Semua Bab Skandal Cinta Pilot Angkuh: Bab 181 - Bab 190

214 Bab

181. Bubuhkan Nama Keluargaku Untuk Senja

“Kamu kenapa kasih alamat aku, sih?” tanya Joya pada Szasza yang sedang memilih-milih kue pernikahan.“Ke siapa?”“Astaga, belaga pilon pula, ya, ke Fajar lah,” ucap Joya sembari memotong kue isi coklat dengan garpunya.Szasza tersenyum kecil saat melihat betapa kesalnya sahabatnya itu, “Ingin aja, kenapa? Aku yakin kamu senang, kan,” tebak Szasza sambil mengacungkan garpunya dan memutar-mutar di wajah Joya.“Ih ... nggak, aku nggak senang, aku kesal,” sahut Joya sembari melap ujung mulutnya dengan serbet.Semenjak hari Ayah itu, Senja menolak untuk berangkat sekolah bila bukan Fajar yang antar. Walhasil, Fajar selalu ke rumah Joya setiap pagi sambil membawa strawberry untuk Senja dan sebuket bunga atau benda apa pun untuk Joya.“Kok kesal? Senja kelihatan bahagia, loh.” Szasza menunjuk Senja dan Fajar yang saat ini sedang duduk di luar ruangan dan bermain bola bersama B
Baca selengkapnya

182. Deru Napas Fajar

"Enak?" tanya Fajar pada Senja yang asik menyuapkan es krim rasa strawberry ke mulutnya. "Enak Om," jawab Senja sembari menunjukkan deretan giginya yang bagian depannya seperti kelinci. "Senja, Senja tau siapa, Om?" tanya Fajar berusaha mencoba mencari tahu apakah Senja tau siapa dirinya. "Tau," jawab Senja sambil terus menyendokkan es krim yang ada di mangkuk ke mulutnya yang mungil. "Siapa?" tanya Fajar penasaran, dia ingin tahu apakah Joya menceritakan tentang dirinya pada Senja atau Senja hanya sebatas tahu kalau dirinya adalah Om yang ada di ponsel Joya. Fajar mengambil air minum dan meminumnya saat menunggu jawaban Senja. "Papa Senja." "Uhuk ... uhuk ...." Fajar tersedak air minumnya saat mendengar perkataan Senja yang polos dan santai. "Kenapa Om? Om sakit?" tanya Senja dengan tatapan yang membuat Fajar ingin m
Baca selengkapnya

183. Kemarahan Joya

Fajar memaksa kakinya bergerak lebih cepat lagi, dia berlari seperti orang gila. Fajar bahkan tidak memedulikan teriakkan orang-orang yang kesal karena dirinya berlari dengan cepat bahkan sesekali dia memotong jalan orang lain. "Woi ... hati-hati," ucap seseorang yang mengenakan pakaian endek yang kaget saat akan berjalan di potong langkahnya oleh Fajar. Fajar sama sekali tidak peduli, dia terus berlari. Saat ini yang menjadi fokus utamanya adalah sebuah papan yang bertuliskan rumah sakit. Kaki dan tangannya sudah kebas dan napasnya sudah sesak bukan main. Umur Fajar sudah empat puluh dua tahun dan ia sudah jarang berolah raga, namun, dia memaksa seluruh sendi tubuhnya untuk terus bergerak demi keselamatan Senja. Senja anaknya, Senja buah hatinya dengan Joya. Fajar yakin, bila terjadi sesuatu pada Senja tidak akan ada lagi pintu maaf dari Joya. Joya akan membencinya. Matanya menangkap tulisan UGD, de
Baca selengkapnya

