“Aku pilih kamu, Joy.” Fajar berkata sambil memeluk Joya dan menghujani kecupan di wajah Joya yang basah dan lembab. “Fajar, ini beneran? Aku nggak mimpi?” tanya Joya sambil mengeratkan pelukkannya, seandainya ini mimpi pun ia tidak ingin terbangun dari tidurnya. Ia hanya ingin terbuai dalam mimpi bersama dengan Fajar, tidak mempedulikan apa pun. Kecupan masih terus menghunjami wajah Joya, rindu rasanya menngecupi wajah manis Joya. Padahal baru beberapa jam yang lalu gadis ini mendesah di bawah tubuhnya. “Nggak Sayang, kamu nggak mimpi. Aku milih kamu, aku selalu akan memilih kamu.” Tangis Joya tumpah saat mendengar perkataan Fajar, rasa senang dan hangat langsung menyelimuti Joya. Rasanya ia ingin berjingkrakkan saat mendengar itu semuanya, tawanya langsung terdengar pelan. “Kenapa kamu malah ketawa, Joy?&rdqu
Read more