Home / Romansa / Mencintaimu Kesalahan Terbesarku / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Mencintaimu Kesalahan Terbesarku: Chapter 21 - Chapter 30

96 Chapters

episode 21

Kiara memutuskan mandi terlebih dahulu untuk menghilangkan lelah karena aktivitas seharian yang telah mereka lakukan dan perjalanan jauh yang telah ditempuh membuat badan terasa lengket semua.Kiara pun keluar dari kamarnya dengan setelan celana panjang dan baju kaos kebesarannya. Kiara berjalan menuju ruang tamu dimana Gilang sudah duduk menunggunya.“Sudah selesai mandinya?” tanya Gilang.“Sudah, Lang. Sudah lama nunggunya?” senyum Kiara.“Nggak lama kok, baru setengah jam yang lalu,” jawab Gilang sambil tertawa.“Hahah. Maaf, kelamaan ternyata,” ucap Kiara sambil tertawa.“Kita kemana lagi sekarang?” tanya Gilang.“Sekarang nggak kemana-mana lagi, Lang. Kita istirahat saja malam ini. Besok baru jalan-jalan lagi,” jelas Kiara sambil berjalan menuju jendela ruang tamu.“Jalan-jalan kemana besok, Kia?” ucap Gilang.“Tunggu besok saj
Read more

episode 22

“Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, Lang,” ucap Kiara.“Kenapa? Apa ada yang salah?” cecar Gilang.“Nggak ada yang salah, Lang. Ntar kamu malah kecewa,” jawab Kiara pelan.“Berarti ada peluang untuk aku, Kia?” desak Gilang dengan penuh harap.“Lang, bicara soal perasaan tidak segampang membalikkan telapak tangan. Kamu nggak tau gimana aku, siapa aku, gimana sifatku, siapa keluargaku. Yang pada intinya kamu nggak tau keseluruhan tentang aku. Begitu juga sebaliknya, Lang,” ucap Kiara panjang lebar seraya manatap Gilang lekat.“Aku nggak peduli dengan semua itu, Kia. Aku hanya ingin kamu!” tegas Gilang.“Lang, semuanya harus ada proses, bukan? Lagian, yang kamu rasakan hanya perasaan sesaat, Lang. Mungkin hanya rasa kagum atau simpati saja,” jelas Kiara panjang lebar.“Apa rasa ini salah?” tanya Gilang lebih lanjut.“Bukan
Read more

episode 23

“Apaan sih, Lang?” sungut Kiara saat Gilang mulai memegang tangannya dengan erat.“Jangan banyak komentar, Kia. Ikut aku!” tegas Gilang, sambil berjalan memegang tangan Kiara.“See you Mr. Richard,” ucap Kiara sambil menganggukkan kepala, yang di jawab Richard dengan anggukan dan senyuman.“Lihat kedepan, Kia,” kata Gilang.“Kamu kenapa jadi rese kayak gini,” sungut Kiara.“Aku nggak suka kamu kenalan dengannya,” ucap Gilang dengan suara dingin sedingin udara yang berhembus di lembah ini.“Kenapa?” tantang Kiara tak kalah seram.“Nggak ada alasan. Yang penting aku nggak suka. Jangan membantah!” tegas Gilang.“Bilang saja kamu kalah keren dengan Richard. Iya, kan?” Goda Kiara sambil menautkan alisnya.“Jangan jadi nakal, Kia,” sungut Gilang.“Kenalan aja nggak boleh. Gimana mau jadi pasangan
Read more

episode 24

Sementara itu, Gilang yang baru sampai di penginapan Kiara kelimpungan karena gadis itu sudah kembali ke Jakarta.Mendapati Kiara yang sudah membohonginya, Gilang langsung menghubungi nomor Kiara.Terdengar nada sambung di hapenya, akan tetapi tidak ada jawaban.“Apa mungkin sedang di pesawat? Tapi kalau sudah di pesawat pastinya offline kan? Ini masih tersambung.” Monolog Gilang sendirian.Gilang mencoba menghubunginya kembali. Pada panggilan ke tiga baru ada jawaban dari seberang.“Halo, Kia. Kamu dimana sekarang?” pertanyaan Gilang mendapat respon yang sangat mengejutkan dari seberang.“Kia siapa? Mohon maaf Tuan, anda salah sambung,” jawab suara diseberang telpon.“Jangan becanda, Kiara,” ucap Gilang dengan nada tinggi.“Maaf Tuan. Saya bukan Kiara,” jawabnya lagi.“Trus kamu siapa?” tanya Gilang menahan luapan emosinya.“Harusnya sa
Read more

episode 25

“Kamu nilai aja sendiri, Car,” jawab Ara.“Yyyeeeee. Kan aku nggak kenal, Ra,” sungut Carista.“Ntar aku kenalin kalau ketemu,” ucap Ara sambil tertawa lepas.“Kamu emang hobinya ngerjain orang. Kena batunya baru tau rasa,” ucap Carista.“Rasanya aku nggak ngerjain deh, Car.” Ara menjawab dengan wajah polos tanpa rasa bersalah sedikitpun.“Trus ini apa namanya?” kesal Carista.“Kan, dia minta nomor yang bisa dihubungi. Nggak ada salahnya aku berikan nomor kamu. Kan nomor juga. Lagian kamu kan online terus,” jawab Ara.“Aku berikan nomor kamu ya,” ucap Carista dengan senyum menggoda, untuk menyelesaian pertikaian ini.“Terserah,” jawaban singkat Ara sambil menaikkan kedua bahunya.Mendengar jawaban Ara, Carista langsung mengirimkan nomor kontak Ara pada Gilang.Sedetik kemudian handphone Ara langsung berbunyi
Read more

