Semua Bab Aku Suka Kamu, Tapi ....: Bab 81 - Bab 90

114 Bab

Tewas

Lagi-lagi Reno merasakan sakit. Saat ia kemudian berhasil melihat dengan jelas di dalam kegelapan, Reno tak kenal tempatnya berada. Ini bukan di dalam kamar tempat dirinya disekap Adit. Tempatnya kini berada tidak pernah didatangi dan sepertinya bukan pilihan tempat untuknya tersadar setelah diserang seseorang.Sama seperti saat disekap di kamar belakang rumah Adit, kedua tangannya tidak diikat. Sepertinya orang yang sudah menyerangnya sangat percaya diri. Mungkin juga ia sudah bersiap dengan sejanta pelumpuh lain.Reno mengerang, memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Dari sekitar ia mendengar banyak suara binatang malam. Ia kembali bertanya-tanya di mana sebenarnya kini ia berada. Jika masih ada di tengah kota, tak mungkin begitu hening dan hanya ada suara binatang seperti ini.“Rupanya kamu sudah sadar.”Reno seketika menjadi sangat waspada. Entah sejak kapan suara itu begitu sangat dikenalinya. Ia bahkan bisa tahu orang tersebut ada
Baca selengkapnya

Pertemuan Kembali

Tidak ada satupun fakta yang dilewatkan Reno saat memberikan keterangan kepada polisi. Dari awal ia mengendarai mobil bersama Monik, sampai kemudian memeriksa Adit yang tewas karena jatuh dari lantai dua.“Jika Anda kami bawa ke sana, Apakah masih ingat dengan jalannya?”Reno mengangguk sebagai jawaban. Sebelum itu ia minta izin untuk menemui Monik yang masih terpukul dengan fakta tewasnya Adit. Gadis itu berkali-kali mengatakan jika dirinya tidak sengaja. Padahal polisi sudah menyatakan kalau itu adalah tindakan pembelaan diri.“Apa dia baik-baik saja?” tanya Reno pada Tora, papanya Monik.Lelaki itu langsung berdiri begitu Reno keluar dari ruang pemeriksaan didampingi beberapa pria.“Ya, dia menangis dan minta maaf berkali-kali karena menyebabkan masalah.”Reno sama sekali tidak melihat kekhawatiran di wajah Tora. Untuk alasan tertentu, ia sedikit merasa aneh dengan hal itu.“Sekarang Monik
Baca selengkapnya

Gadis dengan Banyak Rencana di Kepalanya

Akting adalah kemampuan dasar yang dimiliki Monik sejak lama. Sungguh, lebih dari semua hal yang bisa dilakukannya di seluruh dunia, ia beruntung memiliki bakat dalam akting.“Syukurlah jika kamu menjadi seorang aktris nanti!”Pujian pertama yang didapatkan dari mamanya membuat Monik senang setengah mati. Maka ia mencari ribuan cara untuk mempertahankan semua pujian itu. Bahkan kalau perlu mendapat pujian yang sama seperti orang lain. Lebih dari itu akting selalu berhasil membawa Monik ke tempat lebih tinggi.Namun, kemampuannya tiba-tiba menurun saat papanya kemudian membawa pulang wanita lain. Di mata papanya Monik tidak lagi menjadi prioritas. Wanita itu menempati posisi tertinggi di hati dan kehidupan Tora. Itu membuat Monik kesal setengah mati.“Kenapa? Kenapa harus wanita itu?”Monik terpana melihat kemarahan yang terpancar di mata mamanya. Selain dirinya, sang mama juga memiliki kemampuan akting yang bagus. Walau tida
Baca selengkapnya

