Semua Bab Tuan Muda: Bab 131 - Bab 140

147 Bab

Dimaki

Bab131Wiliam tersenyum manis ke arah Aluna Welas."Senyummu sangat manis. Karena senyum yang sangat manis inilah, aku menderita bertahun-tahun."Aluna membuang pandangan, menjauh dari tatapan mata bening Wiliam."Itu tidak akab terulang lagi. Aku bisa menciptkan pelangi di hidupmu, Nona Aluna Welas.""Untuk apa Tuan Wiliam yang terhormat? Untuk kembali melukaiku?""Kau terlalu buruk menilaiku.""Jangan tekan hatimu untuk berlaku demikian. Di dalam sana, sudah terukir nama wanita lain. Wanita yang tidak mungkin aku kalahkan pesonanya. Karena dia, abadi di hatimu.""Aku tidak perlu harus tertekan. Bagiku ini sepele, hanya tentang sebuah tanggung jawab, yang harus aku tunaikan.""Jika hanya berdasarkan tanggung jawab, maka lupakanlah, aku tidak terlalu mengharapkannya.""Tidak untukmu, tapi untuk anakku."Aluna terdiam. "Untuk apa hidup bersama, jika cinta, tidak ada di hatimu, Tuan Wiliam."
Baca selengkapnya

Kisah Dibalik Bunuh Diri

Bab132"Kau yang menyebabkan semua ini!" hardik Merlin."Aku?""Ya. Aku sudah tahu semuanya. Ayahmu bangkrut seketika, karena hancurnya pertunanganmu. Dia malu, dan memilih bunuh diri. Dan itu, semua karena ulahmu," teriak Merlin dengan sengit."Jika saja, kamu menerima pertunangan itu dengan lapang dada, demi sebuah balas jasa pada Ayahmu. Maka semua ini, tidak akan pernah terjadi, Aluna. Tapi sayangnya, kamu begitu bodoh dan ceroboh.""Nyonya, maaf." Alendra datang mendekat. Merlin menatap sengit ke arah Alendra."Kita semua sedang berduka. Ada baiknya, kita tidak mengacaukan pemakaman ini.""Siapa kamu, berani mengatur-atur saya?" Merlin menatap tajam ke arah Alendra. "Saya Alendra, kepala keamanan Tuan Welas.""Cih. Hanya seorang babu." Merlin menatap rendah dan remeh pada Alendra.Namun Alendra tidak menanggapi cibiran dan tatapan merendahkan itu. Alendra mendekati Aluna yang terisak, dan m
Baca selengkapnya

Diancam

Bab133Sesampainya mereka di vila mewah tempat Wiliam dan keluarganya tinggal, Aluna meragu melangkah."Ada apa?" tanya Wiliam, ketika melihat Aluna terdiam, tanpa mau melanjutkan langkahnya."Aku belum siap bertemu Ibumu.""Kau takut padanya?""Entahlah, aku hanya tidak ingin mentalku dan anak-anakku terganggu.""Aku akan mengatasi Ibu."Aluna menatap Wiliam."No, lebih baik aku pergi.""Aku berjanji akan menjagamu dan anak-anak.""Aku takut engkau akhirnya merasa lelah, dan sadar, kami hanyalah beban. Sebab di hatimu saja, kami tidak bertahta.""Aluna, jangan membuat sesuatunya menjadi rumit.""Tidak, aku hanya bicara tentang fakta. Ibumu membenciku, dan menurutmu, apakah aku harus hidup dalam hinaan?"Aluna menarik napas."Aku tidak ingin memperluas luka ini. Aku juga tidak mungkin, membuat seorang anak dan Ibunya bermasalah. Ini hidupku, kamu tidak perlu ikut campur terlalu jauh."
Baca selengkapnya

Tatapan Macam Apa?

