Joya menggerakkan tubuhnya yang terasa sangat dingin di bagian samping tubuhnya karena tertidur di lantai dapur, namun, di bagian dadanya dia merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dadanya menggesek dada Fajar yang keras dan hangat sedangkan tubuhnya didekap seerat mungkin oleh Fajar.
Tubuh Joya diselimuti selimut tipis yang Fajar tarik dari ruang tamu untuk menutupi tubuh mereka berdua, Joya berusaha membuka kedua kelopak matanya. Sejujurnya dia sangat kelelahan setelah bercinta secara panas dan intens dengan Fajar.
“Jar ....” Joya kaget saat membuka matanya dan mendapati Fajar yang sedang melihat wajahnya dalam diam, tanpa Joya sadari dirinya mengelus pipi dan garis rahang Fajar yang ditumbuhi jenggot yang tampak kelabu namun, membuat wajah Fajar makin tegas dan sensual.
“Udah bangun, Joy?” tanya Fajar sembari menepuk pelan bokong Joya dari balik selimutnya.
“Kalau mata aku terbuka artinya aku udah bangun,
Joya merasakan kucuran air dari shower kamar mandi miliknya, air hangat itu mengalir deras membasahi pucuk kepalanya hingga ke seluruh tubuhnya.Tangan Joya membersihkan setiap sela tubuhnya dengan perlahan, pikirannya mulai sinting karena setiap dia menyentuh tubuhnya dia seperti merasakan tangan Fajar yang sedang menyentuhnya. Astaga ... baru beberapa jam lalu tubuhnya di sentuh dengan sangat sensual dan intens oleh Fajar untuk pertama kalinya setelah lima tahun berlalu, Joya sudah merindu untuk mendapatkan sentuhan lebih banyak lagi.Pikiran Joya kembali melayang pada pembicaraan mereka tadi, entah kenapa Joya merasa aneh dengan perkataan-perkataan Fajar mengenai Gege. Kenapa Fajar sangat-sangat penasaran dengan pernikahan Gege? Memang ada yang salah kalau Gege menikah?"Sadar Joya!?" seru Joya sembari mengambil sabun dari wad
Joya membuka kelopak matanya dan mendapati Fajar yang sedang memeluknya dengan erat seolah takut Joya pergi dari sana. Senyuman merekah di wajah Joya, tanpa sadar dirinya mengecup bibir Fajar dan kedua kelopak mata Fajar yang tertutup dengan bulu mata sempurna yang tebal, mirip dengan bulu mata Senja."Jar, kamu kenapa sih selalu menjerat aku?" tanya Joya sembari mengusap pucuk hidung Fajar sepelan mungkin.Joya mengusap pucuk hidungnya dengan pucuk hidung Fajar yang mancung, merasakan gelitikan dari kulit Fajar membuat sekujur tubuh Joya meremang mengingat setiap sentuhan yang Fajar berikan di dapur dan di kamar mandi tadi."Joy ...," erang Fajar seraya menggerakkan tubuhnya melepaskan dekapannya hingga membuat Joya bisa bergerak lebih leluasa."Apa, tukang perintah?" tanya Joya yang tahu sesungguhnya tadi itu Fajar hanya melindur."Jangan tinggali aku, Joy," bisik Fajar sembari membenamkan wajahnya di bantal empuk yang memiliki wangi telon milik