Rasa Cemburu

Kondisi Sena semakin membaik. Ia hampir seminggu diopame dan setiap malam secara bergantian Mama atau Rayna akan menginap di rumah sakit untuk menjaga.Reno pernah menawarkan diri untuk menjadi salah satu orang yang akan menjaga, tetapi ditolak mentah-mentah. Bahkan Rayna yang jelas-jelas mendukung hubungan mereka juga ikut menentang.“Lelaki itu bisa jadi binatang buas.”Secara serempak Ratih dan Rayna menyampaikan pendapat mereka. Sena merasa malu karena dua wanita yang harusnya berbisik di telinganya malah berteriak seperti sedang berada di hutan saat mengatakan hal itu. Maka Reno hanya bertugas menjaga Sena saat tidak ada kelas pada siang hari sampai Mama atau Rayna datang.“Walau aku ingin berkata jika Reno tak harus pergi ke sana, tapi ….” Sena menghela napas dalam. Hanya pada Rayna ia mengeluh seperti ini.Rayna tersenyum dan mulai menyisir rambut Sena yang terlihat berantakan. Walau tidak ada seorangpun yang a
Baca selengkapnya

Mama Adit

Wanita yang datang berumur sekitar 50 tahun, lebih muda sedikit dari Ratih, tapi raut wajahnya letih da lebih umur dari usianya sendiri. Ia datang sendirian dan setelah duduk di ruang tamu, tidak melakukan apa-apa lagi selain memandang jari-jarinya yang kurus dan terus-terusan gemetar.Ratih sama sekali tidak tertarik untuk memulai pembicaraan dan lebih memilih menikmati teh hangat yang baru saja dihidangkan pelayan.“Jadi untuk apa Anda kemari, Bu?” Rayna yang akhirnya bertanya setelah masih belum juga tahu maksud kedatangan wanita yang tak lain adalah mama Adit.Rayna pernah bertemu sekali dengan wanita tersebut saat hari penerimaan hal ujian Reno saat SMA. Ia dan Reno telah ditinggal oleh orang tua mereka sejak kecil dan hanya bisa saling membantu satu sama lain. Sebagai kakak, ia memperhatikan adiknya sewajarnya.“Saya Ningsih.” Mama Adit mengulurkan tangan ke arah Ratih.Namun, wanita yang sedang minumteh itu tidak meny
Baca selengkapnya

Gawat!

Ada banyak bunga yang didapatkan Sena saat datang ke kampus. Lalu tampaknya bahkan orang yang awalnya tidak suka dengan Sena kini memperlihatkan ketertarikan kepadanya. Ia merasa sedikit tidak nyaman, tetapi cepat atau lambat Sena pasti akan terbiasa.Bunga terakhir di dapatnya dari Uno. Pemuda itu tergagap berkata kalau ia begitu cemas dan senang Sena baik-baik saja sekarang. Hanya bunga dari Uno yang kemudian di simpan ke dalam tas. Yang lainnya ia tempatkan di dalam mobil dan dibawa pulang oleh Pak Sarmin.Rayna sendiri tidak bisa mendampinginya hari ini karena mengurus sesuatu di tempat syuting. Mereka hanya akan bertemu ketika kelas Sena sudah selesai di tempat syuting. Rayna: Ini gawat, Sena. Sena mendapat pesan dari Rayna saat sedang duduk di depan lobi menunggu jemputan Reno. Ia tidak paham dengan maksud “gawat” Rayna di dalam pesan. Jadi ia tidak ambil pusing dan akan menanyakan nanti saat bertemu dengan Ra
Baca selengkapnya

Kuasa!

Kenapa harus tertawa seperti itu? Sena bertanya dalam hati.Tubuhnya memanas dan telinganya berdenging seketika. Ingin rasanya ia merengut Monik dan menampar gadis itu. Namun, yang ia lakukan hanya menarik Reno dan memaksa pemuda tersebut segera pergi.“Oke ….” Reno tak menolak sama sekali diusir. “Sampai jumpa,” katanya pada Monik sambil melambai.Sena mendorong tubuh Reno lebih keras. Bahkan disertai seruan mengancam. Begitu mobil Reno telah melaju pergi, Sena menjadi tenang. Ia membusungkan dadanya melewati Monik yang berdiri diam dan mendekati Rayna.“Kita masuk,” katanya pada asistennya itu tanpa senyum sedikitpun.Monik masih berdiri di tempat yang sama, bahkan posisi tubuhnya tidak berubah ketika untuk ketiga kalinya Sena lewat dan Rayna mengekor di belakang. Saat ia berbelok setelah memasuki lokasi dan masuk ke bagian rias, gadis bernama Monik tersebut masih tetap di sana.“Di
Baca selengkapnya

