Home / Romansa / Jiwa Yang Terluka / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Jiwa Yang Terluka: Chapter 31 - Chapter 40

59 Chapters

30. Surat Misterius

"Tuhan memilihku sebagi manusia istimewa, meskipun tahu bahwa aku sudah tak suci lagi. Tuhan juga tahu jika aku kuat, sehingga memberi ujian hidup yang seperti ini untuk kulalui." "Masuk!" seru Ellea setelah mendengar suara ketukan pintu. "Selamat pagi Bu Ellea, maaf sekedar mengingatkan kalau 30 menit lagi ada pertemuan dengan kepala bagian marketing." "Baik, Lin, tolong kamu siapkan berkas yang kemarin saya minta, ya. Perintah Ellea kepada Lina, yang merupakan sekertarisnya selama tiga bulan dirinya bekerja di sini Seperti biasa kedatangan Ellea, menyita perhatian semua orang yang telah hadir, sementara Ellea tidak memperdulikan pandangan mendamba dari para rekan kerjanya. Dan itu membuat Ellea terlihat begitu berwibawa, aura yang dikeluarkan Ellea membuat siapa saja segan terhadapnya. "Bisa kita mulai sekarang?" tanya Ellea.
Read more

Datang Dengan Pertolongan

"Terima kasih masa lalu, berkatmu aku bisa membuktikan kepada dunia jika kini aku tidaklah selemah dulu." Dering ponsel yang sedari tadi berbunyi tidak dihiraukan oleh Ellea. Dia hanya meliriknya sekilas dan memilih untuk tidak membuka pesan juga menerima panggilan itu. Ale berikut Airin, dan tak mau ketinggalan juga Esta. Mereka silih berganti menerornya, Ellea jadi curiga jika semua ini sudah direncanakan oleh mereka. Dan Ellea harus secepatnya pulang untuk memastikan sendiri jika praduganya ini memang benar. Setelah menempelkan key cart dan menunggu hingga tiga detik sampai pintu apartemen itu bisa terbuka. Melangkahkan kakinya untuk masuk dan betapa terkejutnya Ellea mendapati semua penghuni apartemen berbondong-bondong menyambut kedatangannya. Ada apa rupanya dengan mereka semua, sehingga berkelakuan tidak biasanya seperti ini. "Lo, nggak papa kan, El?" Tentu saja Ale yang paling heboh, d
Read more

32. Permintaan Elang

"Hati yang paling kuat, yaitu yang banyak menyimpan bekas luka di dalamnya. Seperti halnya diriku.""Bu, ada yang ingin bertemu dengan Ibu. Beliau sedang menunggu kedatangan Ibu, di lobby."Suara Lina terdengar dari intercom yang tersambung langsung di ruangan Ellea. Dia tahu siapa yang datang sebab ia sudah  menginfokan terlebih dulu dengannya melalui pesan."Baik, terima kasih Lin. Saya segera ke sana." Balas Ellea lantas menekan tombol berwarna merah.Sedikit merapikan tampilan, Ellea lantas beranjak dari kursi kebesarannya. Sebelum itu Ellea berpesan kepada Lina, jika ada yang mencarinya dia akan kembali selepas jam istirahat."Maaf Kak, sudah menunggu lama," sapa Ellea lantas menyambut Elang dengan sopan."Enggak, sengaja kakak datang lebih awal. Kakak pikir mudah saja membawamu keluar dari sini, nyatanya kakak harus melewati seleksi ketat untuk
Read more

33. Terlalu Percaya Diri

"Aku pikir melupakan itu sesuatu yang cukup mudah, nyatanya aku salah."Pertemuannya dengan Elang, berimbas pada kondisi emosional Ellea yang terganggu, dia menjadi kurang fokus dalam bekerja. Permintaan Elang seakan menari-nari di kepalanya, dan itu membuat Ellea dilanda kegelisahan yang tak berkesudahan."Lo lagi ada masalah, El?" tanya Ale yang sesekali melirik ke arah Ellea yang nampak lesu.Ellea menggeleng dengan tatapan matanya lurus ke depan, tanpa sudi menoleh ke arah Ale yang sedang fokus mengemudi."Apa masih soal perempuan kemarin lagi?"Mungkin merasa jengah mendapatkan pertanyaan terus menerus dari Ale, akhirnya Ellea menyangkal dan memberi tahu Ale tentang kegundahannya."Jangan pergi El, jika lo masih ragu. Pasti Kak Elang akan paham mengenai kondisi lo."Respon Ale saat Ellea memberi tahunya mengenai permintaan Elang.
Read more

34. Kenyataan Pahit

"Dia adalah malaikat tak bersayap, yang kelahirannya dari sebuah hubungan gelap.  Dia adalah malaikat tak bersayap, sebab karenanya diriku bisa keluar dari awan gelap.""Jadi, kalau bukan karena Kak Airin, yang maksa buat mendekati Kak Ale dulu, dia nggak punya teman, dong?""Dan kenapa juga lo maksa banget untuk tahu masalah itu, El?" sanggah Ale kesal melihat tingkah Ellea yang berusaha mengulitinya."Ya karena aku penasaran, emangnya apa lagi?!""Yang lo penasaranin itu, nggak penting tahu nggak!""Penting! karena aku ingin tahu gimana caranya Kak Airin, bisa membuat sosok Kakak yang anti pati sama kaum kami, akhirnya luluh juga sama Kak Airin."Ellea sungguh bersemangat untuk mengorek informasi ini, terlebih sejak kedatangan Ale yang menginterupsi obrolannya dengan Airin."Kak Ai, ayolah kasih tahu aku," pinta Ellea memohon.
Read more

