Semua Bab Skandal Cinta Pilot Angkuh: Bab 191 - Bab 200

214 Bab

191. Aku Minta Maaf ....

Fajar meremas-remas rambutnya dengan keras, rasa sakit bercampur dengan penyesalan, cemburu, dan penyesalan melebur menjadi satu dan membuat Fajar kebingungan hingga dia menangis.Tangis Fajar pecah, ini pertama kalinya dirinya menangis setelah ibunya meninggalkannya dulu. Meninggalkannya, di kala malam yang harusnya itu adalah saat dirinya di nina bobokan bukan di tinggalkan begitu saja.Rasa sakit benar-benar menggedor kepala Fajar hingga kupingnya sedikit berdengung, dengan cepat Fajar berlari mencari tasnya. Rasa sakit itu benar-benar membuat seluruh tubuh Fajar bergetar hebat dan napasnya memburu, tangannya dengan cepat mengambil obat yang sudah tidak pernah ia sentuh lagi setelah dirinya bertemu Joya. Obat yang diberikan salah satu psikiaternya itu dengan cepat Fajar minum untuk meredakan gejala paniknya.Tangan Fajar berusaha menggapai gelas di atas meja dan meminumnya hingga tandas, memasukkan obat tersebut secepat mungkin ke dalam tubuhnya.Prang
Baca selengkapnya

192. Fajar Si Sumbu Pendek

“Joy ....” Fajar terdiam saat melihat wanita yang berbalik dan memandang manik matanya sembari tersenyum.Bletak ....Fajar merasakan pukulan di bagian belakang kepalanya, refleks Fajar berteriak sembari menyentuh bagian belakang kepalanya. “Aw ...”“Kamu apa sih?!” tanya Joya sembari memukul bahu Fajar dengan keras membuat Fajar makin mengaduh.“Joy, kamu nggak nikah?” tanya Fajar sembari menunjuk wajah calon mempelai wanita yang memiliki mata biru dan kulit putih pucat di hadapannya. “Kamu siapa?” tanya Fajar.Bletak ...Lagi, Joya memukul bahu Fajar sekeras mungkin karena merasa kesal dengan kelakuan Fajar yang tidak ada sopannya sama sekali setelah merusak pernikahan Gege.“Aw ... sakit, Joy,” rintih Fajar sembari melirik Joya dengan kesal, seandainya bukan dalam situasi seperti ini mungkin Fajar sudah memukul bokong Joya karena berani memukulnya di depan umum
Baca selengkapnya

193. Sedikit Sentuhan Kecil

“Aw ... sakit,” pekik Joya saat merasakan gigitan kecil di atas payudaranya, tanpa sadar Joya menjambak rambut Fajar hingga kepala lelaki itu menengadah dan manik mata mereka saling bertatapan.“Jar, sakit ... suka banget gigit badan aku,” protes Joya geram karena baru saja dia mengizinkan Fajar menyentuh tubuhnya kemarin tapi, Joya yakin tubuhnya ini sudah banyak bekas gigitan dan isapan Fajar.“Aku malu, Joy, wajar aku sembunyi,” kilah Fajar sembari mengaitkan jemarinya ke bagian dress milik Joya yang memiliki potongan sabrina hingga memudahkan Fajar untuk mengintip bagian dalamnya.“Mana ada, mana ada orang malu tapi kelakuannya kaya kamu, nggak ada?!” hardik Joya gemas sembari berusaha menarik kepala Fajar kembali agar menatap wajahnya bukan menatap payudaranya. Joya sudah merasakan sapuan hangat dari jemari Fajar yang sedang berusaha mencari puting payudaranya, Joya sudah tahu arahnya bila Fajar sudah mulai me
Baca selengkapnya

