Home / Romansa / Aku Suka Kamu, Tapi .... / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Aku Suka Kamu, Tapi ....: Chapter 91 - Chapter 100

114 Chapters

Amukan Rayna

Beberapa mahasiswa sengaja berhenti di depan Sena. Mereka ingin tahu apa yang menyebabkan gadis tersebut duduk sendirian di halte dalam keadaan sedang menangis. Namun, karena tidak bisa mengetahui apa yang sebenaranya terjadi, begitu bus kampus tiba mereka melupakan rasa ingin tahu itu.Sena sendiri juga ingin tahu kenapa ia menangis. Reno bukan siapa-siapa dari kehidupannya. Bahkan sampai bulan lalu semua orang menyangka ia menghilang bersama pacarnya. Jadi kenapa ia harus menangis untuk Reno.Pak Sarmin yang menyentir di depan hanya sesekali melirik dari kaca spion depan. Mungkin sopir tua itu bertanya-tanya kali ini apalagi yang menyebabkan majikan kecilnya dalam kondisi emosi yang tidak stabil. Lelaki tua yang sudah hampir memiliki cucu tersebut mungkin tidak akan bisa mengerti rumitnya kehidupan masa muda di zaman sekarang. Ia yang menikah karena sebuah perjodohan dan pelan-pelan jatuh cinta pada istrinya mana paham rasanya terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Read more

Bibit Api

Hei, Monik tidak bisa disalahkan kalau tiba-tiba Sena muncul dan marah-marah padanya. Ia tidak sedang bercumbu dengan Reno di tempat umum atau kencan dengan kekasih orang. Reno masih belum jadi pacar Sena dan mereka tidak melakukan hal yang tidak pantas di depan umum. Namun, ia gembira melihat reaksi Sena yang seperti kebakaran jengot datang dengan langkah panjang-panjang dan melayangkan tamparan padanya.Ia bahkan senang saat melihat Reno berdiri di antara mereka berdua dengan posisi membelakangi Monik. Bukankah itu tandanya dirinya menjadi korban dan Sena adalah pelakunya? Kapan lagi ia diperlakukan dengan adil seperti itu. Bukankah selama ini ia adalah tokoh antagonis yang terus-terusan disalahkan? Jadi tak salah jika Monik menikmati waktu tersebut.Bahkan saat Sena pergi dengan menitikan air mata hampir saja Monik bersorak gembira melihat hal itu, tetapi ia berhasil bertahan.“Maaf, ya, harus ada kejadian seperti ini.”Sesuatu di dalam dir
Read more

Pertengkaran Sena dan Reno

Sena menolak menemui Reno sejak kemarin. Ia juga tidak menjawab panggilan yang ditujukan padanya. Jadi pagi ini Reno datang ke rumahnya dan hanya bertemu dengan Ratih saja.“Maaf, ya, Reno. Dia tidak mau ketemu kamu dulu.”Ratih mengatakan hal tersebut dengan sangat hati-hati, tetapi itu tidak membuat perasaan Reno menjadi baik-baik saja. Ia ingin bertemu dan menyampaikan penyesalannya pada Sena. Ia harus segera meminta maaf.“Saya … boleh menunggu di sini sebentar, Tante?” tanya Reno.Wanita yang sudah melahirkan Sena tersebut berpikir sebentar sebelum berkata. “Sebaiknya kamu langsung naik saja,” usulnya. Ia menempelkan jari telunjuk di bibirnya. “Jangan bilang kamu ketemu Tante di bawah, ya,” pintanya sambil mengedip.Reno terdiam. Saat Ratih menghilang ia membulatkan tekad untuk bertemu dengan Sena di lantai dua. Mungkin Sena sedang ada di teras seperti pertemuan beberapa waktu lalu. Atau m
Read more