35. Masih Perempuan Yang Sama

"Jangan pernah merasa malu untuk mengakui sebuah kesalahan, sebab orang akan lebih menghargai kita, dari pada berpura-pura terlihat sempurna.""Maaf Kak, bukanya aku nggak ingin ikut kakak pulang, tapi aku belum siap, Kak." Ucap Ellea sendu.Sedangkan Elang sudah dapat menebak jika sang adik ajan menolak ajakannya. Oleh sebab itu dia tidak heran jika tebakannya kini menjadi kenyataan, tugas Elang sebagai dosen tamu di sini telah usai, dan waktunya kembali ke Surabaya. Meski kecewa Elang mencoba mengerti, karena bagaimanapun juga Ellea masih menyimpan traumanya walau tidak separah dulu. Itu yang dia dengar dari mulut Ale."Nggak papa, mungkin lain kali jika kamu sudah siap.""Ini masih abu-abu buatku, Kak, dan aku belum siap menerima penolakan yang akan mereka lontarkan padaku nantinya."Elang mengangguk paham, dan tidak memaksa Ellea untuk mengikutinya."Kakak pamit ya, De
Read more

36. Sebuah Ancaman

"Boleh merasa menyesal itu manusiawi, yang tidak boleh adalah terlalu larut dalam penyesalan itu sendiri." Hari minggu menjadi hari yang paling dinanti oleh siapa saja, terkhusus bagi para pekerja kantoran yang hanya dihari itu saja mereka bisa sejenak melepas penat dari rutinitas kesehariannya. Namun tidak bagi Ale, Ellea, dan kini bertambah lagi satu orang yakni, Airin. Dihari itu mereka akan sibuk dimulai dari pagi hari, Ellea yang bertugas mendata list belanjaan, sedangkan Airin bertugas mengemasnya. Adapun Ale, tentu saja dia bagian pengangkutannya, untuk memasukkan barang-barang itu ke dalam mobil. Disaat semua orang mungkin masih bergelung di balik selimut tebalnya, mereka sudah disibukkan dengan kegiatan sosial yang memang hanya bisa mereka lakukan pada hari minggu saja. Karena hanya di hari itu mereka libur bekerja, kegiatan yang rutin dilakukan oleh mereka. Terkhusus Ale, dialah orang yang menggagas acara ini dan sudah
Read more

37. Gadis Psikopat

"Aku mau pernikahan kita dipercepat!"Untuk sejenak Elang menghentikan kegiatannya. Menoleh ke arah sumber suara yang tengah melontarkan kata sakral tersebut. Menikah? Bahkan tidak ada dalam pemikiran Elang saat ini, apalagi dengan Zia, gadis yang teramat jauh dari kriterianya."Kamu sadar dengan apa yang kamu katakan itu?""Sangat sadar, makanya aku minta pernikahan kita sebaiknya dipercepat. Kalau bisa barengan bulan depan setelah aku wisuda!""Jangan mimpi, Zia! karena aku tidak akan pernah mau melanjutkan hubungan ini sampai tahap seserius itu!""Kenapa?""Karena aku tidak ingin.""Aku nggak mau tahu, pokoknya bulan depan kita akan menikah!""Sampai kapan pun aku nggak akan pernah bersedia untuk melakukannya! Jadi, mending buang jauh-jauh rencana nggak guna kamu itu.""Apa karena perempuan itu?"Elang
Read more

38. Dia Sudah Kembali

"Bu, sudah bertemu sama manager marketing yang baru belum?"Lina membuka obrolan di tengah kegiatan makan siang mereka di kantin, Ellea yang semula asyik menekuri piring lantas mendongak menatap sekertarisnya itu."Belum, bukanya acara penyambutannya baru dilakukan besok, ya?" jawabnya lantas menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sembari menunggu kata selanjutnya yang akan keluar dari Lina."Benar Bu, tapi tadi pagi Pak Keneth sudah membawanya berkeliling kantor untuk memperkenalkan manager baru itu.""Tidak heran sih, dia kan memang seperti itu, selalu mendahului aturan yang berlaku.""Dengar-dengar dia lulusan terbaik dari Harvard lho Bu, ih, makin bertambah kan nilai plusnya dia.""Jangan terlalu memuji Lin, banggalah sama diri sendiri jangan bangga sama apa yang orang lain punya. jatuhnya seperti kamu nggak menghargai diri kamu sendiri.""Tapi dia bener
Read more

Pertemuan Tak Terduga

Acara penyambutan manager baru tengah berlangsung, semua orang terkhusus karyawan perempuan merasa senang akan itu. Penyebabnya adalah sosok yang menjabat sebagai manager baru itu sendiri, yang tak lain ialah, Alano Dirgantara Ryder. Apalagi melihatnya dengan jarak sedekat itu, tidak ada yang bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Alano. Terkecuali Ellea, yang sejak acara berlangsung sama sekali tidak menampakan ekspresi sukanya.Berbeda dengan yang dirasakan oleh Alano, dia bahkan sudah ingin menyapa Ellea secepat mungkin. Sejak pertemuan singkat mereka kemarin petang, Alano sama sekali tidak bisa berhenti untuk tidak memikirkan gadis yang dulu begitu dekat dengannya.Sampai pada waktu acara itu selesai dan seluruh karyawan perlahan meninggalkan ruangan satu persatu. Sama halnya dengan Ellea yang langsung segera undur diri, mungkin karena Ellea yang tidak terlalu suka berdesak-desakan akhirnya mengalah dan memilih barisan paling akhir.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status