Paniklah

Ah … ekspresi itu yang ingin dilihat Monik. Pupil mata yang membesar, napas menjadi lebih cepat, dan tubuh yang gemetar menahan amarah. Ia bertanya-tanya kenapa tidak mengatakan hal tabu ini sejak awal mencoba mengusik Sena.Namun, ia juga menikmati proses saat gadis yang sama melindungi Reno dan sebaliknya. Ia tidak pernah mengalami ini dan tidak berharap berganti posisi dengan Sena. Ia tidak pernah suka menjadi pihak yang lemah dan mudah dimodifikasi perasaan dan tindakan.Maka begitu berhasil membuat Sena marah dan berusaha keras menahan hal ini, ia tersenyum bahagia, menunjukkan ketertarikannya tetapi tidak akan membuat Sena menduga apa yang sedang dirasakan. Ia memilih pergi seperti penganggu yang lain datang dan membuat ekspresi cantik ini lenyap. Ia bisa melakukannya lain kali dan dengan lebih baik.Tora datang dan berusaha keras menghindari Monik sejak ia menginjakkan kaki di lokasi syuting. Saat ia beramah tamah dengan kru, papanya berada di ruan
Baca selengkapnya

Coklat

Monik sama sekali tidak berharap Reno akan berbasa-basi. Namun, ia cukup senang mendengar mulut pemuda itu mengucapkan selamat di hari pertama syutingnya. Ia terbiasa tidak diakui dan diabaikan. Ia terbiasa merebut semua hal, salah satunya rasa terima kasih dan penghormatan. Sungguh. Ia sudah terbiasa berusaha baik-baik saja dan memendam semua rasa sakit karena pengabaian. Lalu benda berbentuk kotak seukuran tiga jari, berwarna biru dan pipih itu berada di depannya.Untuk sesaat yang dilakukannya hanya terdiam dan kaget. Ia bertanya-tanya siapa yang sudah menyodorkan padanya dan untuk apa. Lalu ia ingat pemuda di sampingnya dan perkataan Reno. Namun, benarkan bend aitu untuknya? Apa yang sedang dipikirkan Reno sekarang? Apakah pemberian ini adalah rencana Reno untuk melunakan hatinya? Apakah ia sudah ketahuan?Monik mengitari sekitar, melihat siapa yang ada dan memperhatikan mereka. Akan tetapi, tidak ada siapapun di dekat mereka. Hanya ada dirinya dan Reno sa
Baca selengkapnya

Insiden

Sena memandangi bunga pemberian Reno lama. Ia saat ini berada di kamarnya dengan pakaian tidur setelah mandi mengunakan air hangat. Seluruh tubuhnya yang tadi kelelahan telah merasa nyaman. Namun, sayang sekali rasa kantuk tidak juga singah ke pelupuk matanya.Ketukan di pintu kamarnya membuat Sena menegakan tubuh dan duduk bersila di atas kasur. Vas berisi sebagai dari bunga yang diberika Reno diletakan di lantai sebelum di taruh di atas meja di depan pintu kamar.“Ya,” sahut Sena saat mendengar ketukan kembali di pintu.Pintu terdorong ke dalam dan tak lama kepala Ratih muncul di selanya. Wanita itu tersenyum dan membawa masuk keseluruhan tubuhnya beserta nampan berisi segelas susu.“Mama tahu kamu belum tidur,” kata Ratih dengan cepat mendekati ranjang dan meletakan nampan di nakas dekat lampu di samping tempat tidur. Gelas berisi susu tidak ada lagi di nampan, tetapi disodorkan pada Sena. “Bunganya membuat kamu sulit tidu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status