Home / Romansa / Aku Suka Kamu, Tapi .... / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Aku Suka Kamu, Tapi ....: Chapter 101 - Chapter 110

114 Chapters

Di Balik Terali

Air mata Sena terus turun sepanjang perjalanan. Namun, ia sama sekali tidak ketakutan. Entah rasa takut sudah tidak mau lagi hinggap di hatinya atau ia telah terlampau kebal dengan peraaan semacam itu.Mobil sedan dengan stiker polisi berhenti di depan kantor. Polisi yang ada di samping Sena membuka jaket dan kemudian menutupi kepalanya menggunakan baju hangat tersebut.“Ayo keluar!” suruh petugas yang tidak diketahui Sena namanya.Sena tidak berani melawan. Ia mungkin saja berusaha kabur, tetapi entah kenapa keinginan tersebut sama sekali tidak muncul di dalam hatinya. Kakinya gemetaran di langkah pertama. Namun, smenapak semakin jauh rasanya sudah baik-baik saja. Tidak ada yang berusaha menyorongkan kamera. Mungkin orang-orang belum tahu soal kabar penangkapan. Jika sudah ada, pasti berbodng-bondong media masa untuk datang.Begitu masuk ke dalam bangunan polisi, jaket di kepalanya ditarik. Wajah Tora langsung tampak. Bukan hanya itu ada Moni
Read more

Jangan Kecewa

Rayna kembali mencoba menghubungi Reno. Ada masalah sekarang dan ia benar-benar butuh bantuan. Bahkan bantuan Reno saja tidak cukup untuk saat ini. Ia harus banyak mencari tahu apa yang terjadi. Namun, beberapa kali ditelepon kembali, ponsel Reno tidak bisa dihubungi. Rasanya Rayna ingin membanting ponselnya ke lantai. Akan tetapi, ia harus bisa mengendalikan diri.Ratih masih menangis di sofa. Keterkejutan karena putrinya ditangkap masih kuat mencongkol. Bagai semua pohon besar yang tua dan mengerogoti kuat-kuat.Rayna pasti bukan manusia normal jika tidak mengeluh di saat seperti ini. Karena itu ia mendesah dan menjatuhkan diri di sofa tunggal yang sejak tadi tidak berpenghuni. Ia mencari beberapa nama yang bisa membantu, tetapi dengan cepat mengurungkan niatnya kembali. Ini kasus pembunuhan, jika tidak hati-hati mengambil langkah bukannya meringankan masalah, bisa jadi Rayna menjerumuskan Sena ke masalah yang lebih besar.Akhirnya Rayna memutuskan untuk mengh
Read more

Menelisik

Alarm dalam diri Reno mengatakan jika ia berada di tempat yang salah. Namun, ia tidak bisa lari begitu saja di hadapan orang-orang. Makanya ia tetap duduk di antara para pelayat yang berdatangan. Tora duduk di sebelah istrinya, sementara Monik ada di dekat kaki. Monik sudah tidak menangis lagi. Akan tetapi, kini ia terlihat gelisah. Makanya mata Reno jadi tidak bisa lepas memperhatikan gadis tersebut. Alam keras di dalam diri Reno semakin berdering keras setiap kali melihat Monik. Ada yang salah, tapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya! Reno mengelengkan kepalanya segera. Awalnya karena kaget berada di tempat yang tidak seharusnya, Reno tidak menyadarinya. Baginya lumrah saja ketika dihubungi Monik di saat seperti ini. Lama kelamaan ia sadar hubungannya dengan Monik tidak bisa digolongkan dekat hingga ia orang pertama yang dihubungi. “Tapi, kan, bisa saja dia asal tekan dial?” gumam Reno. Tak baik rasanya mencurigai seseorang yan
Read more

