You keep trying to hideAs if you’re there but notYou try to avoid meYou try to run awayI keep seeing you, even in my dreamsI see you, even when I try to avoid youWherever I am, you’re there, even when I close my eyesYour heartOnly my eyes can seeOnly my eye
last updateLast Updated : 2021-05-30
Read more

Bab I : Si anti dadakan.

Nara dengan cemas membolak balik jam di pergelangan tangannya. “Mas Arka! Tolong tanya mas Ara ini pesanannya jadi diambil apa enggak?” pinta Nara begitu mendengar suara kakaknya. Arka menghela napas, ”Nara Kamila! Jangan karena kamu pikir kami kerja di satu rumah sakit jadi pasti saling ketemu. Sudah kamu tanya sendiri saja! Mas sudah harus masuk ruang operasi.” jawabnya cepat dan segera menutup teleponnya. Beberapa menit kemudian ada pesan masuk di ponsel Nara. Ia pun segera menelepon nomor yang baru saja diberikan oleh kakaknya.# “Mas Ara, ini mas di mana? Pesanan kuenya enggak jadi mau diambil jam sepuluh? Ini sudah mau jam sebelas mas?”tanya Nara datar sambil dengan satu tangan merapikan kotak-kotak berisi kue dan memegang ponsel dengan tangan yang lain. “Ya ampun! Maaf! Aku tiba-tiba ada operasi.”jawab Ara terkejut sambil menepuk dahi. Dirinya lupa untuk mengambil pesanan kue ibunya,”Boleh minta tolong?”ujar Ara pelan karena merasa tidak enak,”Nanti alamatnya tante Winda ak
last updateLast Updated : 2021-05-30
Read more

Bab II : Kalung harga mantan. 

 Nara sedang sibuk melihat daftar klien yang akan menikah bulan ini. “Bulan ini kita ada beberapa jadwal foto ya?”tanya Embun memastikan. “Kamu sudah menghubungi pihak studio?”tanya Nara pada Galang untuk memastikan. Galang menganggukkan kepala,”Minggu depan dan akhir bulan.”tambahnya. “Ini kamu yang mau pergi?”tanya Embun pada Nara sambil melambaikan selembar kertas berisi kontrak dengan salah satu klien. Mata Nara langsung membesar begitu melihat nama pasangan yang tertulis di lembar kertas itu,”Alya dan Devian? Ya ampun harusnya kan aku ketemu hari ini. Jam berapa sekarang?”tanyanya panik. “Hampir jam empat.”sahut Nadira sambil menunjuk jam dinding  Nara segera menghela napas lega,”Untung janjiannya cuma di mal sebelah.”katanya sambil meletakkan kepala di atas meja. “Tenang masih ada satu jam.”kata Embun sambil tertawa karena melihat tingkah Nara,”Tunggu kamu sudah bilang belum sama Ara soal salah p
last updateLast Updated : 2021-05-30
Read more

Bab III : Namaku juga Nara.

 “Kamu tadi malam pulang diantar Nara?”tanya Arka pada adik bungsunya saat mereka duduk di meja makan untuk sarapan pagi ini. “Iya semalam kebetulan ketemu mas Ara.”jawab Nara singkat. Meski sudah bertahun-tahun tetap saja rasanya aneh kalau harus menyebut namanya sendiri untuk memanggil orang lain. Bagaimana bisa orangtuanya memberi ia sebuah nama yang cocok untuk anak laki-laki? Geruttu Nara dalam hati. Arka menganggukkan kepalanya dengan perlahan,”Kenapa dari kemarin kalian sering sekali kebetulan bertemu?”gumanya heran. “Hanya dua kali mas dan cukup dua kali.”sahut Nara cepat. “Memang kebetulan kamu yang mengatur?”tanya Arka tidak mengerti maksud adiknya yang tiba-tiba mengomel. “Ya soalnya kalau keseringan itu bukan kebetulan tapi takdir.”sahut ibu Linda tiba-tiba menimpali perbicaraan anak-anaknya. “Mama lagi pagi-pagi pakai bawa-
last updateLast Updated : 2021-05-30
Read more

Bab IV : Juragan emas.