184. Kebenaran yang Terungkap

“Joya, maaf aku nggak tahu,” ungkap Byan sambil mundur beberapa langkah menjauh dari Joya yang tubuhnya di tangkap Fajar karena siap menerkam Byan.“Byan?! Kamu tuh, kebiasaan suka seenaknya?! Bagaimana kalau Senja ada apa-apa,” hardik Szasza yang kaget dengan pengakuan Byan, saking kesalnya Szasza yang tidak pernah memukul Byan tanpa sadar melayangkan pukulan ke bahu tunangannya itu dengan sangat keras hingga Byan mengaduh.“Sakit, Yang,” bisik Byan yang kaget saat Szasza memukulnya. “Aku benaran nggak tahu.”“Kamu nggak paham apa?! kalau kasih sesuatu ke anak kecil itu tanya dulu ke ibu dan bapaknya, boleh atau nggak! Jangan main kasih aja,” maki Szasza yang geram dengan sifat cuek kekasihnya itu.“Sza, aku beneran nggak tahu,” ucap Byan sembari menatap Szasza dengan tatapan bersalah.“Sza, bawa tunangan kamu! Aku nggak mau liat dia dulu, aku takut kelepasan. Bisa-bisa
Baca selengkapnya

185. Permintaan Senja

“Ma, Senja mau sekolah sama Papa,” rengek Senja sambil menyuapkan sebuah strawberry ke dalam mulutnya.Joya hanya bisa menggeleng dan menyimpan sebuah susu di samping piring Senja, “Makan jangan belepotan.”“Ma, Senja mau sama Papa,” paksa Senja sambil mengerucutkan bibirnya. “Aku mau sekolah sama Papa.”“Papa sibuk, Sayang, jangan paksa-paksa. Kasihan Papa kamu kalau setiap hari harus bulak-balik ke sini,” ungkap Joya yang kesal mendengar rengekkan Senja yang entah sejak kapan sangat lengket dengan Fajar.Tak terasa sudah tiga hari semenjak Senja keluar dari rumah sakit dan semenjak itu pula Senja selalu berangkat juga pulang sekolah dengan Fajar. Fajar benar-benar selalu bersama Senja, mengajaknya bermain, belajar bahkan beberapa kali Fajar membelikan barang-barang untuk Senja yang membuat Joya pusing saat melihat harganya.“Papa bilang hari antar Senja lagi dan Papa mau nginap,&rd
Baca selengkapnya

186. Pertahanan Itu Runtuh

“Mama,” teriak Senja seraya berlari ke pelukan Joya.Tangan Joya langsung membalas pelukan Senja, namun, manik mata Joya melirik ke arah Fajar yang sedang berjalan ke arah mereka berdua sambil merapikan rambutnya dengan tangan kanannya. Joya menahan napasnya saat melihat pesona Fajar, sial, padahal umur Fajar sudah kepala empat tapi, pesonanya benar-benar membuat Joya kelimpungan.Joya melirik beberapa ibu-ibu lainnya yang terdiam menatap Fajar, sepertinya pesona Fajar tidak hanya berpengaruh pada dirinya saja. Namun, ibu-ibu yang lain pun sama-sama terpengaruh dengan pesona Fajar.“Mama, Senja tadi gambar ini.” Senja menyerahkan sebuah kertas ke tangan Joya.“Apa ini?” Joya melihat gambaran Senja, berusaha mengabaikan kalau detik ini Fajar sudah berdiri di hadapannya dan salah satu tangan Fajar sudah menyelip di pinggangnya, menarik tubuhnya agar lebih mendekat.“Dia gambar kita,” ucap Fajar sambil m
Baca selengkapnya

187. Do You?

Joya menutup kelopak matanya dan menikmati setiap liukkan lidah yang iya sapukan di bagian belakang lidah Fajar, lidah Joya seolah menari dan menggoda lidah Fajar untuk bergerak lebih liar lagi. Erangan maskulin dan desahan terdengar bersahut-sahutan di penjuru dapur, Joya mengeratkan pelukannya di leher Fajar sedangkan Fajar menarik paksa kemeja yang menutupi Joya. “Joy, I miss you,” bisik Fajar seraya melepaskan ciumannya dan membuat Fajar mendengar protes dari Joya yang masih ingin menikmati ciuman dari dirinya. “Jar, ah ...,” desah Joya saat merasakan telapak tangan Fajar yang menggosok bagian putingnya yang sudah mengeras dan mendamba. Fajar berjuang menahan hasratnya sendiri yang sudah meledak dan reaksi tubuhnya yang sudah tidak sabar untuk mengecupi sekujur tubuh Joya, wanita yang selama lima tahun ini selalu datang di dalam mimpi-mimpi tersensual dan tererotis miliknya. Fajar menjauhkan wajahnya dan menatap manik mata Joya, “Joy, liat
Baca selengkapnya