Lalu

Rasanya seperti pencuri yang hampir tertangkap. Seluruh tubuh Reno kini gemetar setengah mati. Mungkin seperti ini jika ia menjadi penjahat. Ia yakin kalau sama sekali tidak pantas memerankan menjadi penjahat. Pasti orang-orang segera tahu jika ia sudah melakukan sesuatu ketika melihat wajah Reno.“Apa Monik sudah sadar apa yang aku lakukan?” tanya Reno pelan.Kepalanya menempel di setir mobil. Ia sedang menenangkan perasaaan bedebar yang dirasakan saat melihat senyum Monik saat keluar dari rumah tadi.Sekali lagi ia memaksa oksigen masuk ke dalam paru-paru banyak-banyak. Ia kemudian merasa sedikit rileks dan meraba-raba saku jaketnya. Dikeluarkan buku tipis bersampul bunga yang manis dipunggut. Ia perhatikan buku tersebut, duganya pasti milik seorang gadis.Benar dugaannya, saat ia membuka buku pada halaman pertama ada nama Monik di sana. Tentu saja selera Monik tidak akan berbeda dari gadis-gadis pada umumnya. Monik juga seorang gadis.
Read more

Dirampas

Rayna membawa buku catatan yang diserahkan Reno pagi ini padanya. Adiknya kini sedang berada di kantor polisi untuk menemui Sena. Entah obrolan seperti apa yang akan terjalin dari kecanggungan yang dibuat Reno kemarin.Namun, adiknya tersebut sudah bertekad untuk datang. Mungkin Reno datang untuk meminta pengampunan dari Sena. Atau untuk meyakinkan Sena kalau dirinya sangat mencintai gadis itu. Rayna sama sekali tidak harus memikirkan itu sekarang. Ada banyak sekali agenda hari ini untuknya. Pertama ia akan datang ke tempat Fariq, menanyakan perkembangan kasus, kemudian menemui Ratih yang saat ini sedang terbaring di rumah. Ia mengalami demam tinggi tadi malam dan kesulitan untuk bagun hari ini. Rayna sudah menghubungi Dokter dan menerima laporan jika wanita tersebut mengalami stress dan syok.Melihat putri semata wayang diborgol polisi dan kemudian mendengar kasus yang menyebabkan semua itu terjadi siapapun dalam posisi Ratih pasti mengalami syok dan stress. Untung sa
Read more

Di Ujung Tanduk

Rayna mengangkat ponselnya dengan kesal. Ia belum berhasil membujuk Ratih untuk makan. Ia sedang meminta bantuan Reno yang masih ada di kantor polisi meminta izin untuk membiarkan Sena bicara sebentar di telepon. Namun, sepertinya izin tersebut belum bisa di dapatkan setelah satu jam berlalu.“Ya, halo?” sapanya tanpa mengurangi sedikit pun aura kekesalannya.“Kamu baik-baik saja?” tanya seorang lelaki di telepon. Rayna menjauhan ponsel sedikit untuk melihat siapa pemanggil yang pura-pura akrab dengannya ini. Setelah tahu jika yang menghubunginya Fariq, ia menghirup napas dalam dulu sebelum kemudian mulai bicara kembali. “Maaf … hariku benar-benar sama sekali tidak terkendali. Ada apa?” tanya Rayna cepat.“Kamu sudah menghidupkan televisi?”Rayna tidak banyak bertanya. Ia segera berlari menuju ruang tengah dan menyambar remote TV. Dalam sekali tekan ia segera melihat berita berduka cita. Mata Rayna la
Read more

Pengorbanan dan Kebebasan

Walau berada pada bagian belakang kantor polisi, Sena bisa tahu kalau semua petugas sedang sibuk sekarang. Ia tidak mendengar kabar kalau ada orang penting akan datang ke daerah ini. Namun, kalau bukan alasan tersebut, lalu kenapa kantor yang telah ditinggali beberapa hari ini kalang kabut begini. Setelah hanya bisa mengamati dari sudut yang tidak nyaman dan mendengar kebisingkan yang ditimbulkan oleh orang-orang di depan, seorang petugas muncul dari ujung lorong menuju tempat Sena. Ia membuka kunci terali dan meminta Sena untuk mengikuti dirinya keluar. Sena tidak membantah. Sejak ia berada di dalam penjara, ia tak punya keinginan untuk membantah perintah orang. Sebenaranya sejak lama ia selalu ketakutan untuk melawan, walau akhirnya bisa melakukan hal tersebut. “Apa saya akan diinterogasi lagi?” tanya Sena. Polisi tersebut hanya mendorong pintu hingga terbuka. “Silakan masuk Nona, Anda akan tahu lebih jelasnya di dalam.” Sena tidak bisa berh
Read more