Fajar meremas-remas rambutnya dengan keras, rasa sakit bercampur dengan penyesalan, cemburu, dan penyesalan melebur menjadi satu dan membuat Fajar kebingungan hingga dia menangis.Tangis Fajar pecah, ini pertama kalinya dirinya menangis setelah ibunya meninggalkannya dulu. Meninggalkannya, di kala malam yang harusnya itu adalah saat dirinya di nina bobokan bukan di tinggalkan begitu saja.Rasa sakit benar-benar menggedor kepala Fajar hingga kupingnya sedikit berdengung, dengan cepat Fajar berlari mencari tasnya. Rasa sakit itu benar-benar membuat seluruh tubuh Fajar bergetar hebat dan napasnya memburu, tangannya dengan cepat mengambil obat yang sudah tidak pernah ia sentuh lagi setelah dirinya bertemu Joya. Obat yang diberikan salah satu psikiaternya itu dengan cepat Fajar minum untuk meredakan gejala paniknya.Tangan Fajar berusaha menggapai gelas di atas meja dan meminumnya hingga tandas, memasukkan obat tersebut secepat mungkin ke dalam tubuhnya.Prang
“Joy ....” Fajar terdiam saat melihat wanita yang berbalik dan memandang manik matanya sembari tersenyum.Bletak ....Fajar merasakan pukulan di bagian belakang kepalanya, refleks Fajar berteriak sembari menyentuh bagian belakang kepalanya. “Aw ...”“Kamu apa sih?!” tanya Joya sembari memukul bahu Fajar dengan keras membuat Fajar makin mengaduh.“Joy, kamu nggak nikah?” tanya Fajar sembari menunjuk wajah calon mempelai wanita yang memiliki mata biru dan kulit putih pucat di hadapannya. “Kamu siapa?” tanya Fajar.Bletak ...Lagi, Joya memukul bahu Fajar sekeras mungkin karena merasa kesal dengan kelakuan Fajar yang tidak ada sopannya sama sekali setelah merusak pernikahan Gege.“Aw ... sakit, Joy,” rintih Fajar sembari melirik Joya dengan kesal, seandainya bukan dalam situasi seperti ini mungkin Fajar sudah memukul bokong Joya karena berani memukulnya di depan umum
“Aw ... sakit,” pekik Joya saat merasakan gigitan kecil di atas payudaranya, tanpa sadar Joya menjambak rambut Fajar hingga kepala lelaki itu menengadah dan manik mata mereka saling bertatapan.“Jar, sakit ... suka banget gigit badan aku,” protes Joya geram karena baru saja dia mengizinkan Fajar menyentuh tubuhnya kemarin tapi, Joya yakin tubuhnya ini sudah banyak bekas gigitan dan isapan Fajar.“Aku malu, Joy, wajar aku sembunyi,” kilah Fajar sembari mengaitkan jemarinya ke bagian dress milik Joya yang memiliki potongan sabrina hingga memudahkan Fajar untuk mengintip bagian dalamnya.“Mana ada, mana ada orang malu tapi kelakuannya kaya kamu, nggak ada?!” hardik Joya gemas sembari berusaha menarik kepala Fajar kembali agar menatap wajahnya bukan menatap payudaranya. Joya sudah merasakan sapuan hangat dari jemari Fajar yang sedang berusaha mencari puting payudaranya, Joya sudah tahu arahnya bila Fajar sudah mulai me
“Aw ....” Joya memekik keras saat mendapati cubitan di bokongnya, dengan cepat dia memukul dada Fajar dengan keras.“Hahaha ... kenapa?”“Sakit, Jar,” rutuk Joya sembari beranjak dari paha Fajar dan membenarkan pakaiannya dengan cepat.“Sakit apa enak, Joy?” tanya Fajar sembari menepuk bokong Joya yang tercetak sempurna di dress yang Joya kenakan.“Jar, udah ah, aku mau ngurus acara Gege dulu, masa dia nikah nggak ada ketua pelaksananya,” terang Joya sembari memutar tubuhnya dan mengecup bibir Fajar pelan, entah kenapa jarak waktu lima tahun perpisahan mereka berdua tidak menjadi sebuah halangan untuk Joya kembali bersentuhan dengan manja dengan Fajar, sintingnya Joya merasa itu adalah sesuatu yang sangat dia inginkan.Tangan Fajar merayap di bagian belakang rambut Joya menekannya dengan lembut seolah menjadi isyarat kalau dirinya ingin mencium Joya lebih lama dan bermain-main dengan lidah