194. Aku Suka Semuanya

“Aw ....” Joya memekik keras saat mendapati cubitan di bokongnya, dengan cepat dia memukul dada Fajar dengan keras.“Hahaha ... kenapa?”“Sakit, Jar,” rutuk Joya sembari beranjak dari paha Fajar dan membenarkan pakaiannya dengan cepat.“Sakit apa enak, Joy?” tanya Fajar sembari menepuk bokong Joya yang tercetak sempurna di dress yang Joya kenakan.“Jar, udah ah, aku mau ngurus acara Gege dulu, masa dia nikah nggak ada ketua pelaksananya,” terang Joya sembari memutar tubuhnya dan mengecup bibir Fajar pelan, entah kenapa jarak waktu lima tahun perpisahan mereka berdua tidak menjadi sebuah halangan untuk Joya kembali bersentuhan dengan manja dengan Fajar, sintingnya Joya merasa itu adalah sesuatu yang sangat dia inginkan.Tangan Fajar merayap di bagian belakang rambut Joya menekannya dengan lembut seolah menjadi isyarat kalau dirinya ingin mencium Joya lebih lama dan bermain-main dengan lidah
Baca selengkapnya

195. Mencoba Meredam Emosi

Joya menatap pantulan tubuhnya di kaca, matanya tak beralih dari pantulan tubuhnya yang saat ini sudah terbalut sempurna dengan dress berwarna merah hati itu membuat setiap lekukkan tubuhnya tampak lebih sensual daripada sebelumnya.“Jar,” desah Joya saat merasakan tangan Fajar yang menyusup ke bagian pinggangnya dan mengusap perut Joya pelan, sedangkan wajah Fajar dengan cepat mengecupi bagian leher Joya dengan gerakkan yang membuat Joya meremang.“Nggak tahu kenapa aku suka banget nyium tubuh kamu.” Fajar mengeratkan pelukannya dan menggesekkan hidungnya di leher Joya.Joya menyusupkan jemarinya ke rambut Fajar dan meremasnya pelan, “Jar, aku nggak mau cuci rambut untuk kedua kali.”“Aku yang bakal cuci rambut kamu,” ucap Fajar sembari menggigit bagian leher Joya dan mengusap perut Joya pelan.“Aku harus ke acara pernikahan Gege, aku nggak mau dipecat.” Joya memberikan alasan lainnya aga
Baca selengkapnya

196. Jangan Membangunkan Macan Tidur

 "Oh ... kamu tunangan Fajar?" tanya Joya sembari menunjuk Tya dengan tatapan dingin.Joya berjuang menahan ledakkan emosinya saat mendengar perkataan Tya yang membuat keinginan Joya untuk mencekik Fajar bertambah berpuluh-puluh kali lipat."Iya ... kamu siapa?" tanya Tya sembari menatap Joya dari atas ke bawah."Aku siapa?" tanya Joya sembari menyentuh dadanya, "Aku juga bingung, aku ini siapa. Gimana kalau kita tanya sama Fajar Larsson yang terhormat, aku ini siapa."Fajar kaget saat mendapati pandangan Joya yang seolah ingin menelannya hidup-hidup atau mungkin mencekiknya hingga kehabisan napas kemudian membuang mayatnya di pantai Kuta.Pandangan mata Fajar beralih ke Tya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang membuat Fajar ingin menghunjamkan pisau roti yang ada di meja di sebelahnya ke ulu hati Tya, wanita itu benar-benar tidak waras. Kenapa, hidupnya selali dipenuhi wanita-wanita tidak waras yang kelakuannya mirip seperti dajal?
Baca selengkapnya

197. Tidur kamu di lantai!??

Tok ... Tok ... Tok .... "Apa?" tanya Joya setelah membuka pintu kamar hotel yang diketuk Fajar. "Aku mau masuk," ucap Fajar sembari mendorong pelan pintu yang tertahan tubuh Joya. "Mau apa? Sana ke tunangan kamu!?" maki Joya sembari mendorong tubuh Fajar. "Ini mau ke tunangan aku, makanya aku ke sini." Fajar mendorong pintu kamar hotel sedikit lebih keras. "Tunangan kamu namanya Tya!? Sono ke Tya," hardik Joya sambil menahan pintu kamar hotel sekeras mungkin. "Tunangan aku namanya Joya, panggilan sayang aku ke dia Joy, dan dia udah lahiri anak buat aku namanya Senja." Fajar berkata sembari mengusap pucuk rambut Joya seperti mengusap kepala anak kucing, entah kenapa Faja
Baca selengkapnya