 Mata Embun membesar begitu selesai mendengar cerita Nara. “Kamu makan malam sama mamanya Ara?”tanyanya memastikan. Nara hanya bisa menghela napas dengan wajah merana,”Kayaknya enggak cukup kacau dengan aku terus-terusan kebetulan ketemu sama mas Ara. Kemarin harus banget ditambah sama ketemu tante Ratih.”gumamnya tak berdaya. “Kamu enggak minta Ara untuk kasih tahu mamanya?”tanya Embun lagi,”Terus kata kamu kemarin itu Ara sudah punya pacar. Kalau tiba-tiba kalian enggak sengaja ketemu apa tidak jadi runyam?”tambahnya mengingatkan.# “Sayang, kita hari ini jadi ketemu?”tanya Ara memastikan saat menelepon Davina pagi ini. “Jadwal operasiku sampai jam tiga sore.”jawab Davina yang sedang melangkah menuju ruang prakteknya. “Aku praktek sampai jam empat hari ini. Kalau begitu kita ketemu waktu jam makan malam.”kata Ara memutuskan. Davina memutar matanya,”Sayang, tapi jangan terlalu malam ya pulangnya. Soalnya aku har
last updateLast Updated : 2021-05-30
Read more

Bab V : Saat ibumu sudah jatuh cinta, suaramu takkan terdengar.

  “Itu muka kenapa?”tanya Arka begitu melihat wajah sahabatnya pagi ini. Ara mengusap wajahnya sendiri dengan salah satu tangan,”Davina tiba-tiba minta dijemput.”jawabnya tak bertenaga. “Tadi malam?”tanya Arka heran dengan salah satu alis terangkat. “Sekitar lima jam yang lalu.”sahut Ara memutar matanya. “Dia pulang jam tiga pagi?!”suara Arka terdengar meninggi begitu menyadari penyebab sahabatnya kurang tidur,”Terus dia bisa ke rumah sakit pagi ini?”tanyanya kemudian dengan suara yang tiba-tiba berbisik. Ara langsung tertawa begitu mendengar perubahan cara bicara sahabatnya itu,”Pertanyaannya kita juga sebelumnya enggak pernah tahukan kalau ternyata dia suka banget keluar malam?”jawabnya sambil memiringkan kepala. Arka mengangguk,”Benar juga ya. Mukanya betul-betul enggak ada bedanya. Kurang tidur apa enggak sama saja.”gumamnya membenarkan.# “Kamu nanti sore ada janji sama Alya dan Devan?”tanya Zia pada Nara ya
last updateLast Updated : 2021-06-02
Read more

Bab VI : Ketemu di mana itu?

  “Pasien infeksi hati?”tanya Arka saat melihat sahabatnya sedang membaca berkas salah satu pasien. Ara mengangguk tanpa mengalihkan padangannya,”Sudah sampai bolak balik demam tapi tidak langsung diperiksa sudah sampai kuning kulitnya. Hari ini sudah langsung periksa laboratorium lengkap dan MRI.”jelasnya. “Padahal kalau sakit tinggal ke dokter.  Kenapa harus tunggu sampai parah?”gerutu Arka sambil memasukkan kedua tangan di kedua kantong pada sisi jas kerjanya. “Sibuk dok. Enggak tahu kalau zaman sekarang waktu itu berharga?”sahut Ara singkat. “Kenapa orang enggak pernah sadar kalau sampai sakit waktu bakal terbuang dengan sia-sia?”gumam Arka lagi. Ara tertawa mendengar sahabatnya yang mengerutu pagi-pagi,”Karena kalau sampai enggak ada orang yang sakit, kita bakal sibuk main ponsel pak dokter.”sahutnya sambil menepuk bahu Arka lalu berjalan perg
last updateLast Updated : 2021-06-04
Read more

Bab VII : Enggak bisa diajak pulang.

