Semua Bab Aku Suka Kamu, Tapi ....: Bab 41 - Bab 50

114 Bab

Sesuatu di Dalam Gudang

Di dalam tas Endah sama sekali tidak ditemukan ponsel. Tentu saja Adit sudah menggeluarkan semua itu. Walaupun sudah tahu kenyataan tersebut bahkan sebelum memeriksa, ia tetap sejak menggeluarkan semua. Dari dalam tasnya ia menemukan permen yang tangkainya bisa bersinar, ada tiga buah. Lalu pulpen, buku, roti, dan sebotol air mineral.Untuk roti dan air mineral, Endah harus benar-benar berhemat. Ia tak terlalu yakin sudah berapa lama waktu terlewat. Ia merasa sudah cukup lama. Selama itu Adit cuma muncul sekali melemparkan sesuatu yang setelah diraba cukup lama adalah nasi bungkus.Saat Endah sedang memikirkan langkah selanjutnya. Persegi panjang yang sama kemudian bercahaya. Diiringi sinar lain yang menyilaukan Endah sesaat. Ia mengerjap-ngerjap menyesuaikan pandangannya. Ruangan tempat ia tersekap terang kini.“Kamu jahat sekali pada kawan baikku, Dit.”Endah mengenali suara perempuan yang tiba-tiba didengarnya itu. Ia mendogakkan kepala unt
Baca selengkapnya

Pertengkaran yang Indah

Tidak sulit menemukan kekasih Endah. Sebab pemuda bernama Dino itu menampakan dirinya di depan kafe tempat Endah dan Monik sering nongkrong. Begitu Monik turun dari mobil pemuda itu langsung menghampiri. “Kamu temannya Endah, kan?” Monik melirik sedikit dan terus berjalan. Ia melewati begitu saja dengan Adit mengekor di belakang. Tangan kekar Dino menyambar pergelangan tangan Monik. Gadis itu dengan segera menepisnya. Ekspresinya mengatakan betapa jijik dirinya mendapatkan perlakuan ini. Dengan cepat Dino mengatasi keterkejutannya atas ekspresi Monik. “Kalian sering kulihat bersama.” Ia melirik ke arah Adit. “Belakangan dengan dia juga.” “Lalu?” “Kamu pasti tahu dia di mana, kan? Beritahu aku!” tegas Dino. Ia memandang tepat ke mata Monik dan Adit. Monik mengeluh, menyibak poninya dan berjalan menjauh. Namun, ia sempat mendekati Adit dan berbisik, menyuruh teman seperjuangannya itu untuk membereskan semuanya. “K
Baca selengkapnya

Kesalahan

Endah menemukan benda itu di dalam sebuah kardus tanpa sengaja. Ia menyebutnya sebagai hadiah dari Tuhan. Karena benda yang ditemukan bisa menjadi alat untuk meloloskan diri dari penyekapan ini. Ia harus keluar dan memperingatkan Reno. Entah apa rencana Monik dan Adit yang sedang berjalan, ‘memperingatkan’ akan membuat Reno waspada.Namun, ia tidak menemukan kemajuan di dalam kegelapan. Walau matanya sudah beradaptasi dengan gelap gudang, tetapi berusaha menjebol pintu dengan garpu tetap saja sulit. Delapan sekrup yang harus dilepaskan menjadi jumlah yang banyak kini.Ibu jari dan telunjuk yang dipakai untuk memelintir garpu sebagai alat pemutas terasa ngilu. Akhirnya garpu yang tak diketahui bentuknya tetapi memiliki besi yang cukup tebal tersebut jatuh ke lantai. Endah baru menyelesaikan sebuah sekrup saja dan masih separuh jalan dengan yang lainnya.Jika aku bisa menanggalkan gagang pintu ini, ada kemungkinan mencopot semuanya dan kabur,
Baca selengkapnya