Terpuruk

Apa yang salah denganku? Kenapa jadi seperti ini? Kenapa semuanya terjadi lagi? Sena membenamkan kepalanya di antara lututnya lagi. Ia hanya ingin sendirian saja dan berpikir. Ia ingin tahu langkah mana dari memperbaiki kehidupannya yang salah. Ia sudah memilih dengan hati-hati. Bahkan menjauh dari Adit juga. Lalu bagian mana yang membuatnya seperti kembali ke keadaan SMAnya.Ia mulai merunut lagi semua kejadian setelah ia lulus SMA dalam kondisi mengalami trauma. Ia menjalani rehabilitasi selama tiga bulan di hadapan psikiater. Kemudian dr. Indah memintanya memilih pekerjaan yang bisa mengembalikan kepercayaan dirinya yang terpuruk.Sena tersentak. Ia seperti tahu hal apa yang dipilih kemudian membawanya dalam bencana selama ini. Bergegas ia berdiri dan meganti pakaian. Ia memoles wajahnya dengan make up standar dan memakai kaca mata dengan kaca yang agak gelap. Matanya kini pasti bengkak karena menangis. Ia tidak ingin terlihat terpuruk di hadapan orang yang
Read more

Akting yang Payah

Ah … dia malah pingsan! Jika tidak sedang berakting menjadi orang baik, Monik pasti sudah tertawa. Akan tetapi, ia ingin akting yang sangat sempurna. Maka dari itu, alih-alih melampiaskan rasa kesalnya pada Sena dengan tertawa, ia berlari ke arah tubuh Sena yang terkapar dan berteriak meminta bantuan tak menghiraukan lukanya sendiri.Kru yang berada di dekat ruangan Produser langsung masuk ke dalam dan kaget melihat apa yang terjadi. Kepala Monik sendiri masih mengeluarkan darah dan Tora kelabakan memeganginya.“Jangan khawatirkan orang lain!” Tora berteriak menghentikan Monik yang akan mendekati Sena.Ia menundukkan kepalanya tanda menyesal dan kembali duduk di kursi seperti yang diperintahkan padanya. Tubuh Sena dibopong keluar. Karena darah di kepala Monik sudah berhenti, sapu tangan yang tadi ditekan ke kepalanya segera dibuang. Namun, Tora masih cukup khawatir.“Kita ke rumah sakit,” kata Tora sambil membimbing
Read more

Ancaman Lain

Saat bagun dari tidurnya, Mata Sena seperti ikan koi. Kepalanya juga berdenyut sakit. Ia tidak mampu mengangkat tubuhnya karena lelah.Reno sudah pergi tengah malam kemarin saat Sena sedang tertidur. Pagi harinya Sena hanya menemukan Ratih yang duduk terkantuk-kantuk di tepi ranjang. Mamanya pasti sangat tidak nayaman dengan keadaan Sena sekarang ini.“Ma ….” Sena manggil dengan suara serak.Kerongkongannya terasa sakit. Seperti ada sebongkah batu di sana. Ia menarik dirinya perlahan untuk bersandar di kepala tempat tidur.Ratih tersentak. Ia memegangi kepalanya dan mengeleng menghilangkan pusing. Lekas dibelainya pipi Sena, matanya menatap dengan berkaca-kaca. “Mau apa Sayang? Sena butuh apa?” tanyanya dengan nada khawatir.Sena mengeleng. Ia tidak ingin sesuatu dan melakukan apa-apa. Ia merasa ingin menangis kembali mengingat kejadian kemarin.Ratih mungkin tahu apa yang ada di dalam pikiran Sena. Cepat ia me
Read more

Manipulasi

Cahaya matahari yang masuk ke sela kamar menganggu Reno. Ia mengerjap kesilauan sebelum mendesah dan menutupi wajahnya. Seluruh badannya terasa remuk, tetapi ia harus tetap bangun dan mengurus banyak hal pagi ini.Pertama-tama ia akan datang ke restoran dan memastikan daftar semua barang belanjaan dan mengecek berbagai keperluan tambahan lainnya. Daftar tersebut akan diserahkan pada orang kepercayaannya yang mengelola keuangan dan pembelian barang. Lalu ia harus ke kampus untuk mengikuti kelas pagi. Lepas dari situ ia akan menemui beberapa orang, salah satunya Monik. Ia berharap gadis itu masuk kelas hari ini sehingga Reno tak harus datang ke rumahnya.Walaupun Reno tahu di mana rumah Monik, ia merasa tidak nyaman saat datang terakhir kali. Ibu tiri Monik terlihat sangat antusias dengan kedatangannya. Wanita itu berkata Monik jarang membawa temannya ke rumah setelah Endah meninggal. Dari cerita panjang lebar yang disampaikan ibu tiri Monik, Reno tahu betapa tertutupnya
Read more