198. Berusaha Mencari Kebahagiaan

Joya duduk sembari membalik-balik majalah di tangannya, sudah hampir tiga puluh menit Joya menunggu Szasza yang sedang asyik memilih gaun pengantin. Sepertinya sampai saat ini Szasza belum menemukan gaun pengantin yang pas untuk Szasza kenakan di acara pernikahannya bulan depan.Untungnya tubuh Szasza yang proporsional tidak membuat dia bingung dalam memilih gaun pengantin dengan model apa pun yang ia mau. Pasti gaun itu akan ready to wear dan Joya tau Szasza bukan tipe yang suka dengan gaun pengantin ala princess dengan taburan berlian di setiap ujung tubuhnya. Szasza hanya menyukai gaun pengantin model sabrina berwarna putih dan vein yang cantik."Gimana?" tanya Szasza yang tiba-tiba saja sudah ada di hadapannya mengenakan gaun pengantin yang sangat pas dengan badannya dan entah mengapa Joya merasa Szasza tidak bisa bernapas sama sekali.
Baca selengkapnya

199. Rahasia

Joya hanya bisa terdiam menatap pantulan tubuhnya di kaca, senyuman tidak hilang dari wajahnya dia benar-benar menyukai baju pengantin yang ia kenakan itu. Baju itu tampak indah dan seolah diciptakan untuk dirinya kenakan. Setiap, lekuk tubuhnya terlihat pas sampai menyamarkan semua kekurangan tubuhnya.Dirinya langsung berimajinasi pada acara pernikahannya dengan Fajar, dirinya dan Fajar yang menjalani acara pernikahan membuat dirinya tersipu-sipu. Namun, dengan cepat senyuman itu sirna karena Joya tahu diri, Fajar mungkin memintanya untuk menikah. Tapi, Fajar belum mau berharap lebih, Fajar sudah mau mengakui Senja saja sudah membuat Joya bersyukur.“Joya, baju ini yang kamu pilih?”Teriakkan Szasza menyadarkan Joya dari lamunannya, dengan cepat dia mengalihkan pandangannya dan keluar dari kamar gantinya. “Cantikkan, kamu suka?”“Suka ... ini, ini gaun pengantin aku, Joya,” pekik Szasza tanpa mengalihkan pandangannya
Baca selengkapnya

200. Kutiduri Kamu dan Kunikahi Kamu

“Ini kenapa jadi kamu yang bayar?” tanya Szasza yang kaget karena Fajar membayar gaun pengantin yang Joya kenakan.“Ya, kenapa? Ada yang salah?” tanya Fajar sembari mengambil kartu debitnya dari tangan kasir.“Kan, aku yang mau beliin gaunya buat Joya, kok malah jadi kamu yang bayar?” Szasza tidak terima kalau Fajar yang membayar gaun Joya.“Aku calon suaminya jadi aku yang bayar, memang kamu siapa?” tanya Fajar sembari menatap Szasza dingin.“Aku sahabatnya, ih ... nyebelin sumpah, ya, Joya, ini si Fajar memang kelakuannya kaya gini?” tanya Szasza sembari menunjuk Fajar dan menatap Joya yang sedang melap wajah Senja yang berlepotan es krim coklat.Joya menatap Fajar dan Szasza bergantian, “Aku boleh tanya nggak?”“Apa?” tanya Fajar dan Szasza berbarengan.“Aku ini nggak tahu mau nikahnya kapan kenapa kalian ribut beliin aku gaun nikah.” Jo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status