Kenangan Lama

Tidak ada yang bisa membujuk Sena jika sudah bertekad. Sama seperti saat ia memutuskan tidan mengatakan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan SMA-nya. Seperti saat ia diam saja diperlakukan tidak mengenakan oleh Adit. Atau saat Monik mengancamnya dahulu saat Reno berada di penjara. Begitu juga dengan sekarang. Tidak ada yang bisa mengubah keputusannya untuk datang ke rumah sakit dan tampak mengerikan di kamera. Ia sama sekali tidak peduli.Akan tetapi, lobi rumah sakit sepi. Sepertinya kabar ini belum sampai ke telinga para pencari berita. Mereka pasti masih terlalu fokus pada kematian Tora.“Reno ada di kamar VVIP. Aku sudah menduga kamu akan langsung kemari.”Sena memeluk Rayna segera. Kakak perempuan Reno tersebut selalu berhasil membaca situasi dengan baik saat Sena tidak bisa. Ia melepaskan pelukannya segera dan masuk ke ruangan rawat Reno.Kemeja yang digunakan Reno tidak dikancingkan. Perban melilit bagian perut dan sedikit dadanya. M
Read more

Keributan

“SENA!”Sena kaget karena Reno berteriak dan mengapai. Ia langsung menangkap tangan pemuda yang matanya masih terpejam tersebut. Dalam hati ia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.“Reno?” Ragu-ragu Sena menguncang bahu pemuda itu. Ia berharap yang dilakukan bisa membuat Reno tersadar. Akan tetapi, kemungkinan juga tidak. Reno masih dalam pengaruh obat bius.Reno mengenggam jemari Sena erat-erat. Seolah-olah Sena akan menghilang ketika tangannya dilepaskan. Sena tersenyum senang. Ia senang karena dirinya memiliki posisi sepenting itu di dalam hati Reno. Ia harap dirinya tidak hanya berkhayal saja.Rayna mengetuk pintu dari luar, lalu menjulurkan kepalanya. Ia tersenyum-senyum mendekati Sena. Ia tak menyangka adiknya yang bodoh sampai mengenggam tangan Sena tanpa sadar.“Heemmm!” Rayna terbatuk sedikit mengoda.Sena terkejut dan berusaha melepaskan genggaman tangan Reno. Tentu saja hal tersebut tidak berh
Read more

Penyerangan yang Gagal

 Ratih memeluk putri tunggalnya erat-erat. Sesuai instruksi polisi ia bergerak ke rumah sakit pada malam hari. Seharian ini ia selalu mengontak Rayna menanyakan apa yang sedang dilakukan Sena. Sampai sore, ia tidak mendapat kabar kalau ada orang yang tidak dikenal mendekati putrinya. Namun, Rayna melaporkan Sena sukses membuat Reno bertekuk lutut.Saat itu Ratih hanya bisa membatin, Seperti itulah kekuatan seorang wanita yang sedang jatuh cinta.“Apa semuanya baik-baik saja, Sayang?”Ratih tahu tidak seharusnya menanyakan hal ini pada Sena. Ia sudah bertekad untuk membuat putrinya merasa aman. Ia juga sudah mengatakan pada Rayna kalau tidak perlu membuat Sena merasa cemas tentang kedatangan Monik ke rumah. Saat ini ia ke rumah sakit untuk membujuk Sena tinggal di sini semalam, kalau perlu sampai Monik tertangkap.Rasanya tempat Reno di rawat adalah daerah paling aman karena ada seorang polisi dan juga banyak orang yang be
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status