Home / CEO / Terpaksa Menikahi CEO / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Terpaksa Menikahi CEO: Chapter 121 - Chapter 130

159 Chapters

Extra Part : Cinta

WARNING! 18+BUKAN UNTUK DITIRU!!* * *Monika membuka matanya perlahan karena merasa geli di sekitar perutnya. Tampak Rio di sana, sedang menciuminya tanpa henti."Apa yang kamu lakukan?" tanya Monika, melirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul tiga pagi. Tidurnya terusik."Ah, apa aku membangunkanmu, Sweety? Aku hanya ingin mencium putraku." Rio melebarkan senyum, menunjukkan lesung pipi yang dimilikinya.Memutar bola mata, Monika menarik diri. Dia duduk bersandar di kepala ranjang dengan cepat, membuat wajah Rio kini justru menghadap lututnya."Berhenti bertingkah. Ini sudah malam, waktunya istirahat. Kalau seperti ini terus kamu bisa sakit. Kalau sakit, siapa yang akan kerepotan mengurusmu? Aku masih harus bekerja. Jadi, jangan sakit!" Monika menatap wajah suaminya dengan pandangan sebal. Dia tidak suka jika Rio bersikap seperti ini. Untuk apa menciumi perutnya sepanjang malam. Itu sudah ia lakukan sejak berhari-hari lalu, s
Read more

Opening Season 3

Rio menarik selimut, merasa sedikit terusik karena hawa dingin dari air conditioner yang menyapa punggungnya. "Sweety?" panggil Rio, meraba tempat tidur di sebelahnya. Dia mengerjapkan mata berkali-kali, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina. "Sweety?" ulang Rio, semakin semangat memeriksa ruang kosong di samping badannya. Dia ingat betul jika semalam Monika tidur bersamanya. Hubungannya dengan wanita itu sudah membaik sejak satu bulan yang lalu. Dia melirik jam digital di atas nakas yang menunjukkan angka 4. Masih terlalu pagi untuk bangun. Dimana istrinya berada? Mau tak mau Rio bangun dari tidurnya. Dia penasaran dimana istrinya sekarang. "Sweety, apa kamu di dalam?" Rio membuka pintu kamar mandi di hadapannya, namun tak ada seorang pun di sana. Seketika keningnya berkerut, kemana perginya tambatan hatinya itu? "Umm? Bau apa ini?" Indera penciuman Rio menangkap aroma yang tidak biasa. Terlebih lagi
Read more

S3 : 1. Menguji Perasaan

Monika dan Rio terdiam sambil menundukkan kepala. Keduanya hampir lupa diri jika saja Eva tidak menghentikan kegiatan panas yang terjadi."Bukankah ibu sudah mengingatkan kalian? Untuk sementara jangan berhubungan lebih dulu!" ketus Eva sambil menatap putra semata wayangnya. "Tunggu sampai istrimu benar-benar pulih kesehatannya."Rio menelan saliva. Dia juga tidak menyadari apa yang terjadi. Semua diluar kendali. Hasratnya sebagai laki-laki kembali datang setelah sebulan terakhir tidak mendapat haknya."Rio, angkat wajahmu!" tegas Eva, memaku pandang pada putranya. "Kamu ingat janji kamu?"Pria dengan lesung pipi di kedua sisi wajahnya itu mengangguk perlahan, menyadari kekhilafannya sesaat lalu.Eva mengembuskan napas berat dari mulutnya. Dia paham seberapa liar seorang Rio Dirgantara. Sifat itu diturunkan oleh Hans yang selalu meminta haknya setiap malam saat masih bersamanya dulu. Makanya dia memutuskan untuk pergi daripada selalu menanggung der
Read more