Joya menatap pantulan tubuhnya di kaca, matanya tak beralih dari pantulan tubuhnya yang saat ini sudah terbalut sempurna dengan dress berwarna merah hati itu membuat setiap lekukkan tubuhnya tampak lebih sensual daripada sebelumnya.“Jar,” desah Joya saat merasakan tangan Fajar yang menyusup ke bagian pinggangnya dan mengusap perut Joya pelan, sedangkan wajah Fajar dengan cepat mengecupi bagian leher Joya dengan gerakkan yang membuat Joya meremang.“Nggak tahu kenapa aku suka banget nyium tubuh kamu.” Fajar mengeratkan pelukannya dan menggesekkan hidungnya di leher Joya.Joya menyusupkan jemarinya ke rambut Fajar dan meremasnya pelan, “Jar, aku nggak mau cuci rambut untuk kedua kali.”“Aku yang bakal cuci rambut kamu,” ucap Fajar sembari menggigit bagian leher Joya dan mengusap perut Joya pelan.“Aku harus ke acara pernikahan Gege, aku nggak mau dipecat.” Joya memberikan alasan lainnya aga
"Oh ... kamu tunangan Fajar?" tanya Joya sembari menunjuk Tya dengan tatapan dingin.Joya berjuang menahan ledakkan emosinya saat mendengar perkataan Tya yang membuat keinginan Joya untuk mencekik Fajar bertambah berpuluh-puluh kali lipat."Iya ... kamu siapa?" tanya Tya sembari menatap Joya dari atas ke bawah."Aku siapa?" tanya Joya sembari menyentuh dadanya, "Aku juga bingung, aku ini siapa. Gimana kalau kita tanya sama Fajar Larsson yang terhormat, aku ini siapa."Fajar kaget saat mendapati pandangan Joya yang seolah ingin menelannya hidup-hidup atau mungkin mencekiknya hingga kehabisan napas kemudian membuang mayatnya di pantai Kuta.Pandangan mata Fajar beralih ke Tya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang membuat Fajar ingin menghunjamkan pisau roti yang ada di meja di sebelahnya ke ulu hati Tya, wanita itu benar-benar tidak waras. Kenapa, hidupnya selali dipenuhi wanita-wanita tidak waras yang kelakuannya mirip seperti dajal?
Hai ... pembaca Skandal Cinta Pilot Angkuh, kaget ada bonchapter yah?jarang-jarang gallon kasih Bonchapter kan hehehe ....Bonchapter ini aku buat sekalian woro-woro nih, kalau aku punya karya baru yang berjudul Di Atas Ranjang Dokter Sonya.Kalian bisa cari judulnya di Goodnovel, langsung saja tulis Di Atas Ranjang Dokter Sonya, dan kalian langsung bisa bertualang dalam desahan bersama pasangan baru Gallon yang lebih seru, panas, penuh trik, tangis, amukan, dan komedi ala Gallon.Ini Blurb-nya selamat menikmati ....“Kamu tahu aku punya suami, kan?” Sonya bertanya pada Awan seorang perawat anestesi yang saat ini sedang berada di bawah bimbingannya dan memiliki senyuman, tatapan dan tubuh yang membuat birahi Sonya meraung.“Dan aku yakin, suami kamu nggak bisa memuaskan kamu di ranjang, Dok,” jawab Awan dengan senyuman yang mampu membuat Sonya berjumpalitan.Sonya seorang Dokter Anestesi yang memilik