Tidak Bernapas

Seluruh tubuhnya sakit. Ia bisa merasakan seluruh tubuhnya berdenyut. Ia ingat setiap tempat yang ditendang oleh Adit, terasa berdenyut dan nyeri. Endah berusaha mengangkat tubuhnya, tetapi dengan cepat ia terjatuh lagi.Apa yang harus aku lakukan? Endah bertanya dalam hati.Ia memejamkan matanya kembali dan segera direnggut ke dalam kegelapan dan mimpi buruk. Selama itu ia gelisah, merintih lirih dan memohon ampun. Saat terjaga lagi, ruangan tempatnya berbaring masih sama. Bahkan posisi tubuhnya begitu juga. Sekarang tubuhnya terasa lumayan bertenaga kini.Saat ia duduk untuk kedua kalinya, kepala endah tidak lagi pusing. Ia bisa melihat dengan jelas semua. Ruangan tidak lagi berombang-ambing di matanya.Ada sebuah ranjang di tengah kamar. Di depannya sebuah meja dan kursi tersusun rapi. Sebuah lemari buku ada di sisi lainnya. Lemari buku itu kosong dan terlihat berdebu.Ini bukan tempat sebelumnya, batin Endah.Di tempat
Baca selengkapnya

Mayat Dalam Bagasi

Kenapa malah ke rumah? Sena berujar panik setelah menuruni tangga dan mendengar suara Reno sedang bicara dengan mamanya. Ia masih belum siap bertemu dengan pemuda tersebut sekarang. Kepala Sena celingak-celinguk dan tidak menemukan sebuah lubang untuk bersembunyi. Ia berharap jadi tokoh Alice dalam dongeng dan meminum cairan pengecil. “Lho, Sena … kenapa di sini?” Ratih muncul. Suara Reno di ruang tamu juga menghilang. Sena membuka matanya sebelah untuk mengintip dan lega melihat hanya sang mama yang berdiri menatapnya keheranan. Rasa heran yang muncul di hati Ratih juga tak lama bersemayam, dengan segera ia tahu apa yang terjadi pada putrinya dan tersenyum kecil. Masa pubertas yang harusnya dirasakan Sena saat SMA cukup lama tertunda karena kasus bullying. Sekarang melihat sang anak panik tanpa sebab, menjadi hiburan tersendiri buat Ratih. “Reno jemput kamu. Kamu ada jadwal kampus, kan hari ini? Nanti jam sebelas di jemput Pak Sarmin
Baca selengkapnya

Kabar Buruk

Kampus sama sekali tidak seperti biasanya di mata Sena. Orang-orang yang seharusnya berjalan dengan santai hari ini berlarian. Atau bergerombol sambil membisikan sesuatu. “Ada apa, ya?” tanya Sena bergumam pelan. Adit yang mendengar pertanyaan Sena sama sekali tidak menjawab. Sebagai gantinya ia bersiul-siul kecil sepanjang jalan. “Kamu tidak usah mengantarku sampai ke kelas,” larang Sena. Akan tetapi, mereka hanya berjarak beberapa ratus meter lagi saja. Sena mengucapkan terima kasih pada Adit yang bahkan tak menanggapi sama sekali ucapan tersebut. Ia merasa pemuda tersebut tengah senang untuk alasan yang tidak bisa dimengertinya. Ia pandangi punggung Adit yang menjauh dan kemudian menghilang karena berbelok. Hampir saja Sena menabrak Uno saat berbalik. Ia tersenyum menyapa dengan ramah. Seperti biasa Uno tergagap membalas. “Se-na?” Uno memanggil kembali setelah Sena berjalan meninggalkannya di pintu kelas dan menuju kursinya sendiri.
Baca selengkapnya

Di Balik Jeruji Besi

Sial! Sial! Sial! Sebenarnya apa yang terjadi!Reno memeganggi kepalanya erat-erat. Banyak pertanyaan terbetik di dalam kepalanya. Kenapa ada Endah di dalam bagasi? Kapan orang jahat itu memasukkan Endah? Untuk apa Endah dibunuh? Begitu banyak pertanyaan sehingga kini ia merasa sakit.Frustrasi karena tidak mendapatkan jawaban apapun, Reno berteriak dan memukul dinding beton. Beberapa narapidana lain yang lebih dulu berdekam di dalam jeruji meliriknya dengan kesal. Tentu tindakan Reno sudah membuat mereka kesal. Pria dengan tubuh paling besar dan tato terbanyak melirik Reno tajam. Namun, lirikan tersebut sama sekali tidak diindahkan Reno. Ia sama sekali tak sadar ada siapa saja di sekitarnya kini.“Boleh kami mengunjunginya?”Pemilik suara yang tak lama setelah itu muncul di ujung lorong dan bergegas mendekat ke arah Reno.“Kak, aku tidak salah.”Dari dalam sel terdengar dengusan pelan. Mungkin para
Baca selengkapnya