episode 26

“Sangat penting. Karena dia telah menolakku,” ucap Gilang.“Benarkah? Wow, berarti dia gadis yang patut mendapatkan dua jempol. Selama ini dikejar wanita. Sekarang malah ditolak,” ucap David sambil tertawa.“Itu belum seberapa, Vid. Kamu tau tidak, yang lebih parahnya lagi adalah dia malah ngerjain aku,” terang Gilang dengan wajah kesal.“Maksudnya?” tanya David heran.“Aku meminta nomor yang bisa dihubungi, dia malah memberikan nomor temannya,” ucap Gilang dengan nada kesal.“Hahahahah, aku wajib bertemu dengannya. Untuk memberikan penghargaan. Karena dia adalah gadis pertama yang berani ngerjain kamu,” ucap David dengan tawa yang memenuhi ruangan ini.“Aku pastikan, saat kamu mengenalnya, dia sudah menjadi milikku.” Gilang tersenyum penuh arti melihat kearah David, sambil menelpon Kiara.Akan tetapi, panggilannya tidak dijawab. Kiara malah membalas d
Read more

episode 27

Ara berjalan menuju Pos Security untuk menitipkan sepedanya di sana, berhubung kampus sudah mulai lengang karena sekarang memang hari libur.“Terima kasih ya, Ra,” ucap Ikhsan setelah kami berada di dalam mobil yang dikendarai Ikhsan.“Sama-sama, San,” jawab Ara sambil tersenyum.Ikhsan merupakan Dosen tetap Matematika di Universitas Erlangga.Usianya seumuran dengan Ara. Wajahnya keren, dan jangan lupakan statusnya yang sampai sekarang masih single.Setelah memarkirkan mobil, kami berjalan memasuki Restoran.Lumayan ramai sekarang, karena memang sudah jam istirahat dan makan siang. Ikhsan mencari tempat duduk yang agak sepi untuk menghindari kerumunan.Akhirnya mendapatkan tempat duduk yang agak kesudut, kamipun memesan makanan.“Kemarin ke mana aja, Ra?” tanya Ikhsan sesaat setelah memesan makanan.“Tidak ke mana mana, San,” jawab Ara dengan kening berkerut.&ldquo
Read more

episode 28

“Langsung turun, Ra. Kutunggu di bawah.” Pesan dari Carista yang ternyata sudah sampai. Setelah membaca pesan dari Carista, aku turun kebawah.Carista menjalankan mobil menembus keramaian kota Jakarta yang saat ini terlihat padat, tapi tidak macet.Jalanan dipenuhi oleh kendaran yang hilir mudik, karena sudah bertepatan dengan jam pulang kantor.Sebelum sampai di Galeri, Carista menghentikan mobilnya.“Ada apa, Car?” tanya Ara.“Beli sesuatu dulu, Ra,” jawabnya acuh.“Ya ampun, Car. Kirain mau ngapain, ternyata cuma mau beli makanan,” ucap Ara sambil menggeleng gelengkan kepalanya.“Daripada ntar aku bengong sendirian saat sampai di Galeri,” protesnya.“Baiklah,” jawab Ara mengalah dengan keadaan.“Turun, Ra. Kamu yang beli,” ucapnya sambil tersenyum.“Yang mau makan siapa, yang membeli entah siapa,” sungut Ara nggak je
Read more

episode 29

David menjalankan mobil menuju tempat tinggal Karina.Diperjalanan setelah mengantarkan Karina, Gilang melihat handphonenya. Pesan yang dikirimnya tadi siang belum dibaca oleh Kiara.“Ada apa, ya. Kok nggak dibalas?” ucap Gilang sendirian.“Apa yang nggak dibalas, Lang,” tanya David.“Chatku nggak dibalas dari siang tadi,” jawab Gilang.“Dibaca udah?” tanya David lagi.“Belum. Terkirim sudah,” ucap Gilang tanpa menoleh ke arah David.“Mungkin dia juga sibuk, belum sempat lihat handphonenya, Lang,” ucap David.“Sepertinya, dia menghindariku sekarang,” lirih Gilang melihat ke depan jalanan yang dipenuhi dengan kerlap kerlip lampu malam perkotaan.“Jangan berasumsi sendirian, Lang. Manatau tidak seperti yang kamu pikirkan,” nasehat David.“Entahlah.” Gilang menghembuskan nafasnya. Entah kenapa setiap kali memba
Read more

episode 30

“Baiklah,” ucap Beni dengan sangat patuh sambil berdiri untuk bertukar tempat dengan Ara.“Pemandangan yang sangat bagus. Baru kemarin ngomong sayang sayangan. Sekarang malah makan siang dengan kekasihnya. Dasar buaya darat, semua ingin di miliki,” ucap Ara memandang ke meja Gilang yang berada jauh didepannya dengan tatapan berapi.“Jangan salah sangka dahulu, Ara. Itu bukan kekasihnya,” ucap Beni yang melihat gelagat tidak baik dari ucapan Ara barusan.“Kamu tau dari mana, hmmm?” tanya Ara dengan nada tinggi.“Aku sudah menyelidiki semuanya. Semuanya sudah lengkap di dalam amplop tadi,” ucap Beni.“Trus amplopnya tidak bisa aku buka sekarang,” sungut Arak arena merasa tidak puas dengan jawaban Beni yang sepotong sepotong.“Aku akan jelaskan, tetapi jangan dibuka di sini!” tegas Beni.“Baiklah,” lirih Ara sambil memasukkan amplop berwarna c
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status