Home / Romansa / Aku Suka Kamu, Tapi .... / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Aku Suka Kamu, Tapi ....: Chapter 71 - Chapter 80

114 Chapters

Kamu Tidak Bisa Lari Dariku

“Kamu sepertinya terlihat gembira?” tanya Monik.Pagi ini ia mendapatkan pesan dari Adit dan bertemu di kafe depan kampus. Mereka seperti biasa duduk di lantai dua dan memperhatikan kegiatan orang-orang di bawah ruangan.“Coba tebak?” Walaupun terkesan bercanda, wajah Adit malah terkesan datar.Monik memutar bola matanya dan tersenyum. “Kamu sudah berhasil menyingkirkan Reno,” katanya asal tebak.Adit tertawa terbahak-bahak mendengar itu. Beberapa orang yang merasa terganggu dengan tawa Adit mempelototi pemuda di depan Monik.“Mana mungkin, aku harus lebih berhati-hatikan?” kata Adit di akhir tawa.Monik hanya mencebik dan menyesap minumannya pelan. “Papaku kemarin berbicara penting pada Sena, aku kesal untuk itu,” ungkap Monik. Ia tidak suka satu-satunya keluarga yang tersisa terlalu akrab dengan musuhnya.“Aku tebak jika kamu tahu apa yang mereka bicarakan?”
Read more

Kecurigaan Ratih

Tepat kemarin sore Ratih akhirnya melaporkan menghilangnya Sena ke kantor polisi. Berita mengegerkan itu menyebar bagai wabah dan berdengung di setiap rumah. Selanjutnya banyak telepon dari media yang menanyakan kebenaran laporan itu. Mana mungkin Ratih menerima semua hal tersebut, ia menolak memberi keterangan pada siapapun dan media manapun. Yang diinginkan seorang ibu sepertinya kini hanya sang anak yang pulang dengan selamat.“Bu, makan dulu ya?” Asisten rumah tangganya yang berbeda usia beberapa tahun kembali membujuk Ratih.Walau duduk di meja makan, tak sejumput makanan atau minuman yang masuk ke dalam mulutnya.Apa Sena sudah makan? Ratih bertanya-tanya dalam hati.Ia membesarkan Sena seorang diri, putrinya itu memiliki alergi makanan dan sulit sekali untuk mencari apa yang disukai Sena selama ini.Ratih memejamkan mata, rasanya sedikit perih. Ia yakin saat ia matanya menonjol seperti ikan koi.Rayna yang tela me
Read more

Reno Kabur

Itu teriakan!Reno yang tengah merebahkan diri di atas ranjang kaget dan langsung duduk. Ia memang tidak punya pekerjaan, makannya baru saja datang tadi dan susah habis. Hanya air mineral yang disisakan setengah botol. Ia tak mau kehausan seperti kemarin, apalagi Adit mengaku lupa padanya. Ia bertekad harus bertahan dengan segala cara.Sekali lagi Reno mendengar teriakan, kali ini lebih jelas dari sebelumnya. Reno berlari menuju pintu dan menemplekan telinganya ke sana.Siapa yang berteriak?Jantungnya memompa darah lebih cepat dari sebelumnya, membuat matanya lebih tajam dan seluruh tubuhnya bisa menghasilkan dua kali tenaga lebih besar. Entah karena teriakan itu yang memotivasi Reno, ia seperti memiliki rencana untuk kabur. Ia menunduk, memperhatikan engsel pintu yang karatan. Tempat engsel itu dipasang adalah dinding batu, jika Reno ingin keluar ia bisa menangalkan engsel dari tempatnya dengan bayaran tenaga.Walaupun tak yakin
Read more

