Ini gelas ketiga yang dihabiskan Adit. Gadis yang mengiriminya pesan untuk bertemu. Bahkan sampai sekarang batang hidung perempuan itu tak tampak. Entah ke mana sembunyinya. Saat Adit bertanya pada pelayan yang mengantarkan minuman, dikatakan jika gadis tersebut dan temannya sudah ada di kafe dari setengah jam lalu. Endah memandangi puncak kepala Adit yang duduk di lantai dasar. Ia lalu beralih melirik Monik yang senyum-senyum saja sejak tadi. “Apa lagi yang kamu rencanakan?” katanya penasaran. Sebagai teman, ia tak mau lagi terlibat masalah dengan Monik. Diskors hampis sebulan dari kegiatan kampus saja sudah cukup membuatnya resah. Apalagi bayang-bayang namanya akan semakin buruk saja jika teman di depannya ini kembali berulah. “Aku nggak mau, ya, kamu mencelakai Sena lagi,” tentangnya bahkan sebelum Monik bersuara. Monik membuang muka, melambai pada seorang pemuda yang lewat dan menyapa dan melotot menatap Endah. “Kata siapa aku menc
Baca selengkapnya