S3 : 2. Rencana Tersembunyi

Sudah satu jam berlalu sejak Rio masuk ke dalam kamar mandi. Dan sampai sekarang, suara gemericik air masih tetap terdengar. Hal itu tentu saja membuat Monika khawatir. Suaminya bisa sakit jika terus ada di dalam sana.Tok tok tok"Hubby," panggil Monika sambil mengetuk pintu warna putih yang menjadi penghalang antara dirinya dan Rio. Tapi, tak ada sahutan sama sekali. Rio mungkin tidak mendengarnya. Atau dia memang sengaja menulikan diri. Entahlah."Hubby, apa kamu belum selesai?" Sama seperti sebelumnya, tetap gemericik air yang menjadi jawabannya.Karena tak kunjung mendapat kepastian, Monika melangkah tergesa keluar kamar untuk menemui ibunya. Dia akan meminta pendapat pada wanita itu. Apa yang sebaiknya dia lakukan."Sayang, ada apa?" sergap Eva, menghentikan langkah kaki Monika di depan anak tangga pendek yang menghubungkan ruang tengah dan dapur tempat ibunya berada.Tanpa membuang waktu, Monika mengatakan apa yang terjadi. Termasuk k
Read more

S3 : 3. Merindukan Sentuhanmu

Rio sedang berkutat dengan laptop di atas meja. Matanya yang tajam terus menelisik jauh ke dalam rencana bisnis yang tengah disiapkannya. Kesepuluh jemarinya terus menari di atas keyboard, mencetak satu per satu huruf ke dalam monitor.Punggung tangannya sedikit biru, bekas memukul tembok di kamar mandi kemarin. Rasa nyeri dan berat tak bisa ia tepiskan saat mengetuk mouse di sisi kanan laptop. Tapi, dia mengabaikan hal itu dan menganggapnya baik-baik saja. Untuk menetralisir rasa yang ada, Rio mengibaskan tangannya."Hubby," panggil Monika, membuat Rio terperanjat dan segera menyembunyikan tangan kanannya di balik meja. Dia tidak ingin istrinya tahu dia terluka. Memalukan.Rio bungkam, jantungnya berdetak dua kali lebih kencang dibandingkan biasanya. Dia tidak tahu kapan Monika datang kemari karena terlalu fokus melihat layar dan tidak awas pada keadaan sekitar."Waktu makan siang sudah lewat. Apa pekerjaanmu masih banyak?" Monika mencoba mengak
Read more

S3 : 4. Dendam Masa Lalu

"APA KAMU GILA?" bentak Hans pada Rio yang kini duduk di hadapannya. Sebuah map tergeletak di meja, dilempar olehnya sesaat lalu. Dia marah besar mengetahui laporan keuangan yang selama ini dilihatnya hanya fiktif belaka. Nyatanya, Rio dan asistennya sudah memanipulasinya sedemikian rupa. "Bagaimana kalau para investor tahu rencana busukmu?" Nada bicara Hans sedikit turun, tapi tetap terasa kemarahannya. "Akuisisi perusahaan lain tanpa meminta pendapat mereka. Itu gila!" Rio masih tetap bungkam. Dia mengangkat dagunya dengan jemawa. Sikap angkuh dan congkaknya tidak berubah, selalu menjadi andalan di depan Hans Dirgantara. Sama seperti lima tahun yang lalu sejak menghandle perusahaan ini pertama kali. "Tidak bisakah kamu berpikir rasional? Jangan campuri urusan orang lain! Bisnis Mahendra bukan ranah kita. Tidak ada untungnya menghancurkan mereka." Rio mengangkat satu sudut bibirnya, menatap Hans dengan pandangan meremehkan. "Maksud ayah aku harus ber
Read more

S3 : 5. Budak Cinta Seorang Wanita

"Apa aku bisa bertemu istrimu?" tanya Hans penuh harap "Untuk apa? Kenapa tiba-tiba?" Hans mengangkat bahunya. "Entahlah. Minta maaf, mungkin." Dengan kening yang berkerut, Rio berdiri, menjauh dari ayahnya beberapa langkah. "Apa yang ayah lakukan sampai ingin minta maaf pada istriku?" selidik pria yang kini melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah masuk jam pulang kantor. Dia bisa terkena macet jika tidak segera meninggalkan tempat ini. Sebenarnya dia sudah mendapat laporan dari Leo hari itu, tapi Rio ingin mendengar fakta memalukan itu dari mulut ayahnya. "Itu..." Hans tergagap. Dia tidak bisa mengakui kesalahannya yang pernah berpikir mesum pada menantunya sendiri. "Kalau begitu lupakan saja. Aku hanya ingin menyapanya." "Tidak perlu." Rio semakin menjauh, kini duduk di ujung meja kerja sambil membuat jalinan tangan di depan perut. "Ayah hanya akan memperkeruh hubunganku dengan Monika. Dia semakin mantap bercerai setelah bertemu
Read more