Bab134Aluna berjalan cepat, memasuki kediaman mewah Wiliam. Ia berjalan dengan amarah, yang membuncah dalam dadanya."Ada apa? Kamu gila, mengacaukan kehidupanku," pekik Aluna, sembari membuka kasar, pintu kamar Wiliam."Sulplice," ucap Jeremy, dengan suara imutnya.Aluna membeku, ketika melihat kue ucapan ulang tahun, berdiri tegak di depan Jeremy.Hiasannya begitu sangat mewah, dan di kerjakan dengan sangat teliti."Ibu, kok diam.""Apa maksudnya semua ini? Apa kamu tidak bosan mempermainkan aku?" Wiliam terkekeh, mendengarkan ucapan Aluna yang terdengar serak."Mencintaimu memang pilihanku. Tapi bukan berarti, kamu berhak mempermainkanku. Aku merasakan luka dalam selama ini, bahkan mengalami kebutaan, karena terlalu mencintaimu.""Sudahlah, mari menikah, dan bangun rumah tangga."Aluna membuang pandang."Sudahlah, berhenti menyakitiku seperti ini. Siang tadi, kamu bahkan berniat membunuhku se
Baca selengkapnya

Bukankah dulu kamu suka?

Bab135 Case memutar bola matanya malas, membuat Wiliam sedikit kesal, dengan tingkah laku si gadis kecil. "Dasar wanita," gumam Wiliam.  "Memangnya kenapa?" tanya Aluna, yang mendengar jelas gumaman Wiliam. "Nggak. Sudahlah, bawa mereka!" titah Wiliam kepada pelayan. "Enda au," sahut Jeremy, sembari terisak. "Jeremy, ayo lekas! Anak kecil dilarang membantah," tegas Wiliam. "Awas anggu Ibuku," ancam Jeremy, membuat Wiliam geleng-geleng kepala. Sorot mata tajam kedua bocah itu, membuat Wiliam geli melihatnya. "Kamu ajarin apa mereka?" "Aku tidak mengajari mereka seperti itu. Itu murni, keturunan dari sifatmu." "Aku? Tuduhan macam apa itu?" "Itu fakta. Apakah kamu tidak bisa mengenali dengan baik? Karakter Case itu, sangat jelas sepertimu." "Case kan bukan anakku!" "Ha? Apa maksudmu?" "Case bukan anakku. Cuma Jeremy, yang jelas darah dagingku, kamu bisa lihat sen
Baca selengkapnya

Keterlaluan

Bab136"Kenapa kamu diam?" Wiliam kembali bertanya."Itulah penyesalanku selama ini. Minggir, dan jangan berani menyentuhku lagi," seru Aluna Welas, dengan menatap tajam mata elang Wiliam.Lelaki itu menarik sudut bibirnya dan tersenyum nakal kepada Aluna. "Mari mulai lagi," bisik Wiliam, sembari mendekati telinga Aluna, dan menggigit manja telinga wanita cantik itu."Aakkhccch ...." Aluna merasa malu dan langsung membekap mulutnya sendiri.Mendengar desahan Aluna Welas tadi, membuat Wiliam tersenyum semakin nakal dan berpotensi untuk menyerang tiba-tiba."Kumohon jangan lakukan," pinta Aluna Welas. "Kamu yakin? Kurasa itu tidak sesuai dengan hatimu," sahut Wiliam, sembari menatap dalam, mata hitam Aluna Welas.Wiliam dengan liar, menjelajahi setiap jengkal tubuh Aluna. Hingga Aluna Welas yang semula menolak, kini terbuai dengan permainan panas Wiliam.Permainan yang semakin panas itu, kini semakin dik
Baca selengkapnya

Emosiku

Bab137"Berani sekali kamu berteriak kepada saya. Memangnya kamu pikir, dirimu itu siapa? Hanya seorang anak dari lelaki bodoh yang memilih mati bunuh diri. Dan juga, seorang wanita murahan, yang hamil diluar nikah.""Anda pikir Anda siapa? Jadi merasa berhak menghina saya sekejam itu?""Aku nyonya di rumah ini.""Anda bisa kaya begini, berkat bantuan Wiliam. Kalau tidak, Anda hanyalah orang miskin, yang dulunya jadi penjilat di keluarga Welas. Dan sekarang, Anda begitu congkak, tanpa berkaca dari masa lalu.""Kurang ajar sekali kamu!" geram Amira, sembari mengepalkan tinju."Sudahlah, Bu. Jika Ibu tidak ingin dihina orang. Maka berhentilah menghina Aluna. Dia, bahkan tidak memiliki salah apapun kepada kita.""Tapi orang tuanya, selalu menghina kamu!""Semua yang jahat itu, telah mendapatkan balasannya. Ibu lihat keluarga Tones di masa dulu. Mereka begitu angkuh dan suka menghina orang. Sekarang, kita bisa lihat bukan, rata-rat
Baca selengkapnya

