"Jar," panggil Joya sambil menatap Fajar yang sedang berbaring di sampingnya terhalang kursi penumpang.
"Hmm," jawab Fajar yang asik membaca buku, setelah menyalurkan hasratnya Fajar langsung meloncat kembali ke kursinya.
"Jadi hubungan kita gimana?" tanya Joya yang masih ingin penjelasan akan hubungannya dengan Fajar.
"Baik," jawab Fajar santai sambil membaca bukunya, matanya tidak melirik Joya sama sekali.
"Ih, kok malah baik sih!?" ungkap Joya geram sambil memunggungi Fajar kesal.
Joya benar-benar membutuhkan kepastian, dia tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya. Harapannya sudah terlalu tinggi, ia ingin menjadi wanita satu-satunya bagi Fajar. Lelaki pertama dan
"Aku pilih—""Apaan sih, udah kaya kuis aja. Nggak usah milih, Love. Ayo cepet kita harus ketemu Mamih, Mamih sakit banget itu udah nggak bisa ngapa-ngapain di rumah sakit," potong Naomi sambil menarik-narik tangan Fajar agar beranjak dari sana.Joya menggigit bagian bawah bibirnya, seolah menunggu jawaban Fajar. Ia lelah dan butuh di akui oleh Fajar, haruskah ia memohon dan bersimpuh di kaki Fajar agar lelaki itu mau mengakui dirinya kepada semua teman dan koleganya.Terlalu berlebihan kah permintaan Joya? Dia hanya ingin diakuk oleh Fajar. Dia hanya ingin memberitahukan pada semua orang bahwa ia milik Fajar dan sebaliknya, hanya itu."Jar," panggil Joya sambil menatap Fajar.Fajar terdiam sambil melihat Joya, pilihan sulit. Satu sisi Joya adalah wanita yang ia cintai dan di s
Joya menatap keluar jendela mobil, tangannya mengetuk-ngetuk pelan kaca mobil sambil menghela napasnya berat, seolah ingin menghempaskan segala beban di pikiran dan hatinya.Sesakit ini yah, jatuh cinta? Hatinya seakan tersayat-sayat, ia lelah bukan main menghadapi permasalahan antara ia, Fajar dan Naomi. Capek, tubuhnya kelelahan seakan sudah berlari maraton sejauh seribu kilometer namun tak ada ujungnya. Tak ada penyelesaian masalahnya.Pertama kali jatuh cinta dan harus merasakan dihempas sebegitu jauhnya oleh orang yang dia cintai benar-benar suatu cobaan yang membuat Joya sakit."Fajar, kamu kenapa nggak bisa tega sih?" bisik Joya lirih sambil mengetuk-ngetuk kaca jendela pelan. Ia lelah bukan main dengan sikap Fajar yang plin plan terhadap hubungannya ini."Nanti, kalau ak
“Aku pilih kamu, Joy.” Fajar berkata sambil memeluk Joya dan menghujani kecupan di wajah Joya yang basah dan lembab.“Fajar, ini beneran? Aku nggak mimpi?” tanya Joya sambil mengeratkan pelukkannya, seandainya ini mimpi pun ia tidak ingin terbangun dari tidurnya. Ia hanya ingin terbuai dalam mimpi bersama dengan Fajar, tidak mempedulikan apa pun.Kecupan masih terus menghunjami wajah Joya, rindu rasanya menngecupi wajah manis Joya. Padahal baru beberapa jam yang lalu gadis ini mendesah di bawah tubuhnya. “Nggak Sayang, kamu nggak mimpi. Aku milih kamu, aku selalu akan memilih kamu.”Tangis Joya tumpah saat mendengar perkataan Fajar, rasa senang dan hangat langsung menyelimuti Joya. Rasanya ia ingin berjingkrakkan saat mendengar itu semuanya, tawanya langsung terdengar pelan.“Kenapa kamu malah ketawa, Joy?&rdqu
Fajar membuka matanya saat mendengar suara alarm ponselnya yang menandakan itu sudah jam tujuh pagi. Matanya mengerjap-ngerjap dan berusaha untuk menemukan Joya, sialnya ia tidak mendapati Joya di pelukannya atau bahkan di sekitarnya."Joya Dimitra!?" teriak Fajar sambil beranjak dari kasur dan mencari Joya di setiap sudut kamar.Dengan kesal Fajar melempar bantal ke lantai, Fajar langsung pergi keluar dari kamar dan mendapati J
"Peduli setan dengan perusahaan!?""Fajar!? Kamu sudah siap kehilangan perusahaan kamu?" tanya Liby berang, dia kaget dengan perkataan Fajar yang sudah tidak dapat di geretak lagi.