Dikejar Polisi

Sena tidak bisa menegakkan kepalanya dengan benar. Seluruh persendiannya serasa lepas dan perutnya bergolak. Ia muntah sekali di kaki Adit dan mendapatkan pukulan di pipinya. Ia yang awalnya duduk di kursi depan, dipindahkan ke belakang.Adit menelepon beberapa orang di ponselnya. Sena tahu dari spion tengah. Hasil telepon itu sama sekali tidak baik karena wajah Adit tak sedap dipandang. Pelan-pelan, Sena berusaha membuka pintu samping. Kesibukan Adit pasti sudah menyamarkan kewaspadaan. Pintu samping bisa dibuka dan secepat yang ia bisa Sena lari.Namun, ia jatuh dua langkah setelah keluar dan ambruk di aspal. “To-long!” Teriakan Sena bagai bisikan. Bagaimanapun ia mencoba sekuat tenaga, teriakan yang biasa tidak bisa terdengar.Bagaimana ini? Aku tidak lari. Tuhan …. Sena mencoba mengangkat tubuhnya lagi, tetapi tak berhasil.Adit yang sudah menyadari Sena menghilang langsung keluar dari mobil.“Gadis sial!&rdquo
Read more

Hanya Melihatku Saja

“Aku tidak pernah berencana membunuh siapapun. Kamu yang melakukannya.”Walaupun ia mengakui perkataan Monik, tapi Adit sama sekali tidak senang. Ia sudah melakukan semua yang disarankan Monik. Hanya saja ada beberapa yang melenceng dari rencana memang. Namun, tetap saja Moniklah pangkal permasalahan itu.“Gadis sial!” makinya sekali lagi.Mobilnya melaju dengan kencang di jalan tol. Ia sempat berhenti dan mengecek keadaan Sena di dalam bagasi. Mata Sena terpejam, tetapi ia masih bernapas dan itu sangat bagus. Ia tidak ingin Sena merusak apapun rencananya lagi. Ia sudah mengisi bensin mobil penuh dan di tempat yang dituju, ia juga sudah mempersiapkan beberapa diregen bensin untuk jaga-jaga. Sebenarnya itu bukan miliknya, tetapi milik Papa.Adit berbelok di jalanan kecil sekali lagi setelah keluar dari tol setengah jam lalu. Tempat yang dituju adalah vila yang sudah lama tak dikunjungi. Terakhir ia kemari bersama Pa
Read more

Penikaman

Infus yang terpasang di tangan Reno dan Ratih, mamanya Sena sudah ditanggalkan. Dokter bilang Reno sudah tidak lagi mengalami dehidrasi seperti keadaannya saat datang ke rumah sakit. Namun, masih ada pemeriksaan menyeluruh besok pagi sebelum bisa pulang.“Syukurlah, kondisi Tante juga baik-baik saja,” Reno benar bersyukur tentang itu.Selain lebam-lebam di beberapa bagian tubuh, Ratih tidak mengalami masalah lain dan hanya perlu pemeriksaan akhir seperti Reno besok.“Ya ….”Wajah Ratih terlihat murung. Reno tahu betul kenapa itu bisa terjadi. Sebagai seorang ibu, Ratih tentu khawatir tentang keadaan putrinya yang belum ada kabar.“Sena pasti baik-baik saja.”Reno juga khawatir. Apalagi ia mengetahui fakta jika mental Adit sama sekali tidak baik. Di dalam kamar tempat dirinya disekap, banyak gambar berisi kekerasan yang dikerjakan anak kecil. Adit anak tunggal. Itu artinya gambar-gambar yang ditemuka
Read more

Sekuat Tenaga

Sena membuka matanya perlahan. Gelap. Namun, samar-samar dari ruangan sebelah ada cahaya yang menyelusup dari lubang kunci. Tangan Sena beraba, kini ia tahu kalau berada di ranjang. Hanya saja ranjang yang ditiduri kini lebih kecil dari sebelumnya.Ini di mana? Aku terus-terusan tidak sadar dan terkurung.Sena mengerakan tangannya, walau masih tidak bertenaga ia berhasil membuka dan menutup telapak tangannya. Lalu diangkatnya tangan kanan dan kirinya secara bergantian. Ia seperti habis berlari sangat jauh sehingga kehilangan banyak tenaga.Ini tidak seperti yang aku pikirkan, katanya dalam hati dan kemudian memejamkan mata.Setelah merasa istirahatnya cukup, Sena mengerakan jari-jari kakinya sekarang. Akan tetapi, ia sama sekali tidak berhasil mengangkat kedua kakinya sebanyak tiga kali.Aku harus bisa mengerakan seluruh anggota tubuhku jika ingin keluar dari sini.Sena terkesiap begitu mendengar suara kunci pintu
Read more