Tantangan

Bab138Meski dengan berat hati. Akhirnya, Aluna Welas pun bangkit dari duduknya, dan menurut begitu saja pada Wiliam.Kali ini, dia berusaha percaya pada omongan lelaki di depannya.Wiliam tersenyum, melihat Aluna mau mendengar ucapannya kali ini, tanpa harus berdebat panjang seperti sebelumnya.Meskipun gerakkan langkah Aluna Welas terlihat kaku. Namun dia tetap melangkah, mengikuti Wiliam dari belakang.Dengan satu tangan kanannya, yang dipegang erat oleh lelaki tampan itu.Diruang tengah, Amira yang duduk bersebrangan dengan Jonas, menoleh ke arah dua sejoli itu."Ada apa lagi?" tanya Amira dengan dingin."Aku hanya ingin bicara serius pada kalian berdua," sahut Wiliam, sembari berjalan menuju salah satu kursi, yang berjejer rapi di dekat Jonas duduk.Aluna Welas dan Wiliam pun duduk."Ibu, Jonas. Aluna Welas akan tinggal di sini.""Apa? Kamu jangan gila Wiliam.""Gila bagaimana? Aku akan menikahi
Baca selengkapnya

Diremehkan

Bab139Wiliam membawa Aluna Welas menuju pusat perbelanjaan. Di sebuah parkiran mobil yang sangat luas, Aluna menolak untuk keluar.Pakaian serba hitam, seusai pemakaman Ayahnya kemarin, masih melekat ditubuhnya."Kita ngapain kesini? Aku malu berpakaian seperti ini," ucap Aluna, tanpa mau keluar dari mobil."Keluarlah, kita cari baju untukmu.""Nggak! Bajuku di Istana Welas itu banyak. Lebih baik antar aku kesana, baru kamu antar anak-anak.""Keluar! Kamu tahu aku kan! Aku benci dengan bantahan."Aluna menghela napas, dan keluar mobil dengan perasaan teramat kesal.Mereka menuju sebuah konter baju branded."Belilah apapun yang kamu mau. Setelah itu, kita akan membelikan keperluan anak-anak.""Meskipun kamu sangat mengesalkan. Kurasa ini tidak buruk," sahut Aluna Welas, sembari mengukir senyum manisnya. "Dasar wanita," gumam Wiliam dalam hati.Wiliam mengeluarkan kartu hitam miliknya, dan membe
Baca selengkapnya

Terkejut

Bab140 "Kamu mau berbelanja?" tanya Manager wanita itu. "Mungkin," sahut Aluna. "Kamu yakin mampu bayar?" tanya wanita itu dengan angkuh juga. Aluna kini mengerti. Mengapa seorang karyawan toko baju branded ini begitu angkuh dan memandang remeh dirinya. Sebab Manager nya pun sama, jadi tidak heran. "Pakaian model dari pemakaman begini, mau masuk ke konter kami. Huh, yang ada bau bangkai nanti di dalam," ejek Eliza, sang karyawan toko. Dan ucapan wanita itu, disambut kekehan oleh sang Manager. "Kamu betul sekali. Yang ada ruangan kita bau bangkai," seru Manager, sembari terkekeh. "Bau bangkai? Siapa?" tanya Wiliam sembari mendekat, membuat ketiga wanita yang berdiri di depan pintu konter itu terkejut. Melihat kehadiran Wiliam, kedua waanita yang meremehkan Aluna itu tersenyum ramah dan menyapa Wiliam. "Hallo Tuan, ada yang Anda butuhkan?kami siap melayani dengan sepenuh hati," ucap Eliza. "Hhhm. Saya tadi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status