“Kamu di mana?”“Di supermarket, Jar.” Joya menjawab Fajar yang sedang meneleponnya. “Aku tadi sudah kasih tahu kamu loh, aku mau ke mana.”“Aku cuman khawatir, Joy.”“Aku di supermarket, Jar. Mau aku shared loc?” tanya Joya sambil mengambil sabun dan memasukkannya ke dalam troli. “Kamu jadi ke tempat Naomi?”“Jadi, kenapa?”“Ngg ... ak,” jawab Joya pelan, berusaha menutupi perasaan cemasnya terhadap keputusannya dalam mengizinkan Fajar untuk menemui keluarga Naomi. “Nggak apa—““Kalau kamu ragu, mending aku nggak usah aja,” potong Fajar yang mengerti kecemasan Joya. “Aku nggak usah ketemu keluarga Naomi, aku bilang ke Byan sekarang. Biar dia nggak usah urus perusahaan ak—““Nggak papa, aku kan sudah bilang. Aku percaya sama kamu seratus persen, pasti kamu balik ke aku ‘kan? Iya ka
“Ngaco,” ungkap Joya sambil mendorong bahu Gege pelan. Joya wanita normal yang akan selalu tersenyum dan tersipu bila ada lelaki yang memuji kecantikannya yang paripurna ini. “Hahaha ... eh beneran Szasza sudah punya pacar?” tanya Gege penasaran. “Sudah, namanya Byan Naka Putr—“ “Byan yang pengusaha hotel dan sekarang sedang membujuk perusahaan Lars’s media?” tanya Gege yang kenal dengan Byan. “Nggak tahu, aku nggak pernah peduli sama pekerjaan Byan. Lah ... wong tiap ketemu Byan kalau nggak tipsy pasti lagi ngoceh ke Szasza.” Joya berusaha keras menggali ingatannya tentang sosok Byan, berusaha mencari seorang Byan yang mengenakan jas dan bertampang serius. Nihil, tidak ada Byan yang seperti itu di pikirannya. “Yang ini?” tanya Gege sambil menunjukkan masalah ekonomi yang ada di depan mereka. Joya menatap majalah yang ada di depannya, tawanya hampir saja pecah seandainya dia tidak sadar sedang berada di supermarket. “Lah, iya itu. Kok
"Asyik pergi sama Gege?" Fajar bersandar di sofa dan melipat tangannya sambil menatap kesal pada Joya. Trauma berhubungan dengan Naomi yang selalu ditipu dan diselingkuhi membuat Fajar lebih pencemburu dan menyebalkan dari pada lelaki normal. "Kamu kenal Gege?" tanya Joya kaget. "Nggak usah balik nanya lagi, Joy. Di sini aku yang lagi nanya sama kamu. Nggak usah kamu bolak balik pertanyaan aku, kamu tinggal jawab aja." Joya hanya bisa menatap Fajar dengan tatapan menyelidik, di dalam hatinya ia sedang berpikir kenapa dengan kekasihnya ini. Jangan bilang Fajar cemburu, astaga ... Fajar cemburu pada dirinya dan parahnya ia cemburu pada Gege? Rasanya Joya ingin tertawa keras. “Jar, kamu cemburu?” tanya Joya pelan-pelan, ia hanya sedang menikmati tatapan Fajar yang penuh kecemburuan itu menatapnya tajam. Tatapan Fajar makin intens dan menyeluruh, seakan menggerayangi dan menelanjangi Joya. Joya bergidik saat membalas tatapan mata Fajar, pe
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F