Bantuan Monik

Hanya beberapa orang di kampus yang tahu soal kejadian yang menimpa Monik. Mereka hanya segelintir orang yang update pada informasi seputar artis dan sejenisnya. Dikarenakan Monik adalah putri tunggal Tora, walau tak terlalu diperhatikan, informasi kalau ia diserang dan kemudian menjadi saksi tindak kejahatan sampai juga pada mereka. Monik menikmati perhatian yang diberikan orang-orang.“Saat kamu di serang, apa kamu lihat ada Sena di sana?”Monik mengangkat kepala dan menemukan Reno. Kondisi pemuda itu terlihat tidak cukup baik. Tubuhnya sedikit kurus dari terakhir Monik bertemu dengannya. Mata juga cekung dan ada beberapa lebam di lehernya.“Kamu terlihat tidak baik-baik saja,” kata Monik.Ekspresinya saat ini pasti tak bisa ditebak Reno. Matanya mendadak berkaca-kaca.“Saat ini aku sudah baik-baik saja. Aku hanya khawatir pada Sena.” Reno menunduk, memperhatikan ujung jari kakinya.Monik berusaha keras
Read more

Sena Selamat

“Aku tidak menyangka kamu akn berkunjung di jam segini?” Rayna tersenyum.Luka yang didapatkan dari penikaman sebelumnya untunglah tidak terlalu dalam dan melukai organ vital. Reno tidak bisa membayangkan jika ada lebih dari itu luka yang didapatkan oleh Rayna, kakanya. Ia tak akan memaafkan dirinya sendiri lagi. Tidak akan. Akan tetapi, syukurlah hanya luka yang tidak membahayakan yang dialami Rayna.“Kami berencana menangkap Adit hari ini?”Segera Rayna menegakkan punggungnya dan terlihat antusias. Ia ingin mendengar pejelasan lebih lanjut dari adiknya.“Sepertinya aku dilarang untuk menceritakan secara detail,” kata rReno. Ia menatap langit-langit seraya mengingat-ingat apa-apa saja perkataan petugas polisi yang tadi bersama dengannya.“Kamu tidak perlu mengatakan secara jelas, katakan apa yang ingin aku dengar,” suruh Rayna sambil cemberut.Reno mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia kemud
Read more

Semua Rencana yang Berantakan

Sudah lewat waktunya beberapa menit dan Adit yang berjanji tidak juga muncul.“Mungkin kita sudah ketahuan, ya?” Monik bergumam di sebelah Reno.Hati Reno mencelos seketika. Ia memejamkan mata dan mengatakan masih ada kesempatan lain. Ia kemudian menegakkan pungungnya.“Ayo temu yang lain!” ajaknya pada Monik.Gadis di samping Reno langsung mengangguk setuju. Ia menepuk-nepuk bagian belakang tubuhnya dari debu yang mungkin saja menempel. Selanjutnya diikuti Reno yang telah berjalan lebih dulu dan menanti di tengah halaman.Reno melambai, memberi kode pada para polisi yang bersiaga bahwa rencana mungkin gagal danntidak ada gunanya menanti.“Maaf, aku tidak bisa banyak membantu,” kata Monik terlihag sangat sedih. Ia menunduk dan menatap ujung sepatu cantiknya karena menyesal.“Bukan salah Anda, Nona. Target kita rupanya sangat waspada dan cerdik.” Salah satu pertugas polisi menenangkan.
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status