Saling Menyalahkan

Ratih duduh di bawah dengan Rayna. Ia merasa senang pemuda yang disukai anaknya datang. Walau tidak mengurangi semua kecemasan Sena, pasti bisa membuat suasana hati gadis itu menjadi lebih baik.“Bagaimana kabar lokasi?” tanyanya pada Rayna.Gadis yang duduk di kursi di depan Ratih mendadak berubah lesu. Itu tandanya cukup banyak masalah yang harus diselesaikan dicari jalan keluarnya.“Sepertinya sulit sekali,” duga Ratih.Ia bertumpang dagu. Sikunya terletak di meja makan dan ia mebuang napas keras-keras. Sebenarnya kalau pun Sena kehilangan perannya di dalam drama tersebut tidak masalah. Ia masih bisa menghidupi Sena dengan bisnis yang dimiliki. Yang tak sanggup ia penuli adalah tuntutan ganti rugi.“Mereka semua meminta kita memohon maaf pada Monik dan Tora.”Mendengar hal tersebut, Ratih langsung menegakan tubuhnya. Nama Monik sekarang sangat sensitif buat disebut di depan Sena. Reaksinya sangat buruk
Read more

Terjebak

Nomor Tidak Dikenal: Datanglah ke lokasi yang aku kirimkan sendirian. Mungkin kamu perlu menyelamatkan seseorang. Saat pesan itu datang, Sena sedang sendirian. Ia sudah puas menangis di pelukan mamanya dan diminta untuk istirahat. Lokasi yang dikirimkan oleh si pemilik nomor tidak jauh dari jalan bebas hambatan. Saat ia melihat jam pada layar ponsel, kunci mobil telah ditinggalkan Pak Sarmin di tempat biasa di dapur. Ia hanya perlu keluar dari kamar tanpa terlihat dan kabur dengan membawa mobil. Setelah ia keluar, tidak menjadi masalah lagi jika ketahuan.Mungkin karena semua orang sudah lelah selama dua hari ini memantau dan memastikan Sena tidak dalam bahaya dan masalah, rumah sunyi. Pelayan yang biasanya masih berkeliaran di dekat dapur tidak ada. Bahkan lampu di lantai bawah sudah dimatikan. Sena merasa sangat beruntung, tetapi juga sedikit takut.Namun, pesan yang masuk beberapa saat lalu terdengar mendesak. Apalagi kelimatnya menyatakan Sena
Read more

Kemenangan

Tora tidak percaya dengan telepon subuh tadi yang mengabarkan jika sang istri telah kehilangan nyawa akibat tusukan di tempat vital dan kehilangan darah. Seluruh tubuhnya serasa tidak bertulang, ia langsung terduduk dengan telepon yang terlempar di lantai. Saat ia kembali mendekatkan telepon dengan tangan bergetar ke telinga, sudah tidak ada lagi petugas yang mengatakan apa yang terjadi sebenarnya.Monik muncul dari tangga menggunakan baju tidur. Ia melangkah cepat-cepat menuruni tangga dan berjongkok di depan Tora.“Ada apa?” tanya Monik terdengar khawatir.Tora butuh waktu untuk menenangkan diri, mengurangi perasaan hancur yang dirasakan. Saat ia sudah bisa mengatasi perasaan buruk yang dirasakan, ia menegakan badannya kembali. Ia menatap Monik yang masih menunggu jawaban.Tiba-tiba ia merasa tidak perlu mengatakan apapun pada Monik. Apa pedulinya anaknya pada istri kedua Tora. Sudah jelas Monik membenci istrinya yang sekarang karena sudah m
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status