"Sonya." "Iya, Fajar, kamu ngapain di sini? Dan kenapa nggak pakai baju? Kamu di usir istri kamu atau kamu mau jadi bintang iklan vaksin rumah sakit?" tanya Sonya sembari menahan tawanya melihat penampakan temannya itu. "Nggak dua-duanya, Sonya, aku nggak kurang duit sampai-sampai jadi bintang iklan vaksin rumah sakit," jawab Fajar sembari membenarkan gendongan Senja. "Ya, terus kamu ngapain? Ini rumah sakit bukan pantai tempat berjemur dengan shirtless seperti itu," ucap Sonya sembari menunjuk Fajar dengan telunjuknya dari atas ke bawah. "Ngomong kamu dari dulu nggak rubah, nggak pernah diayak kadang," ucap Fajar sembari menepis telunjuk Sonya. "Ya terus kamu ngapain di sini? Dan masalah terbesarnya ngapain kamu nggak pakai baju?" "Istri aku mau lahiran Sonya, aku panik karena ketubannya pecah jadi aku secepat kilat datang ke sini," ucap Fajar sembari mengusap dahinya dan berdiri. "Oh ... panik? Bisa panik juga kamu, Fajar, se
Plak ...."Ah ... Fajar," desah Joya saat merasakan bokongnya ditampar oleh Fajar, rasa sakit di bagian bokongnya menyebar ke seluruh tubuh Joya, menyelimuti setiap inci tubuhnya dengan gulungan kenikmatan.Fajar mengentak dengan dalam juga keras, membenamkan bagian tubuh pribadinya sedalam mungkin ke dalam tubuh Joya, meledakkan pelepasannya.Joya meremas seprai di samping kiri dan kanannya saat merasakan pelepasan miliknya berbarengan dengan pelepasan Fajar yang meledak di dalam tubuhnya, suaminya ini memang sangat suka mengeluarkan pelepasannya di dalam tubuh Joya.Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Joya bersamaan dengan Fajar melepas batang kenikmatannya kemudian berguling ke samping. Seolah tidak mau jauh dari suaminya itu Joya bergerak dan memosisikan dirinya tidur di dada Fajar."Bentar lagi aku mau melahirkan," ucap Joya sembari mengusap-usap dada suaminya."Iya, kata dokter sekitar minggu depan, kan? Pas sama jadwal pulang Dokt
Terima kasih sudah menemani perjalanan cinta Fajar Larsson dan Joya Dimitra yang penuh dengan gairah yang panas, tawa, kekecewaan, putus asa dan rasa cinta yang menggebu. Sebuah, kisah cinta yang berakhir manis bagi pasangan Fajar Larsson dan Joya Dimitra. Jadi, izinkan Gallon untuk menulis cerita manis lainnya yang mampu membuat pembacanya menikmati setiap kata yang ada dengan penuh tawa, marah, sedih dan bergairah bersama. Terima kasih dan Gallon pinta tetap dukung Gallon dalam karya Gallon selanjutnya di Goodnovel Indonesia. Info lebih lanjut untuk Novel selanjutnya bisa follow akun sosial media Gallon dengan nama @storyby_Gallon. XOXO Gallon yang Hobi Kellon Salam Kellon 18 Mei 2021 (10.55 WIB) 18 Desember 2021 (19.00 WIB) Bandung-Palembang
Fajar mengerang saat merasakan ada sesuatu yang menggeliat di bagian kakinya, kakinya bergetar hebat saat merasakan gesekkan kuku di bagian dalam pahanya yang dengan cepat menjadi liukkan hangat dan empuk di bagian batang kenikmatannya.Saat itu juga Fajar merasakan kehangatan dan liukkan lidah yang membuat Fajar merasakan kenikmatan hingga membuat dirinya terjaga sepenuhnya, dengan cepat Fajar membuka kelopak matanya dan menyibak selimut yang menutupi bagian kakinya.Napasnya tercekat saat mendapat Joya yang sedang mengulum batang kenikmatan miliknya, kepalanya naik dan turun namun, tatapan mata Joya menatap Fajar dengan pandangan yang hasrat seksual miliknya meraung.“Joy, kamu nga—“ Fajar sama sekali tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat merasakan isapan yang Joya lakukan di batang kenikmatan miliknya, dengan cepat Fajar menyusupkan jemarinya ke rambut panjang Joya, menekannya agar memasukkan batang kenikmatan miliknya lebih dalam lagi.