S3 : 6. Setiap Hela Napasku Adalah Milikmu

Audi R8 warna hitam membelah jalanan ibukota yang cukup sepi, tak seperti biasanya yang penuh sesak oleh kendaraan. Langit sore terlihat cerah dan hangat, sama seperti perasaan seorang pria yang kini duduk di balik kemudi. Ingatannya kembali pada petuah Sang Ayah beberapa saat lalu, saat keduanya berbicara empat mata. "Perlakukan istrimu dengan baik. Jangan membuatnya menangis," tukas Hans, menepuk pundak Rio sambil memaku pandang tepat ke arah manik mata hitam gelapnya. "Ayah pernah salah memperlakukan ibumu, semoga kamu tidak mengulangi kesalahan itu. Berlaku lembutlah padanya." "Tapi, Yah, aku takut tidak bisa mengendalikan diri jika terus berdekatan dengannya. Ayah tahu seperti apa bahayanya. Seperti menara listrik tegangan tinggi." Rio menggambarkan dirinya yang begitu berhasrat ingin menyentuh Monika. Hans terkekeh mendengarnya. "Ayah tahu. Karena ayah juga pernah mengalaminya. Tapi, kendalikan dirimu sebaik mungkin. Buatlah istrimu nyam
Read more

S3 : 7. Bidadari Tak Bersayap

WARNING! 21+ BUKAN UNTUK DITIRU! Rio masih mendekap tubuh ramping istrinya dari belakang. Dia menempelkan hidungnya di ceruk leher Monika yang terbilang mulus. "Hubby," lirih Monika, meredam geleyar aneh yang mulai membuat tubuhnya menegang seketika. Akhir-akhir ini dia tidak pernah sedekat ini dengan Rio. Pria itu sengaja menjauhkan diri, tak melakukan skinship apapun dengannya. Tapi hari ini? Sikapnya tiba-tiba berubah menjadi lembut dan penuh cinta. "Biarkan seperti ini sebentar saja, Sweety." Rio semakin mempererat pelukannya, membuat dada bidangnya menempel dengan punggung Monika. Perlahan namun pasti, Monika mulai merasa nyaman dengan dekapan Rio di tubuhnya. Ketegangan yang sempat melanda, kini terkikis dengan sendirinya. Dia ikut memejamkan mata, seperti yang Rio lakukan sejak beberapa detik yang lalu. Dua insan berbeda usia itu menyelami pikiran masing-masing, bagaimana keberadaan mereka salin
Read more

S3 : 8. Rencana Makan Malam Bersama

"Sweety, maaf," ucap Rio, membenahi helai rambut istrinya yang tergerai di belakang telinga. Selimut hitam menyelimuti keduanya, menjadi saksi penyatuan mereka beberapa saat yang lalu. Rencana hanya berendam berdua di bath tube hanya wacana, karena pada akhirnya Monika yang meminta Rio untuk menyentuhnya. "Maaf, aku tidak bisa menjaga komitmenku sendiri." Rio merasa bersalah karena dia lagi-lagi mengambil haknya sebagai seorang suami. Padahal, awalnya dia bertekad akan menunggu hingga satu bulan kedepan. "Umm. Kamu tidak perlu minta maaf. Memang aku yang memintanya." Monika meraih tangan Rio dan mendekapnya di depan dada. "Aku juga tidak bisa mengendalikan diri. Aku merindukanmu," lirihnya namun masih bisa tertangkap oleh indera pendengaran Sang Suami. Mendengar pernyataan Monika, membuat Rio mengulas senyum hangat di wajahnya. Dia bahagia karena Monika mulai terbuka padanya. Dia tidak tahu kalau akan sebahagia ini mendapat kembali kepuasannya setelah berpuas
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status