Pukul lima pagi aku sudah bersiap-siap. Memang, matahari belum keluar dari peraduannya, tetapi aku tak ingin terlambat naik pesawat siang nanti. Andai ada orang yang mengantarku ke Pekanbaru, pasti aku tak harus bersiap dari pagi buta begini. Sayang, tak ada satu pun dari abang-abangku yang memiliki kendaraan roda empat itu. Jadinya, Bang Arham mencarikan mobil sewaan untukku. “Ngapo bising ni?” Bang Arham bangun sambil mengucek-ngucek matanya. “Bang, Era, kan, nak balek. Bangunlah cepat. Entah bilo kito dapat jumpo dio lagi.” Kak Hanum tampak kesal melihat ulah suaminya. “Astaghfirullah, iyo e. Kejab. Aku Subuh dulu.” “Engkau, pun, entah ngapo pesan pesawat pagi, Ra. Dah tahu rumah kito jauh dari bandara.” “Mega yang pesan, Kak. Era lupa bilang. Tapi enggak kepagian, Kak. Jam sebelas masih bisalah dikejar.” “Eh, Bang, mano kotak oleh-oleh untuk M
Last Updated : 2021-09-22 Read more