Desahan demi desahan terus berloncatan dari bibir Joya saat merakan Fajar menggerakkan pinggulnya, mengeluar masukkan bagian ternikmat milik suaminya itu ke dalam tubuhnya, melesaknya semakin tersesat di dalam tubuhnya.“Aw ....” Joya memekik saat tiba-tiba merasakan isapan dan gigitan di bagian putingnya, sensasi bercinta dengan Fajar tanpa bisa melihat sama sekali benar-benar membuat Joya kaget dengan semua yang Fajar lakukan pada tubuhnya, indra penglihatannya tergantikan dengan indra peraba yang ada di sekujur tubuhnya dan seolah mengetahui hal itu, Fajar benar-benar memanfaatkan semuanya.Suaminya itu menggigit, meraba, mengisap, dan menjilat seluruh tubuhnya, Joya bersumpah dia akan menemukan banyak bukti kepemilikan di sekujur tubuhnya dan Joya tidak peduli dia menyukainya, dia menyukai tiap gesekkan yang Fajar berikan di sekitar kewanitaannya, payudaranya bahkan bokongnya yang sudah Fajar remas.“Oya ...,” bisik Fajar di sela kecu
“Jar, mau gantian?” tanya Joya saat melihat Fajar yang terlihat letih dan menggendong Senja.Fajar menggeleng dan berjalan terus di samping Joya yang tampak kesulitan karena gaun pengantin yang istrinya itu kenakan, “Aku nggak tega kasih kamu Senja, Joy, kamu buat jalan aja susah.”Joya menari gaun pengantinnya pelan, “Iya, ternyata berat banget ini baju, ingin cepat-cepat aku buka.”“Oh ... kamu harus tunggu sampai aku yang buka, Joy.” Seringai nakal langsung terlihat di wajah Fajar dan dengan cepat Joya menepuk bahu Fajar pelan.“Mau apa kamu?” tanya Joya.“Mau ngelakuin apa yang Senja ingini,” sahut Fajar sembari membenarkan gendongannya.“Memang Senja minta apa?” tanya Joya penasaran, apa lagi yang Senja inginkan dari Fajar. Joya bersumpah akan memukul pantat Senja bila dia meminta lebih banyak mainan pada Fajar, sumpah demi apa pun kepalanya hampir pecah
Fajar berjalan berdua di lorong bersama dengan Senja, mereka berdua akan masuk ke dalam ballroom hotel tempat di mana acara pernikahan antara Joya dan Fajar berlangsung. Sedangkan, Joya saat ini sedang melakukan touch up make up bersama Szasza di ruangan yang sudah di sediakan.“Papa,” panggil Senja yang sedang berjalan di samping Fajar.“Iya, kenapa?” tanya Fajar sembari menggenggam tangan Senja dengan tangan kanannya.“Papa sama Mama mulai sekarang bakal di rumah terus, kan?” tanya Senja sembari melirik Fajar.“Maksudnya?” tanya Fajar.“Maksudnya, sekarang Papa sama Mama bakal di rumah bareng, kaya Papa dan Mama teman-teman Senja, kan? Jadi, nggak bakal kan Papa pulang dan baru datang lagi kalau Senja udah rengek ke Mama kalau Senja rindu Papa?” tanya Senja dengan mata yang jenaka.“Oh ....” Fajar mengangguk, saat ini Fajar baru sadar apa yang di maksud oleh Senja, Sen
Joya terdiam melihat Fajar mengucapkan kata-kata sakral yang menjadikan dirinya sebagai istri Fajar, tak berapa lama senyuman Joya berkembang saat penghulu bernama Karto tersebut berteriak sah dengan sangat keras hingga membuat Fajar mengumpat.“Sinting ini penghulu—““Jar,” potong Joya sembari menepuk paha Fajar pelan hingga membuat suaminya itu menoleh pada dirinya.“Abis di—““Kamu jangan bikin ulah di acara nikahan sendiri bisa nggak?” tanya Joya pelan sembari mengambil salah satu tangan Fajar dan mencium tangan suaminya itu dengan penuh kelembutan hingga membuat kemarahan Fajar meredup.Fajar mengusap pucuk kepala rambut Joya dan mengecupnya pelan, “Finally, Joy, kamu jadi istri aku juga.”Joya tersenyum mendengar bisikan Fajar, rasanya ia ingin berteriak kalau sesungguhnya dirinyalah yang ingin berteriak keras karena kesabarannya berbuah hasil. Menghadapi seorang F