Aku terbaring di ranjang dengan pikiran tak tenang. Sudah pukul sebelas malam, tetapi jangankan kantuk, rasa capek pun tidak ada. Padahal batinku lelah menghadapi semua kenyataan ini. Aku sadar, aku ini perempuan lemah hati. Bukan tak mungkin aku akan mengiakan permintaan Tari pada akhirnya. Aku tidak suka keributan. Berebutan harta seperti ini adalah sesuatu yang asing dalam hidupku. Seumur hidup, harta peninggalan Emak saja tidak pernah kami perebutkan. Semua berjalan tanpa ada pertentangan. Bang Arham memberi seperangkat perhiasan emas milik Emak sebagai kenang-kenangan untukku. Tak ada saudara yang protes walaupun mereka tidak mendapat bagian yang sama. “Tak apo, Ra. Engkau adik bungsu kami, betino pulak. Dah sewajarnya engkau dapat lebih.” Begitu kata mereka. Lalu, aku bingung menghadapi masalah ini. Gaji Bang Asman itu hakku, aku tahu. Namun, jika Tari bersikeras, menuntut, bahkan melakukan teror yang menggan
Last Updated : 2021-10-02 Read more