Bukti yang Memberatkan

Kemarin malam, papanya Monik mengeluh soal Sena. Gadis itu hampir seharian tak bisa berkonsntrasi terhadap peran yang harus didalami. Kebanyakan ia melamun dan tidak sadar dengan apa yang sedang dikerjakan. Itu membuat sang produser frustrasi karena proses syuting jadi terkendala.Bagian di mana ia merasa lebih tahu apa yang sedang terjadi ketimbang produser kenamaan tersebut sedikit menyenangkan hati Monik. Ia masih marah dan dendam ketika papanya lebih memilih Sena.“Dia cuma lebih muda dariku setahun, bisa disebut itu pembangkangan, kan?” celoteh Monik tanpa ingin dibalas.Akan tetapi, ia tahu apa efek menyebut nama Sena dengan nada mengejek seperti itu di dekat sang papa.“Aku tahu dia professional. Masalahnya pasti bukan tetek bengek macam permasalahan remaja.”Rasa kesal Monik mulai terpupuk kembali. Semakin ada alasan untuk membuat Sena lebih merasa terpuruk lagi. Ia ingin membuktikan pada papanya jika Sena sama saja
Baca selengkapnya

Masa Kecil Monik

Gadis kecil berambut lurus sebahu itu berlarian di taman. Anak-anak yang lain mengikutinya dengan riang di belakang. Beberapa ada yang hanya tertarik untuk bermain. Yang lain juga karena terpesona dengan kecantikannya. Sifatnya yang angkuh karena mengetahui kelebihannya itu sangat ketara terlihat. Ia dengan berani memilih siapa teman yang boleh dekat dengannya dan yang tidak.“Mama …!”Momen inilah yang selalu membuat Monik bersinar. Momen ketika mamanya melambai dan menyerukan namanya. Gadis kecil yang ponggak tersebut menjadi anak biasa. Bukan lagi si sombong yang mendapatkan segalanya. Atau anak nakal yang hampir mengatur teman-temannya.“Kamu senang berada di sini?”Monik mengangguk. Tentu saja ia senang. Di sini dirinya adalah ratu yang tidak bisa diinterupsi. Ia mendapatkan semua keiinginannya.“Ya,” jawab Monik riang.Ia memegang jemari mamanya dengan erat. Bernyanyi kecil seperti anak-anak l
Baca selengkapnya

Keinginan Sena

Reno sudah mendekam di balik jeruji selama tiga hari. Tidak ada kabar yang disampaikan padanya, baik oleh Mama atau Rayna. Gadis cantik itu sesekali terlihat di rumah dengan mata sembab dan begitu Sena ingin mendekati maka datang orang lain yang mengalihkan perhatiannya. Saat ia sadar Rayna sudah tidak lagi terlihat.Yang mengiringinya pergi ke lokasi syuting dua hari ini juga Mama. Perempuan yang sudah melahirkannya itu menatap dengan khawatir setiap kali Sena mengajukan pertanyaan. Maka setiap kali terjadi, ada nyeri di dadanya yang tak bisa diterjemahkan.“Capek, Sena?” tanya Mama sambil mengelus rambutnya yang lurus.Ia habis dimarahi Tora lagi. Pria tersebut mengatakan jika Sena tak maskimal dalam berakting. Ia memandang sang mama dan tersenyum. Mungkin Mama akan segera sadar jika itu bukan senyum tulus Sena, tetapi ia hampir tak peduli.“Lepas minggu ini, Senam au liburan?”Sena berpaling, menatap kerumunan kru yang te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status