 “Nara kamu masak mi instan pakai air satu panci?”tanya ibu Linda sambil menunjuk ke arah wastafel tempat putrinya sedang mengisi air,”Itu sampai luber.”katanya lagi. Nara terkejut dengan cepat iya mematikan keran air lalu menuang setengah isinya,”Maaf ma.”gumamnya. “Kenapa kamu minta maaf sama mama? Orang yang bayar tagihan airkan kamu juga.”sahut ibu Linda santai lalu berjalan menuju kamarnya. “Mama bisa saja.”kata Nara sambil tertawa lalu mengambil sebungkus mi instan.# Arka agak malam baru tiba di rumah ia masuk tanpa suara dan melihat adik bungsunya sedang duduk di meja makan, melamun dengan sepiring mi goreng yang belum disentuh. Perlahan Arka mengambil sesuap lalu suapan kedua kemudian suapan berikutnya namun karena makan terlalu cepat ia tersedak. “Mas Arka!”panggil Nara terkejut dan baru menyadari kehadiran kakaknya. Mata Nara membesar saat melihat piring di hadapannya hampir kosong,”Kenapa dihabisin?!”omelnya. 
last updateLast Updated : 2021-06-05
Read more

Bab VIII : Undangan harga setengah bulan gaji.

 “Kamu kenapa pagi-pagi ada di sini?”tanya Arka heran begitu melihat sahabatnya muncul di depan pintu rumahnya. Mata Ara berputar berusaha untuk membuat alasan bodoh yang bisa terdengar masuk akal. “Aku kebetulan lewat.”jawab Ara sambil membasahi bibirnya. Tadi malam ia tidak berhasil menjelaskan kepada Nara tentang acara keluarga yang harus mereka hadiri minggu depan dan gadis itu tidak membalas pesan ataupun mengangkat teleponnya. Arka mengangkat sebelah alisnya karena bingung,”Kamu dari mana sampai bisa lewat daerah sini?”tanyanya. Ara memasang wajah bodoh,”Kita cari sarapan saja yuk! Aku enggak sempat makan pagi nih.”pintanya tanpa menjawab pertanyaan yang Arka ajukan.# “Siapa yang datang?”tanya ibu Linda dari dalam rumah.  Mendengar suara panggilan dari dalam rumah Ara menarik napas lega.“Itu dipanggil tante Linda.”kata Ara sembari menunjuk ke arah dalam rumah,”Aku tante!”jawabnya sambil berjalan masuk melewati
last updateLast Updated : 2021-06-09
Read more

Bab IX : Aku makan bukan karena suka!

 “Kamu sakit?”tanya Nara yang baru tiba di kantor saat melihat wajah pegawainya yang pucat. Nadira mengejap pelan lalu mengatur napasnya,”Mbak fotonya Lili dan Roni kena rembesan dari plafon yang bocor.”jelasnya panik. Nara berusaha memahami situasi,”Seberapa parah? Mbak Embun sudah datang?”tanyanya pelan. “Belum ada yang datang mbak.”jawab Nadira. “Kapan fotonya mau diambil?”tanya Nara memastikan. Nadira Kembali memasang wajah panik,”Harusnya sore ini.”jelasnya. “Coba aku lihat dulu.”ajak Nara sambil berjalan masuk ke dalam kantor. Noda cokelat yang menghiasi foto klien mereka terlihat begitu jelas dan karena permukaan kain yang digunakan sebagai media untuk mencetak foto, noda itu bisa menyerap dengan sempurna. Nara memutar matanya,”Kamu coba hubungi pihak studio untuk minta mereka cetak lagi lalu tanya kapan bisa selesai. Biar Lili dan Roni nanti aku yang hubungi.”katanya pada Nadira.# Embun dan Zia
last updateLast Updated : 2021-06-13
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status