188. Pillow Talk

Joya menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat dingin di bagian samping tubuhnya karena tertidur di lantai dapur, namun, di bagian dadanya dia merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dadanya menggesek dada Fajar yang keras dan hangat sedangkan tubuhnya didekap seerat mungkin oleh Fajar.Tubuh Joya diselimuti selimut tipis yang Fajar tarik dari ruang tamu untuk menutupi tubuh mereka berdua, Joya berusaha membuka kedua kelopak matanya. Sejujurnya dia sangat kelelahan setelah bercinta secara panas dan intens dengan Fajar.“Jar ....” Joya kaget saat membuka matanya dan mendapati Fajar yang sedang melihat wajahnya dalam diam, tanpa Joya sadari dirinya mengelus pipi dan garis rahang Fajar yang ditumbuhi jenggot yang tampak kelabu namun, membuat wajah Fajar makin tegas dan sensual.“Udah bangun, Joy?” tanya Fajar sembari menepuk pelan bokong Joya dari balik selimutnya.“Kalau mata aku terbuka artinya aku udah bangun,
Baca selengkapnya

189. Riak Nafsu Fajar

Joya merasakan kucuran air dari shower kamar mandi miliknya, air hangat itu mengalir deras membasahi pucuk kepalanya hingga ke seluruh tubuhnya.Tangan Joya membersihkan setiap sela tubuhnya dengan perlahan, pikirannya mulai sinting karena setiap dia menyentuh tubuhnya dia seperti merasakan tangan Fajar yang sedang menyentuhnya. Astaga ... baru beberapa jam lalu tubuhnya di sentuh dengan sangat sensual dan intens oleh Fajar untuk pertama kalinya setelah lima tahun berlalu, Joya sudah merindu untuk mendapatkan sentuhan lebih banyak lagi.Pikiran Joya kembali melayang pada pembicaraan mereka tadi, entah kenapa Joya merasa aneh dengan perkataan-perkataan Fajar mengenai Gege. Kenapa Fajar sangat-sangat penasaran dengan pernikahan Gege? Memang ada yang salah kalau Gege menikah?"Sadar Joya!?" seru Joya sembari mengambil sabun dari wad
Baca selengkapnya

190. Aku Mohon Dengan Sangat

Joya membuka kelopak matanya dan mendapati Fajar yang sedang memeluknya dengan erat seolah takut Joya pergi dari sana. Senyuman merekah di wajah Joya, tanpa sadar dirinya mengecup bibir Fajar dan kedua kelopak mata Fajar yang tertutup dengan bulu mata sempurna yang tebal, mirip dengan bulu mata Senja."Jar, kamu kenapa sih selalu menjerat aku?" tanya Joya sembari mengusap pucuk hidung Fajar sepelan mungkin.Joya mengusap pucuk hidungnya dengan pucuk hidung Fajar yang mancung, merasakan gelitikan dari kulit Fajar membuat sekujur tubuh Joya meremang mengingat setiap sentuhan yang Fajar berikan di dapur dan di kamar mandi tadi."Joy ...," erang Fajar seraya menggerakkan tubuhnya melepaskan dekapannya hingga membuat Joya bisa bergerak lebih leluasa."Apa, tukang perintah?" tanya Joya yang tahu sesungguhnya tadi itu Fajar hanya melindur."Jangan tinggali aku, Joy," bisik Fajar sembari membenamkan wajahnya di bantal empuk yang memiliki wangi telon milik
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status